JALANI PUASAMU SEPERTI PELARI MARATHON
Seorang pelari marathon berbeda dengan sprinter. Dia tidak memulai startnya dengan kecepatan penuh. Ia mencukupkan startnya dengan kecepatan secukupnya. Pelan tidak, melakukan sprint juga tidak.Karena seorang pelari marathon tahu dia akan menempuh jarak yang jauh.
Yang dia butuhkan adalah kestabilan berlarinya.. konstanitas berlarinya. Dia juga tahu jika dia memulai startnya dengan sprint yang tinggi justru akan membuatnya loyo sebelum finish. Itu namanya PENYAKIT KELOYOAN DINI.
Pelari marathon justru menambah sprintnya saat menjelang finish. Dia kerahkan sisa-sisa tenaganya untuk mencapai finish dengan hasil terbaiknya.
Demikian pula menjalani ibadah puasa Ramadhan. Jangan kita terpengaruh dengan sprinter-sprinter. Yaitu di awal semangat dan baru seminggu sudah loyo. Dan ini dijalani kebanyakan orang. Begitu start.. mereka seolah-olah punya semangat yang menggebu-gebu. Baju kokonya baru, kopiahnya baru.. tarawih datangnya paling awal.. tadarus qur'an.. Namun setelah seminggu lewat.. lewat pula semangatnya.
Maka sekali lagi jalani puasa kita sebagaimana pelari marathon berlari....Ini baru hari pertama kita berpuasa. Kita evaluasi terlebih dahulu puasa kita satu tahun yang lalu untuk mengukur hasil dan statistik puasa kita.
Allah berfirman
يأيهاالذين أمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذ ين من قبلكم لعلكم تتقون
Puasa itu untuk meraih taqwa
Setidaknya ada 2 parameter utama yang sederhana.
1. Bertambahnya kualitas dan kuantitas amal-amal kebaikan
2. Berkurangnya amal-amal kemaksiatan dan amal-amal yang sia-sia.
Seorang salaf mengatakan
من ثواب الحسنة الحسنة بعدهاومن جزاء الشيئة الشيئة بعدها"
"Di antara balasa kebaikan adalah kebaikan berikutnya dan balasan keburukan adalah keburukan berikutnya."
Ibnu Rajab mengatakan "seseorang yang telah beramal kebajikan kemudian membuahkan orang tersebut menjadi rutin mengerjakan amalan-amalan sholih, maka itu di antara tanda diterimanya sebuah amal.
Amalnya dipuji atau dicela tidak berpengaruh karena dia beramal semata-mata hanya mengharap ridho Allah. Sebaliknya bila seseorang yang telah beramal kebaikan tetapi tak mengubah apa pun bahkan dia kembali kepada kemaksiatan maka itu bagian tanda amalnya tidak diterima. Wallahu a'lam.
Apakah amal sholeh yang puasa tahun lalu kita rajin mengerjakannya, kini masih konsisten?
Sholat malam kita, Tadarus kita, Sedekah kita, Ibadah-ibadah sunnah kita dan lain-lain?
Bagaimana pula dengan keburukan yang sudah biasa kita lakukan? Apakah kini telah hilang/berkurang?
Mengghibah saudara kita, Mudah mencela teman, Malas menuntut ilmu, Merokok, dan lain-lain?
Maka tak perlu ragu membuat target untuk meraih hasil maksimal. Canangkan pada diri masing-masing kita... amal sholeh apa yang akan mengokohkan ketaqwaan kita.
1. Mendatangi majlis ilmu.
Karena ilmu itu cahaya, yang dengannya kita bisa membedakan mana haq dan mana bathil; mana sunnah mana bid'ah. Dengan ilmu kita juga tidak mudah diajak pada ajaran-ajaran sesat.
2. Membaca Al Qur'an
Berapa juz mau khatamkan Al Qur'an selama Ramadhan? Al Qur'an adalah petunjuk..maka kita harus berusaha untuk membacanya serta memahami maknanya. Kalau kita baca pahalanya berlipat-lipat. Dia juga penyembuh. Masya Allah
3. Sholatul lail
Belajar ikhlas bisa dari sini. Saat orang-orang tertidur.. kita sengaja bersusah payah bangun untuk berwudhu dan mengerjakan sholat.
4. Membiasakan amalan2 sunnah sehari semalam
Mulai dari bangun tidur sampai mau tidur kembali dan bahkan tidurnya itu sendiri. Intinya, banyak yang bisa dikerjakan.
Bersemangatlah menyambut seruan Allah.. mencari ampunanNya, menggapai ridhoNya. Ingatlah.. usia kita tinggal tersisa sedikit. Waktu begitu cepat berlalu. Bekal kita sangat sedikit. Kita tdk tahu mana di antara amal-amal kita yang diterima. Dan dosa-dosa kita sangat banyak. Bahkan dosa-dosa yang kita tidak mengetahuinya.
Semoga Allah merahmati kita semua.
Wal afwu minkum.
#darikajiansiang
01R1436