Jumat, 26 Juni 2015

Hukum puasa untuk orang safar

�� BimbinganIslam.com
Kamis, 08 Ramadhān 1436 H/25 Juni 2015 M
�� Faidah Hadits
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

عن عائشة رضي الله عنها : إن حمزة بن عمرو الأسلمي قال للنبي - صلى الله عليه وسلم - : أأصوم في السفر ؟ وكان كثير الصيام ، فقال : " إن شئت فصم وإن شئت فأفطر

Dari 'Āisyah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā, bahwasanya Hamzah Ibn 'Amr Al-Aslamiy radhiyallāhu 'anhu berkata kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam: "Apakah aku berpuasa ketika safar?" Dan beliau adalah orang yang banyak berpuasa. Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: "Apabila engkau ingin maka hendaklah engkau berpuasa. Dan apabila engkau ingin maka hendaklah engkau berbuka puasa." (HR. Bukhari dan Muslim)

'Āisyah radhiyallāhu 'anhā menceritakan tentang seorang shahābat yaitu Hamzah bin 'Amr Al-Aslamiy radhiyallāhu 'anhu, beliau adalah seorang shahābat yang banyak berpuasa dan kuat untuk melakukan puasa. Beliau mengetahui bahwasanya Allāh memberikan keringanan bagi orang yang musafir untuk tidak berpuasa, maka beliau bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam karena beliau orang yang kuat berpuasa.

Dari jawaban Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menunjukkan bahwa boleh bagi orang yang musafir untuk berpuasa dan tidak wajib untuk berbuka puasa.

Sebagian ulama dan mereka adalah sedikit, ada yang tidak membolehkan berpuasa ketika safar, bahkan mengatakan Bahwa puasa orang yang safar tidak sah, seperti Azh-Zhahiriyyah berpendapat demikian, mereka berdalil dengan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ 

"Dan barangsiapa diantara kalian yang sakit atau dalam keadaan safar maka mengganti pada hari yang lain." (Al-Baqarah 184)

Mereka mengatakan, disini Allāh mewajibkan orang yang safar untuk mengganti puasa pada hari yang lain artinya orang yang safar berbuka. Dengan berdalil ayat inilah sehingga mereka berpendapat bahwa kewajiban orang yang safar adalah tidak berpuasa dan apabila berpuasa maka puasanya tidak sah.

Tapi ini pendapat yang sangat lemah, jumhūr (mayoritas) ulama diantaranya Imam yang Empat (Imām Abū Hanīfah, Imām Syāfi'ī, Imām Mālik, Imām Ahmad) rahimahumullāh, mereka mengatakan sahnya orang yang berpuasa ketika safar, diantara dalilnya adalah hadits ini.

Orang yang berpuasa diberikan muqayyad (pilihan), boleh dia berpuasa dan puasanya sah dan tidak perlu mengqadha, akan tetapi apabila dia berbuka maka dia berkewajiban untuk mengqadha pada hari yang lain. Oleh karena itu para ulama menyebutkan bahwasanya firman Allāh:

فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ 

Disini ada taqdirnya (ada tambahannya), yaitu

فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ (فَأَفْطَرَ) فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ 

Artinya kalau orang sakit dan dia berbuka, atau orang safar dan dia berbuka ketika safarnya, maka mengganti pada hari yang lain. Adapun seorang yang safar atau sakit dan dia tidak berbuka (berpuasa) maka orang yang seperti ini tidak berkewajiban mengganti pada hari yang lain. Ini adalah sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berupa ucapan yang menunjukkan tentang bolehnya seseorang berpuasa ketika safar.

��Ditranskrip dari Ceramah Ust. 'Abdullāh Roy, MA saat mengisi kajian kitab 'Umdatul Ahkām bab Puasa. Pontianak, 24 Sya'ban 1436 H.
___________________________
�� Program Cinta Ramadhan~Yayasan Cinta Sedekah :
1. Tebar Paket Ifthar & Sahur Ramadhan
2. Program I'tikaf Ramadhan
3. Bingkisan Lebaran u/ Yatim & Dhu'afa
4. Tebar Al-Quran Nasional

�� Donasi Cinta Ramadhan
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek 3310004579
| Kode Bank 147
| Konfirmasi donasi, sms ke 0878 8145 8000 dengan format:
Nama#Domisili#Jumlah Transfer#Donasi Untuk Program

