✏Cara Menjaga Diri dari Fitnah
✒Rasululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
( إِنَّ السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنَ.)
“Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang dijauhkan dari fitnah" [ HR Abu Dawud, 4263 disohihkan Al-Albani
Ada beberapa pertanyaan yang sering terbetik pada bayangan kita:
Apa kita bisa memperoleh kebahagiaan?”
“Bagaimana bisa memperoleh tujuan mulia ini?”
“Bagaimana cara terlindung dari berbagai macam fitnah?”
“Bagaimana seorang muslim bisa selamat dari kejelekan, bahaya dan keburukan fitnah?
Sebagai bentuk nasihat kepada diri sendiri dan orang lain, seorang Muslim hendaknya memperingatkan dari fitnah-fitnah dan berusaha sekuat mungkin untuk menjauhinya, membersihkan diri darinya, tidak terjatuh ke dalamnya dan berlindung kepada Allah dari fitnah-fitnah yang tampak, maupun yang tersembunyi.
Berikut ini kaidah-kaidah yang lurus, yang mana apabila seorang muslim memperhatikannya dan menjalankannya, maka dia akan terjauh dari fitnah -dengan izin Allah-.
Kaidah-kaidah agung ini bersumber dari Kitabullâh dan Sunnah Nabi:
1. Sesungguhnya hal yang paling penting yang bisa membentengi diri seseorang dari keburukan dan bahaya fitnah adalah bertakwa kepada Allah jalla wa ‘alâ dan senantiasanya menjaganya baik dalam keadaan tidak terlihat orang, maupun terlihat oleh orang lain.
Allah berfirman:
{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ (3)}
“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan memberikannya jalan keluar dan memberikan rezeki dari arah yang tidak dia sangka.” (At-Thalâq: 2-3)
Maksudnya adalah Allah akan mejadikan untuknya jalan keluar dari semua fitnah, ujian dan keburukan di dunia dan akhirat.
Dan akhir yang baik itu selalu teruntuk orang yang bertakwa.
Ketika terjadi fitnah di zaman Tâbi’in. Datanglah rombongan penasihat kepada Thalq bin Habib rahimahullah. Mereka berkata, “Telah terjadi fitnah. Bagaimana agar kita terbentengi darinya?” Beliau pun menjawab, “Bentengilah dengan bertakwa.” Mereka pun berkata, “Jelaskanlah kepada kami tentang ketakwaan itu!” Beliau berkata, “Bertakwa kepada Allah adalah beramal dengan ketaatan kepada Allah, dengan cahaya dari Allah, mengharapkan rahmat Allah dan meninggalkan maksiat kepada-Nya dengan cahaya dari Allah karena takut siksa Allah.”
2. Di antara kaidah-kaidah penting untuk menghindari fitnah adalah mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta berpegang teguh dengan keduanya.
Sesungguhnya berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah jalan menuju kemuliaan, keselamatan dan keberuntungan hidup di dunia dan akhirat.
Imam Malik berkata:
“As-Sunnah adalah perahu Nabi Nuh عليه السﻻم. Barang siapa yang menaikinya maka akan selamat. Barang siapa yang meninggalkannya, maka dia akan binasa dan tenggelam.”
Cara selamat ketika terjadi perselisihan dan cara selamat dari fitnah hanyalah bisa dilakukan dengan berpegang teguh dengan sunnah Nabi dan menjauhkan diri dari bid’ah dan hawa nafsu.
3. Di antara kaidah-kaidah penting untuk menjauhi fitnah adalah lemah lembut, tenang, tidak tergesa-gesa dan memikirkan akibat-akibat yang akan terjadi.
Sesungguhnya ketergesa-gesaan tidak akan mendatangkan kebaikan, sedangkan ketenangan akan membawa kebaikan dan keberkahan. Barang siapa yang selalu tergesa-gesa dalam setiap urusannya dan terburu-buru dalam mengambil tindakan, sesungguhnya dirinya tidak akan merasa aman dari ketergelinciran dan terjatuh kepada kesesatan dan kesalahan. Adapun orang yang lemah lembut, tenang, jauh dari ketergesa-gesaan, berpikir matang, tidak terburu-buru, selalu mempertimbangkan dan melihat akibat-akibat yang akan terjadi, sesungguhnya -dengan izin Allah- dia akan mendapatkan hasil-hasil terpuji yang akan membahagiakannya di dunia dan akhirat.
Dari Abdullah bin Mas’ûd berkata:
( إِنَّهَا سَتَكُوْنُ أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَات فَعَلَيْكُمْ بِالتُّؤَدَةِ ، فَإنَّكَ أَنْ تَكُوْنَ تَابِعًا فِي الْخَيْرِ، خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَكُوْنَ رَأْسًا فِي الشَّرِّ.)
“Sesungguhnya akan ada hal-hal syubhat (samar). Wajib bagi kalian untuk berlahan-lahan. Sungguh, apabila engkau menjadi pengikut suatu kebaikan, itu lebih baik daripada engkau menjadi pemimpin suatu keburukan.”
