✏✏✏...Kelezatan dalam Tholibul Ilmi
✒...Bagaimana kesungguhan Para Salaf dalam menuncari Ilmu sungguh menakjubakan bagi mereka yang meniti jalan mereka.
Lapar dan dahaga Mereka, Ulama Salaf dalam menuntut Ilmu menunjukkan kesunguhan dan kesabaran dalam menempuh jalan ini.
Mereka ingin mendapatkan kebaikan tholibul ilmi sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasululloh.
Rasululloh صلى الله عليه وسلم bersabda,
من سلك طريقًا يلتمس فيه علمًا سهَّل اللهُ له طريقًا إلى الجنةِ ، و إنَّ الملائكةَ لَتضعُ أجنحتَها لطالبِ العلمِ رضًا بما يصنعُ ، و إنَّ العالمَ لَيستغفرُ له مَن في السماواتِ و من في الأرضِ ، حتى الحيتانُ في الماءِ ، و فضلُ العالمِ على العابدِ كفضلِ القمرِ على سائرِ الكواكبِ ، و إنَّ العلماءَ ورثةُ الأنبياءِ ، إنَّ الأنبياءَ لم يُورِّثوا دينارًا و لا درهمًا ، إنما ورَّثوا العلمَ ، فمن أخذه أخذ بحظٍّ وافرٍ.
“Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak." (HR Ahmad (V/196), Abu Dawud, 3641, At-Tirmidzi, 2682, Ibnu Majah, 223 disohihkan Al-Albany)
Berikut ini sebagian kisah kesabaran dan kesungguhan mereka dalam Tholabul ilmi:
Nadhr bin Syumail رحمه الله berkata:
”Seseorang tidak akan mendapatkan kelezatan ilmu, hingga ia merasakan lapar (ketika menuntut ilmu), namun melupakan laparnya.” [At Tadzkiratul Huffadzh, Imam Adz DZahabi ,1/314].
Baqi bin Mikhlad Al Andalusy رحمه الله.
Beliau pernah berkeliling ke berbagai negara di dunia dengan hanya berjalan kaki !!!, Beliau berkata,"Sungguh , saya mengetahui seseorang yang ketika menuntut ilmu lewat berhari-hari tidak memiliki makanan, kecuali daun kubis yang sudah terbuang." [Tadzkiratul Huffadzh, Imam Adz Dzahabi 2/630]
Ibnu Kharras رحمه الله berkata:
” Saya minum kencing saya sendiri ketika saya dalam perjalanan menuntut ilmu, hal ini terjadi lima kali !! (seseorang tidak akan meminum kencingnya sendiri kecuali dalam keadaan sangat haus yang haus ini dapat mengakibatkan kematian)”. [Al Ibar Khoiri Man Ghabar, Imam Adz Dzahabi 2/70].
Abu Ali Al Hasan bin Ali Al Balkhi رحمه الله berkata:
” Aku pernah tinggal di Asqolan untuk belajar dari Ibnu Mushahhih dan lainnya. Bekal nafkah saya semakin menipis hingga beberapa hari saya tidak bisa makan. Saya ingin menulis pelajaran, namun tidak bisa (karena perut sangat lapar). Saya kemudian pergi ke toko roti dan duduk di dekat roti tersebut hingga mencium aromanya agar saya punya tenaga. Kemudian Alloh Azza wa Jalla membantu saya." [Tadzkiratul Huffadzh, Imam Adz Dzahabi 4/1173]
Imam Abu Hatim Ar Razi رحمه الله .
(Imam dan ulama besar dalam bidang Jarh Wa Ta’dil) pernah bercerita,
”Saya tinggal di bashrah delapan bulan dan kehabisan bekal nafkah. Saya menjual baju saya satu demi satu, hingga tidak punya apa-apa. Saya bersama teman pergi ke rumah Masyayikh (guru) untuk belajar hingga sore hari, kemudian saya pulang kerumah yang sepi untuk minum air karena lapar tidak punya makanan. Saya lakukan hal ini selama dua hari, Pada hari ketiga seorang teman berkata, ” Mari kita pergi ke rumah guru!”, Saya menjawab” Saya lemah dan tidak bisa (berdiri)”, Dia berkata lagi” Kenapa kamu lemah?”, Saya katakan kepadanya” Saya tidak akan merahasiakannya, sudah dua hari saya tidak makan.” Dia berkata,” Saya masih memiliki satu Dinar dan saya berikan kepadamu setengahnya.” [Al Jarh Wat Ta’dil, Imam Abu Hatim Ar Razi]
Imam Muhammad bin Thahir Al Maqdisi رحمه الله.
Beliau menceritakan tentang perjalanan menuntut ilmu dan kesulitan yang beliau alami, beliau berkata,” Saya tinggal di Tunis bersama Abu Muhammad bin Al Haddad, bekal saya semakin menipis hingga tersisa hanya satu dirham. Saat itu saya butuh roti dan kertas untuk menulis pelajaran. Jika dipakai beli kertas maka saya tidak akan makan roti. Kebingungan ini berlanjut hingga tiga hari (antarabeli roti atau beli kertas ), selama itu pula Saya tidak merasakan makanan sama sekali. Pada hari keempat, dalam hati saya berkata, ”Kalau saya punya kertas, maka saya tidak akan bisa menulis karena sangat lapar. Saya taruh uang satu dirham tersebut di mulut dan saya putuskan untuk keluar dan membeli roti. Tiba-tiba tanpa terasa uang satu dirham tersebut tertelan oleh mulut ke dalam perut, kemudian saya tertawa. Abu Thahir mendatangi saya dan bertanya,”Apa yang membuatmu tertawa? Saya menjawab, ”Khoir.”
Beliau meminta saya untuk menceritakannya, namun saya tolak. Ia terus memaksa sehingga saya ceritakan kejadiannya, lalu Beliau mengajak saya ke rumahnya dan memberi saya makanan.” [Tadzkiratul Huffadh, Imam Adz Dzahabi 4/1246]
Imam Al Bukhori رحمه الله berkata,”Saya menemui Adam bin Abi Iyyas di Asqolan untuk belajar darinya. Bekal saya semakin berkurang hingga saya makan rerumputan.”
...Semoga Allah menganugerahi kita kelezatan dalam tholabul ilmi, sebagaimana mereka Salaf telah mendapatkannya…!!!
Dinukil dari berbagai sumber
Abu Yusuf Masruhin
-----------------
♻ Silsilah nasihat ke - 105
Broadcast WA Dakwah Jalyat Unaiza_Indo
Ikuti di no: +966509273346