Materi Tematik Ramadhān

�� BimbinganIslam.com
Kamis, 08 Ramadhān 1436 H/25 Juni 2015 M
�� Materi Tematik Ramadhān
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Sesungguhnya Allāh telah menjadikan bulan Ramadhān sebagai bulan untuk mencari kebaikan sebanyak-banyaknya, diantara rahmat Allāh adalah Allāh mengkondisikan bulan tersebut untuk membelenggu syaithan-syaithan sehingga hamba-hambaNya mudah untuk melakukan kebaikan, sehingga mereka tidak leluasa untuk menggoda.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِى مُنَادٍ يَا بَاغِىَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِىَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ. رواه البخاري ومسلم والترمذي واللفظ له

"Apabila awal bulan Ramadhān telah tiba, para setan dan jin-jin yang durhaka dibelenggu. Pintu-pintu neraka ditutup dan tidak satupun dibuka. Pintu-pintu surga dibuka dan tidak satupun ditutup. Dan ada penyeru yang berkata: "Wahai pencari kebaikan bergegaslah! wahai pencari keburukan berhentilah...!" Dan pada setiap malamnya Allah membebaskan sebagian hamba-Nya dari api neraka."

(Diriwayatkan oleh Al Bukhkari, Muslim, Tirmidzi dan ini adalah teks riwayat At Tirmizi)

Kita dimotivasi, syayāthin dibelenggu dan pahala diperbesar tatkala di bulan Ramadhān sehingga bulan Ramadhān disebut bulan yang penuh keberkahan.

Karenanya wajar jika kaum muslimin lebih bersemangat beribadah dibulan Ramadhān daripada bulan-bulan yang lainnya.

Dan inipun dialami oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam senantiasa semangat beribadah, tetapi pada bulan Ramadhān lebih daripada biasanya.

Hal ini diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiyallāhu 'anhumā:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة

“Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhān saat beliau bertemu Jibrīl. Jibrīl menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Qurān. Dan kedermawanan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari, no.6)

Oleh karenanya kita tidak senantiada bisa bertemu dengan bulan Ramadhān, maka wajar kita berusaha untuk semangat, sekarang musim panen, kita berusaha untuk beramal sebanyak-banyaknya, terutama amalan-amalan yang dianjurkan tatkala di bulan Ramadhān.

✅ Yang perlu saya ingatkan adalah agar bulan Ramadhān tidak kita lalui sebagaimana rutinitas tahunan.

Ingat sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barangsiapa yang puasa Ramadhān karena iman dan karena ingin mendapatkan pahala, maka dia diampuni dosanya yang telah lewat." (Muttafaqun 'alaihi dari Abū Hurairah)

Oleh karenanya hendaknya:

◆ Setiap malam kita berusaha mencari pahala dan ampunan Allāh.

Hadirkan dalam diri kita setiap malam dihari-hari bulan Ramadhān, kita berharap ampunan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Karena bahwasanya Allāh mencatat hamba-hambaNya untuk terbebaskan dari api neraka setiap malam, setiap malam Allāh menjanjikan itu. Oleh karenanya harapan ini hendaknya kita hadirkan dalam amalan kita sehari-hari.

Diantara amalan yang dianjurkan dibulan Ramadhān adalah:

◆ Membaca Al-Qurān

Karena Ramadhān adalah SYAHRUL QURĀN.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah memilih bulan Ramadhān sebagai bulan Al-Qurān, Allāh berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“Bulan Ramadhān, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qurān sebagai petunjuk bagi manusia." (Al-Baqarah 185)

 إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

"Kami telah menurunkan Al-Qurān pada malam Lailatul Qadr." (Al-Qadr 1)

Bahkan ada riwayat dari Imam Ahmad dalam Musnadnya yang dinyatakan hasan oleh sebagian ulama bahwasanya kitab-kitab suci yang lainnya juga diturunkan dibulan Ramadhān seperti Taurat, Injil, Zabur.

Bulan Ramadhān adalah bulan spesial, berkaitan dengan kitab suci, terutama Al-Qurān. Oleh karenanya malaikat Jibrīl mengajari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam Al-Qurān dibulan tersebut.

Sebagian ulama seperti Imām Mālik yang memiliki majlis hadits di Masjid Nabawi, beliau tutup majlisnya kemudian beliau sibuk membaca Al-Qurān.

Oleh karenanya perlu bagi kita untuk mengkhususkan waktu untuk membaca Al-Qurān, kalau bisa membaca terjemahannya alhamdulillāh, jika ada ayat-ayat yang menarik hati bacalah tafsirnya.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: Dari Abu Umamah Al Bahiliy, (beliau berkata), “Aku mendengar Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda,

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

“Bacalah Al-Qurān karena Al-Qurān akan datang pada hari kiamat nanti sebagai syafi’ (pemberi syafa’at) bagi yang membacanya."