Sesungguhnya orang-orang yang tergesa-gesa dan tidak berpikir matang dalam menangani urusan dan tidak tenang dan tidak perlahan, maka dia akan membuka untuk dirinya dan orang lain di antara hamba-hamba Allah suatu pintu keburukan dan mala petaka. Dia juga akan menanggung dan menyesali dosanya dan akan mengakibatkan bahaya yang sangat memberatkan.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
“Sesungguhnya di antara manusia ada kunci-kunci (pembuka pintu) kebaikan dan gembok-gembok (penutup pintu) keburukan. Dan di antara manusia ada kunci-kunci (pembuka pintu) keburukan dan gembok-gembok (penutup pintu) kebaikan. Beruntunglah orang yang Allah jadikan kunci-kunci kebaikan tersebut di kedua tangannya. Dan celakalah orang yang Allah jadikan kunci-kunci keburukan di kedua tangannya.”[HR Ibnu Mâjah no. 237 dihasankan Al-Alban]
Orang yang berakal selalu berhati-hati dalam melihat akibat-akibat yang akan terjadi. Dia akan selalu sabar, lembut, tenang, tidak tergesa-gesa dan tidak terburu-buru. Sesungguhnya ketergesa-gesaan dan keterburu-buruan tersebut akan menggiring orang yang memilikinya kepada akibat buruk yang fatal, bahaya yang pedih dan hasil yang buruk.
4. Di antara kaidah-kaidah yang penting adalah selalu bersama jamaah kaum muslimin dan menjauhkan diri dari perpecahan dan perselisihan.
Sesungguhnya perpecahan adalah suatu keburukan, sedangkan persatuan adalah rahmat. Dengan berjamaah, maka akan menghasilkan kesatuan, kekuatan ikatan dan ketinggian wibawa kaum muslimin. Dengan berjamaah akan terwujud persatuan tujuan mereka, terjadinya tolong menolong di antara mereka di atas kebaikan dan ketakwaan dan di atas segala hal yang dapat membahagiakan mereka di dunia dan akhirat.
Adapun perselisihan, sesungguhnya dia akan menggiring kepada keburukan-keburukan yang banyak, bahaya-bahaya yang bermacam-macam dan malapetaka yang akibatnya tidak akan terpuji.
Rasulullah bersabda:
( الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ ، وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ.)
“Jamaah adalah rahmat (kasih sayang), sedangkan
perpecahan adalah azab.”[HR Ahmad (IV/278) disohihkan Al-Albany dalam Al-Jami', 3109]
Sabdanya:
“Kalian wajib berjamaah dan hindarilah oleh kalian perpecahan.”[ HR At-Tirmidzi, 2165 disohihkan Al-Albani]
5. Di antara kaidah-kaidah agung yang harus diperhatikan untuk melindungi diri dari fitnah dan menjauhi keburukannya adalah mengambil ilmu dari para ulama yang mendalam ilmunya dan para imam peneliti serta tidak mengambil ilmu dari orang-orang muda yang baru belajar ilmu dan hanya sebentar mencarinya.
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((الْبَرَكَةُ مَعَ أَكَابِرِكُمْ.)
“Keberkahan ada bersama orang-orang tua di antara kalian.”[HR Ibnu Hibbân, 559 disohihkan Al-Albani dalam Ash-Shahîhah, 1778[
Keberkahan ada bersama pada orang-orang tua di antara kalian yang “kaki-kaki” mereka telah “tertancap” pada ilmu, yang masa belajarnya sangat lama untuk mendapatkannya, sehingga mereka memiliki kedudukan tinggi di antara umat, atas apa-apa yang Allah berikan kepada mereka berupa ilmu, hikmah, ketegaran, ketenangan dan kejelian dalam melihat akibat-akibat yang akan terjadi. Dan dari merekalah kita diperintahkan untuk mengambil ilmu.
Allah berfirman:“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalaulah mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil-amri (orang yang memegang urusan) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil-amri). Kalaulah bukan karena karunia dan rahmat Allah kepada kalian, tentulah kalian mengikut setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kalian).” (An-Nisâ’: 83)
Barang siapa yang kembali kepada mereka (para ulama tersebut), maka akan merasa aman dari fitnah dan mendapatkan hasil yang terpuji.
6. Di antara kaidah-kaidah penting untuk terhindar dari fitnah adalah bagusnya hubungan dengan Allah dan berdoa kepada-Nya.
Sesungguhnya doa adalah kunci dari setiap kebaikan di dunia dan akhirat. Terlebih lagi, permohonan kepada Allah agar kaum muslimin dijauhkan dari fitnah, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Berlindung kepada-Nya subhânahu dari fitnah-fitnah yang menyesatkan. Sesungguhnya, siapa yang meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah akan melindunginya. Siapa yang memohon kepada-Nya, maka Allah akan mengabulkannya. Sesungguhnya Allah subhânahu tidak akan mengecewakan seorang hamba yang berdoa kepada-Nya dan tidak akan menolak seorang hamba yang memanggil-Nya.
Alloh berfirman:“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Oleh karena itu, hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)
Dan kita memohon kepada Allah Al-Karîm dengan menggunakan Al-Asmâ-ul-Husnâ-Nya dan Sifat-sifat-Nya yang tinggi agar Allah menjauhkan fitnah dari kaum muslimin, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, agar Allah menjaga keamanan dan keimanan kaum muslimin, agar Allah menjaga mereka dari seluruh keburukan, agar Allah menjadikan untuk mereka akibat-akibat dan masa depan yang terpuji dan akhir yang baik.
Diringkas dari artikel Syaikh DR Abdurrozaq
Abu Yusuf Masruhin
✏✒....✒✏
--------------
Repost Broadcast WA Dakwah Jalyat Unaiza_Indo