Seorang pemuda yang baru saja memulai studinya di sebuah universitas ternama di Mesir. Ia, ketika kawan-kawannya yang lain bangga memakai pakaian ala Barat yang necis, seperti dasi yang rapi, baju berkerah yang modis, dan sepatu pantofel yang mengilap; ia malah memilih berjubah polos, berdandan seadanya, tetapi berkesan bijak dan bersih, rapi dengan rambut ditutup tarbus Mesir.
Universitas tempat ia belajar sedang mengibarluaskan reformasi pendidikan yang mencontoh model Mustafa Kemal yang menggulirkan sekularisme di negeri Turki. Imbasnya adalah, sekolah2 tinggi di Mesir mulai meninggalkan syiar keislaman dan bahkan meniadakan masjid sebagai fasilitas pendidikannya.
Namun, tidak dengan pemuda ini, tiada kata berserah pada keadaan yang tidak memihak kepada Islam. Suatu siang ketika hendak shalat Zuhur dan mencari tempat yang cocok untuk beribadah, ia melihat bapak tukang sapu kebersihan mengambil wudhu,lalu menuju gudang kampus dan membersihkan lantainya, sejenak kemudian ia tunaikan shalat Zuhur di gudang, di tempat yang tak seharusnya
" Bapak, kulihat Bapak shalat di sini? Mengapa? " tanya si pemuda ketika bapak tukang kebersihan itu telah menyelesaikan shalatnya.
"Memang. Tak mengapa," jawabnya lirih, "hanya saja, tak ada lagi tempat lain yang bisa kujadikan tempatku shalat di kampus ini."
Esoknya, pemuda ini-tetap dengan gayanya yang berbeda dengan yang lain-setiba waktu Zuhur, ia ambil wudhu, lalu berjalan gagah menuju tengah lapangan kampus, di tengah ramai-ramai mahasiswa berlalu. Ia bersihkan sepetak tanah, ia bentangkan semacam tikar sederhana di atasnya. Lalu ia dirikan shalat, ia laksanakan Zuhurnya di tengah lapangan hingga orang-orang terkaget sekaligus takjub melihatnya.
"Lihat, ia shalat! Ia shalat di tengah lapangan!". Dan mahasiswa lain hanya bisa terbengong saja. Bapak petugas kebersihan sebenarnya juga bergeleng-geleng, tetapi ia terkesima dengan keberanian pemuda ini, yang shalat di tengah lapangan kampus seakan mengajak orang-orang untuk berjamaah dengannya. Maka ia ambil posisi di sebelah pemuda, bermakmum padanya.
Dua orang itu, mereka Zuhur berjamaah di lapangan kampus, di bawah terik, di tengah manusia yang terheran-heran. Ada pula yang takjub ada pula yang mencaci. Sang pemuda dan bapak petugas kebersihan melakukannya lagi esok hari, terus menerus setiap hari hingga orang mulai terbiasa dengan fenomena unik itu.
Hanya berdua? Tidak lagi. Satu persatu mahasiswa lain akhirnya ikut berjamaah di lapangan kampus, membentuk shaf. Makin hari, makin ramai. Inspirasi itu terus bergelombang dan berbunga indah, hingga akhirnya setiap Zuhur, orang-orang akan mengambil wudhu dan menyatu dalam baris-baris rapi jamaah shalat di lapangan. Fenomena nan sungguh indah ini menjadi perhatian rektorat universitas. Di akhir kisah, pihak universitas membangun masjid sebagai pusat kegiatan shalat dan keagamaan. Akhir yang indah, bukan?
Untuk kalian yang rindu perubahan, pemuda itu kini menjadi legenda yang dikenang indah oleh dunia Islam. Sang inspirator itu bernama : HASAN AL-BANNA
***
"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Qs. Muhammad 47 : 7)
"Jika Allah menolong kamu, maka tak ada yang dapat mengalahkan kamu " (Qs. Ali Imran 3 : 160)