Senin, 04 Oktober 2021

MUKMIN YANG KUAT LEBIH ALLAH CINTAI

Hadits 12
Mukmin yg kuat lebih baik dan lebih dicintai Alloh dari pada mukmin yg lemah. Dan masing² mempunyai kebaikan. 
(Berkaitan dengan keimanan). Bersemangatlah Dengan apa yg bermanfaat buatmu dan minta tolonglah kepada allah dan janganlah menjadi lemah.
Dan jika musibah menimpamu jangan mengatakan seandainya begini dan begitu, akan tetapi katakanlah qodarullah wa maasyaafa'ala. Sesungguhnya kata seandainya akan membuka amal/pintu syaithon. 

Dengan belajar agama akan menjadikan seorang kuat imannya.

Hadits ini singkat dan padat tapi banyak faedah didalamnya. Diantaranya 
1. Asma' wa sifat Alloh yakni allah mempunyai sifat mencintai. Dan sifat Alloh tidak sama dengan sifat makhluk, nama dan sifat Alloh mulia dan sempurna.  Ada hal² yg Alloh cintai dan mencintai seseorang yg memiliki hal² yg dicintai Alloh.  Dan juga cinta Alloh bertingkat tidak hanya 1 tingkatan. Sebagaimana mukmin yg kuat lebih Alloh cintai dibandingkan mukmin yg lemah.

Dari hadits ini menjelaskan akan iman adalah pada hati, tetapi ahlus sunnah juga menetapkan iman juga ucapan dan juga perbuatan. 

Sebagaimana hadits lain menyebutkan keimanan ada 60/70 cabang yg paling tinggi adalah ucapan laa ilaha illallah dan paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan, dan malu merupakan bagian dari iman. Ini adalah dalil² bagian dari iman, yakni hati/keyakinan, ucapan dan perbuatan. 


Mukmin yg kuat ialah yg kuat imannya maksudnya yg menguatkan cabang² keimanan yg 60/70 cabang tadi, dan semua ini dikuatkan dengan iman dan amal sholih serta didakwahkan kepada orang lain. Sedangkan Mukmin yg kurang semangat dalam memenuhi cabang² keimanan serta tidak mendakwahkannya maka ia adalah Mukmin yg lemah. 

Dan hadits inipula diantara dalil² yg menunjukkan bahwa iman itu naik(kuat) dan kadang turun(lemah).
Yg demikian itu sesuai dengan Ilmu keimanan yg dimiliki seseorang. Maka wajib bagi umat islam untuk terus belajar agamanya. Dan inilah yg menjadikan umat islam kuat dengan mempelajari agamanya. 

Dalam muamalah yg memberi perbandingan maka hendaknya menjelaskan point yg dituju dengan memberikan titik temu dari keduanya sehingga tidak merasa dihinakan orang yg dibandingkan tadi.
Perbandingan kebaikan bertingkat tingkat begitu pula keburukan juga bertingkat tingkat, dan setiap Perbandingan hendaknya diberikan titik temu. Seperti masing² kebaikan ada balasannya atau masing² keburukan adalah keburukan kepada Alloh.

Dari hadits ini juga sebagai bahan introspeksi diri kita masing², karena setelah Alloh adalah diri kita sendiri yg mengetahui keadaan masing² dari kita.

Catatan kajian ustadz Taufiq Badri LC 
Panduan perbaikan hati
Masjid Syamsul Huda Mojorejo kota madiun