MENGENAL
SYAIKH IBNU BAZ
ULAMA DARI
HIJAZ
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata
kepada para sahabatnya, “Sesungguhnya kalian
sekarang ini berada di masa para ulamanya
masih banyak dan tukang ceramahnya sedikit.
Dan akan datang suatu masa setelah kalian
dimana tukang ceramahnya banyak namun
ulamanya amat sedikit.” ( Qowa’id fi at-Ta’amul
ma’al ‘Ulama , hal. 40).
Apa yang dikatakan Ibnu Mas’ud sama sekali
tidak meleset. Sekarang kita berada di zaman
yang beliau katakan itu. Ulamanya sedikit dan
para penceramah (orang yang pandai
berbiacaranya) banyak. Sedikitnya ulama tentu
memiliki dampak besar terhadap umat. Dalam
keadaan tersebut penyebaran ilmu tentu berbeda
dengan ketika ulama banyak. Keadaan demikian
diperburuk dengan pembunuhan karakter
terhadap para ulama. Sehingga kaum muslimin
semakin bingung, ulama mana yang harus
mereka teladani. Kian beratlah ujian. Ujian
memilih ulama rabbani yang bisa membimbing
kita pada jalan kebenaran.
Di antara ulama rabbani yang membimbing umat
adalah Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
rahimahullah. Atau yang sering disebut dengan
Syaikh Ibnu Baz. Sedikit tentang akhlak beliau
telah pembaca simak di artikel Mencuri di Rumah
Seorang Mufti . Kisah akhlak yang mengagumkan.
Yang menimbulkan keingintahuan tentang
siapakah mufti yang mulia itu.
Siapakah Ibnu Baz?
Beliau adalah Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz.
Dilahirkan di bulan Dzul Hijjah tahun 1330 H, di
Kota Riyadh. Syaikh Ibnu Baz terlahir dalam
keadaan sehat dan normal. Kemudian pada tahun
1346 H, pandangannya mulai rabun. Dan pada
tahun 1350 H, beliau mengalami kebutaan secara
total. Abdul Aziz kecil telah menghafalkan
Alquran secara sempurna sebelum ia menginjak
usia baligh ( Jawanib min Sirati al-Imam Abdul Aziz
bin Baz oleh Muhammad al-Hamd, Hal. 33).
Kiranya inilah jalan hidup para ulama. Mereka
membuka pintu ilmu dan hikmah dengan
menghafalkan Alquran sedari kecil.
Semangat Ibnu Baz dalam mempelajari agama
sudah muncul sejak kecil. Di masa kanak-
kanaknya, ia telah belajar kepada para ulama
besar di Kerajaan Arab Saudi. Di antara guru-
gurunya adalah:
Syaikh Muhammad bin Abdul Lathif bin
Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin
Abdul Wahhab,
Syaikh Shaleh bin Abdul Wahhab,
Syaikh Saad bin Hamd bin Athiq,
Syaikh Hamd bin Faris,
Syaikh Muhammad bin Ibrahim alu asy-Syaikh.
Ibnu Baz hadir di majelisnya setiap pagi dan sore
dan mempelajari banyak cabang ilmu syariat
sejak tahun 1347 H-1357 H.
Syaikh Saad Waqqash al-Bukhari sebagai guru
tajwidnya.
Ilmu Yang Dihiasi Akhlak Mulia
Sudah selayaknya orang yang berilmu itu memiliki
akhlak yang mulia. Akhlak yang terbimbing dari
apa yang sudah diketahuinya. Demikian pula
dengan Ibnu Baz rahimahullah. Beliau dikenal
dengan kelemah-lembutannya. Mudah tersentuh
hatinya dan meneteskan air mata saat
mendengar bacaan Alquran. Mendengar hadits-
hadits Nabi ﷺ . Mendengar kisah-
kisah kehidupan para ulama. Mendengar kabar
tentang kaum muslimin. Atau bahkan mendengar
sebuah syair.
Ilmunya tidak ia gunakan untuk mendebat orang
yang berilmu dan para guru. Ia adalah seorang
yang sangat rendah hati. Walaupun
kedudukannya tinggi. Seorang yang tenang dan
tidak tergesa-gesa dalam bersikap dan
mengambil keputusan. Ia dikenal sebagai seorang
yang dermawan dalam harta, waktu, ilmu,
kebaikan, dan pertolongan. Tentu tidak mungkin
tulisan singkat ini menguraikan contoh dari
masing-masing sifat tersebut.
Daya ingatnya sangat kuat. Semakin bertambah
usia, makin kuat pual hafalannya. Di antara ciri
orang besar dan sukses adalah mereka memiliki
semangat dan ketekunan yang luar biasa. Sifat
itu pula yang dimiliki Syaikh Ibnu Baz. Ia
senantiasa menjadi penengah dalam banyak
permasalahan. Karena ia dikenal adil, bijak, dan
sangat teguh memegang prinsip kebenaran.