(HR. Muslim no. 1910. Lihat penjelasan hadits ini secara lengkap di At Taisir bi Syarhi Al Jami’ Ash Shagir, Al Munawi, 1/388, Asy Syamilah)

Saya ingatkan, tatkala membaca Al-Qurān akan datang banyak pengganggu, misal bunyi sms, oleh karenanya harus berani cuek. Kalau sudah target membaca Al-Qurān 1/2 jam jangan pegang-pegang HP, disilent atau dimatikan, kalau lebih dari itu maka alhamdulillāh sehingga kita bisa melewati firman-firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan hati kita tidak akan sejuk kecuali kalau kita membaca Al-Qurān Al-Karīm.

Diantara sunnah yang lain adalah:

◆ Qiyāmul lail (shalat Tarāwīh), jangan lupa untuk dikerjakan.
◆ Bershadaqah, terutama memberikan makanan untuk orang yang berbuka puasa.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sebutkan,

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

“Barangsiapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”

(HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, dari Zaid bin Khālid Al Juhani. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Ada sunnah yang diperselisihkan oleh para ulama, seperti sunnah membaca do'a tatkala berbuka puasa artinya do'a tersebut dikhususkan tatkala berbuka, minta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ لَدَعْوَةً مَا تُرَدُّ »

Dari ‘Abdullāh bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya do’a orang yang berpuasa ketika berbuka tidaklah tertolak.” (HR. Ibnu Majah no. 1753)

Ada hadits lain yang disepakati keshahihannya adalah yaitu do'a yang dikabulkan adalah do'a orang yang berpuasa, namun ada hadits yang mengkhususkan berdo'a menjelang berbuka atau setelah berbuka, maka do'anya dikabulkan. Hadits ini dinilai dha'if oleh sebagian ulama, seperti Syaikh Al-Albani rahimahullāh dan dinilai hasan oleh ulama yang lain seperti Syaikh Muhammad bin Shālih Al-'Utsaimin rahimahullāh karena melihat syawahid dari hadits ini. Dan hadits ini juga dikuatkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirannya.

Walaupun hadits ini diperselisihkan namun sebagian salaf mengamalkan hadits ini. Dan ini adalah amalan yang dipraktekkan di kota Madinah, disana menjelang berbuka orang-orang berdo'a, secara umum orang yang berpuasa dikabulkan oleh Allāh, namun pengkhususan waktu menjelang berbuka memang dalilnya diperselisihkan oleh para ulama. Namun saya condong mengamalkan hadits tersebut.

�� Ust. Firanda Andirja, MA
�� Sumber: https://youtu.be/PwvlzbPlB54
___________________________
�� Program Cinta Ramadhan~Yayasan Cinta Sedekah :
1. Tebar Paket Ifthar & Sahur Ramadhan
2. Program I'tikaf Ramadhan
3. Bingkisan Lebaran u/ Yatim & Dhu'afa
4. Tebar Al-Quran Nasional

�� Donasi Cinta Ramadhan
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek 3310004579
| Kode Bank 147
| Konfirmasi donasi, sms ke 0878 8145 8000 dengan format:
Nama#Domisili#Jumlah Transfer#Donasi Untuk Program

14 ABAD YANG LALU DIA PERNAH MERINDUKANMU

"14 ABAD YANG LALU DIA PERNAH MERINDUKANMU"

Dialah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam…

�� Tepat sembilan hari menjelang wafatnya turunlah firman Allah subhanahu wata'ala yang berbunyi:

وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ

��“ Dan peliharalah diri kalian dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kalian semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak didzalimi.”
(Al Baqarah : 281)

Semenjak itu raut kesedihan mulai tampak di wajah beliau yang suci.

�� “Aku ingin mengunjungi syuhada Uhud" ujar beliau.

Beliaupun pergi menuju makam syuhada Uhud, sesampainya disana beliau mendekati makam para syuhada dan berkata, “Assalamu’alaikum wahai syuhada Uhud, kalian telah mendahului kami. Insya Allah kamipun akan menyusul kalian.”

Ditengah perjalanan pulang, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menangis. Para sahabat yang mendapinginya bertanya,
“Apa yang membuatmu menangis wahai Rasulullah?”

��Beliau menjawab,
“Aku rindu kepada saudara-saudaraku.”