Dengan padatnya kegiatan, Syaikh tetaplah
seseorang yang menepati janjinya.
Berkhdimat Kepada Umat
Pada tahun 1357-1371 H, Syaikh Ibnu Baz diberi
amanah oleh kerajaan sebagai imam dan khotib
di Kota al-Kharj. Di sana juga beliau memiliki
majelis pengajian 5 hari sepekan. Hanya hari
Selasa dan Jumat saja tidak ada majelis beliau.
Kemudian beliau pindah ke Kota Riyadh pada
tahun 1372 H. Di ibu kota kerajaan ini beliau
mengajar di Ma’had ar-Riyadh al-Ilmi. Perhatian
beliau terhadap perkembangan ilmu agama di
Riaydh sangatlah besar. Beliau mengembangkan
halaqah belajar di al-Jami al-Kabir di Riyadh.
Pada tahun 1381 H, beliau diangkat menjadi
wakil rektor Universitas Islam Madinah.
Kemudian menjadi rektor pada tahun 1390-1395
H. Dan beliau menginisiasi halaqah belajar di
Masjid Nabawi ( Jawanib min Sirati al-Imam Abdul
Aziz bin Baz , Hal. 45-48).
Dengan keterbatasannya, beliau tetap
menunaikan haji. Rukun Islam yang kelima itu
beliau laksanakan sebanyak 42 kali dalam
hidupnya. Haji pertama dilaksanakan pada tahun
1349 H. Setelah itu dilaksanakan empat kali haji
tidak berturut-turut. Berikutnya, 37 kali haji
dilaksanakan secara berturut-turut. Antara tahun
1372-1418 H ( Jawanib min Sirati al-Imam Abdul
Aziz bin Baz , Hal. 113).
Di dunia akademik modern, kita menyaksikan
biasanya seseorang hanya mengambil satu
bidang kajian khusus untuk ia dalami. Karenanya,
ketika ia berbicara tentang bidang kajiannya, ia
akan terlihat sangat mumpuni. Namun jika
berbicara di luar bidangnya, ia sama seperti
orang awam lainnya atau hanya mengetahui
secara general saja. Adapun Syaikh Ibnu Baz,
beliau pakar dalam banyak cabang ilmu agama.
Ketika Syaikh Ibnu Baz berbicara dalam satu
cabang di antara cabang-cabang ilmu agama,
maka orang yang mendengarnya akan
menyangka ia memiliki spesialisasi di bidang
tersebut. Namun ternyata hal itu sama ketika
beliau berbicara di cabang ilmu yang lain. Ketika
ia berbicara tentang hadits; pengenalan tentang
rijalul hadits dan rawi-rawinya, tentang shahih
dan dhaif-nya, orang akan menyangkanya sebagai
ahli hadits. Ketika beliau berbicara tentang
akidah, maka orang menyangka dialah pakarnya.
Demikian juga dalam ilmu tafsir, fikih, dan yang
lainnya. Para pendengar akan dibuat kagum akan
kedalaman ilmunya.
Warisan Ibnu Baz
Syaikh Ibnu Baz banyak mewariskan karya ilmiah.
Ada yang dalam bentuk tulisan. Ada pula dalam
bentuk rekaman ceramah dan seminar. Karya
tulis Syaikh Ibnu Baz adalah hasil transkrip dari
ceramah-ceramah atau ucapan yang beliau
diktekan kepada murid-muridnya.
Karya-karya beliau sangat menekankan koreksi
ritual ibadah. Karena tidak kita pungkiri, banyak
praktik-praktik ibadah yang menyelisihi tuntuntan
Rasulullah ﷺ. Seperti bagaimana
haji dan umrah yang sesuai dengan tuntunan
sunnah Rasulullah ﷺ. Tentang
bagaimana shalat sesuai bimbingan Nabi
ﷺ . Tentang bagaimana puasa dan
zakat. Beliau juga memiliki kumpulan fatwa yang
telah dikumpulkan oleh Muhammad bin Saad asy-
Syuwai’ir dalam 18 jilid tebal.
Beliau juga memiliki perhatian besar dengan
akidah yang shahih. Berpegang kepada Sunnah
dan memperingatkan masyarakat dari bahaya
bid’ah. Kemudian tentang dakwah dan akhlak.
Tentang hijab dan nikah. Memperingatkan
buruknya fanatisme kearaban. Tentang jihad di
jalan Allah, dll.
Kasih Sayang Sesama Muslim
Terlalu banyak kisah-kisah betapa kasihnya
Syaikh Ibnu Baz terhadap umat Islam di belahan
dunia. Bahkan tidak jarang orang-orang yang
telah berputus asa di negerinya, mengirim surat
ke Arab Saudi, kepada Syaikh Ibnu Baz, untuk
memohon bantuan. Tidak hanya dari negara
Arab. Surat permohonan tersebut juga datang
dari negeri-negeri di Asia Tenggara.
Mungkin orang mengira, karena Syaikh Ibnu Baz
adalah tokoh dakwah salaf di masa sekarang,
beliau tidak peduli dengan tokoh-tokoh
pergerakan. Beliau memang tegas dalam hal-hal
yang menyelisihi sunnah, namun beliau juga
memegang teguh prinsip persaudaraan dan kasih
sayang sesama muslim. Mungkin tidak banyak
yang tahu kalau Syaikh Ibnu Baz meminta
pemerintah Mesir untuk tidak menghukum mati
Sayid Qutb rahimahullah.
Syaikh Muhammad Majdzub –salah seorang
ulama Maroko- mengisahkan tentang kemarahan
Syaikh Ibnu Baz kepada pemerintah Mesir yang
memvonis mati Sayid Qutb. Beliau mengirim
surat kepada pemerintah Mesir agar
membatalkan vonis tersebut. Ia menyebut Sayid
Qutb adalah saudaranya. Beliau menutup
suratnya dengan mencantumkan ayat:
ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﻘْﺘُﻞْ ﻣُﺆْﻣِﻨًﺎ ﻣُﺘَﻌَﻤِّﺪًﺍ
ﻓَﺠَﺰَﺍﺅُﻩُ ﺟَﻬَﻨَّﻢُ ﺧَﺎﻟِﺪًﺍ ﻓِﻴﻬَﺎ
ﻭَﻏَﻀِﺐَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻟَﻌَﻨَﻪُ ﻭَﺃَﻋَﺪَّ
ﻟَﻪُ ﻋَﺬَﺍﺑًﺎ ﻋَﻈِﻴﻤًﺎ
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang
mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah
Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka
kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan
azab yang besar baginya.” (QS:An-Nisaa | Ayat:
93) ( Ulama wa Mufakkirun Araftuhum oleh
Muhammad Majdzub, 1: 77-106).
Namun sayang, ulama Rabbani ini tidak dibiarkan
populer dan mendapatkan hati di masyarakat.
tidak sedikit media yang berusaha membunuh
karakter beliau. Baik media Islam apalagi media
non-Islam. Dan masih banyak kisah-kisah lainnya
tentang hubunga beliau bersama tokoh-tokoh
dakwah lainnya. Karena itu, pujian terhadap
beliau datang dari lawan apalagi kawan. Orang-
orang yang berbeda pemikiran dan jalan
dakwahnya pun tidak sedikit yang datang kepada
beliau untuk berkonsultasi. Masyarakat awam
sangat menghormati dan mendengarkan
pendapatnya. Beliau mendapat tempat di hati
semua kalangan.
Syaikh Abdullah bin Sulaiman al-Mani’
menyatakan Syaikh Ibnu Baz adalah sebaik-baik
hakim. Ia adalah hakim yang adil. Hakim yang
berilmu. Hakim yang diridhai putusannya.
Diterima dan menenangkan masyarakat ( Ulama
wa Mufakkirun Araftuhum oleh Muhammad
Majdzub, 1: 77-106).
Jabatan-jabatan Semasa Hidupnya
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah pernah menjabat
sebagai ketua Idarah al-Buhuts al-Ilmiyah wa al-
Ifta wa ad-Dakwah wa al-Irsyad. Kemudian
menjabat Grand Mufti Kerajaan Arab Saudi dan
pimpinan Hai-ah Kibar al-Ulama wa Idarah al-
Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta.
Beliau juga adalah pimpinan dan anggota al-
Majlis at-Ta’sisi Li Rabithah al-Alam al-Islami dan
pimpinan Majlis al-A’la al-Alami lil Masajid.
Beliau juga mengemban amanah sebagai ketua
al-Majma’ al-Islami di Mekah al-Mukarrmah dan
anggota majelis tinggi Jami’ah Islamiyah di
Madinah.
Wafatnya Sang Alim
Syaikh Ibnu Baz wafat pada hari Kamis, 27
Muharam 1420 H di usia 80 tahun. Beliau telah
menghabiskan umurnya untuk ilmu, belajar,
mengajar, berbakti kepada Islam dan kaum
muslimin. Semoga Allah memberikan rahmat
yang luas kepada beliau. Dan membalas
kebaikannya dengan sebaik-baik balasan
( Jawanib min Sirati al-Imam Abdul Aziz bin Baz
oleh Muhammad al-Hamd, Hal. 587).
~kisah muslim~