Mereka berkata,
“Bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?”
��Beliau menjawab,
“Bukan, kalian adalah sahabat-sahabatku. Adapun saudara-saudaraku adalah mereka yang datang sesudahku, mereka beriman kepadaku padahal mereka belum pernah melihatku.”
(HR. Ahmad)

Alangkah tulus ungkapan itu..

Namun tersisa beragam tanya:

Kitakah yang dirindukan itu…?
Bila iya, Sudahkah kita merindukannya…?
Sudahkah kita beriman sehingga pantas dirindu…?
Sudahkan kita mengamalkan sunnahnya sebagai bukti cinta…?
Pantaskah diri yang lalai ini dirindukan Rasul suci yang mulia…?

Duhai.. alangkah malangnya bila yang dirindukan itu terusir dari telaga haudhnya.

��Alangkah malangnya bila nanti terdengar darinya ucapan, “menjauhlah dari telagaku…”

Kau tau kenapa…?
Karena mereka telah merubah-rubah Agama yang dibawanya.

Wahai insan yang dirindu….
▶Ikutilah jalan hidup manusia agung yang dulu pernah merindukanmu..
Jauhi segala macam bid’ah dalam agama, agar kau tak terusir dari telaganya.
Buktikan cintamu dengan ittiba’ agar cintamu tak bertepuk sebelah tangan.

Ingat selalu firman Allah azza wa jalla:
Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. 3:31)

Ingat kawan….
Ditepi telaga haudh beliau menanti kita..

“Aku akan mendahului kalian di telaga. Aku sebagai saksi atas kalian” dan sesungguhnya—demi Allah— saat ini aku sedang memandang telagaku itu”
(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Kitab: "TAMAN ORANG JATUH CINTA"
karya Ibnul Qoyyim al Jauziyyah

sumber: Grup kajian Surabaya,

--------------
�� ADMIN SALAFIYAT INDONESIA (ASIA)

PEMBATAL-PEMBATAL PUASA YANG PALING BANYAK DITANYAKAN TENTANG (HUKUM) NYA

��مفطرات الصيام التي يكثر السؤال عنها:

��التحاميل ( لاتفطر) ابن عثيمين

��قطرة العين ( لاتفطر) ابن تيمية وابن باز      وابن عثيمين.

��الكحل ( لايفطر)ابن تيمية وابن باز و ابن عثيمين.

��قطرة الأذن ( لاتفطر)ابن تيمية وابن باز و ابن عثيمين.

��قطرة الأنف ( اذا وصلت الى المعدة فإنها تفطر) ابن عثيمين .
ابن باز: قطرة الأنف لاتجوز للصائم ومن وجد طعمها في حلقه فعليه القضاء.

��بخاخ الربو ( لايفطر) ابن باز ابن عثيمين واللجنة الدائمة.

��الإبر المغذية( تفطر) ، والإبر العضلية او الوريدية أو الجلدية ( لاتفطر) ابن عثيمين وابن باز.

��إبر البنسلين ( لاتفطر) ابن عثيمين

��إبر الأونسولين لمرضى السكر ( لاتفطر) اللجنة الدائمة.

��إبرة تخدير الأسنان وعمل حشوه وتنظيفها
( لايفطر) ابن باز.

��استنشاق البخور عمداً مع العلم( يفطر) ، أما مجرد شم البخور ( فلايفطر) ابن عثيمين.

��استعمال العطور واستنشاقها( لايفطر) ابن عثيمين وابن باز.

��مرطب الشفتين( لايفطر) بشرط عدم ابتلاع شيء منه، ابن عثيمين

��المكياج ( لايفطر)  ابن باز وابن عثيمين

��القيء عمداً ( يفطر) ، وبغير عمد( لايفطر) ابن عثيمين وابن باز.
.

��رعاف الأنف وقلع الضرس مع خروج دم ( لايفطر) ابن عثيمين وابن باز.

��تحليل الدم( لايفطر) ابن باز وابن عثيمين.

��الإحتلام( لايفطر) ابن عثيمين وابن باز.

��السباحة والغوص( لايفطر) ابن عثيمين

��دواء الغرغرة( لايفطر) بشرط عدم ابتلاع شيء، ابن عثيمين

��السواك( لايفطر) ابن عثيمين وابن باز.

��معجون الأسنان ( لايفطر) اذا لم ينزل الى المعدة، والأولى عدم استعماله؛ لان له نفوذ قوي. ابن عثيمين وابن باز.

��بلع النخامة( لايفطر) ابن عثيمين

��تذوق الطعام( لايفطر)  ولكن لاتبتلعه ،ولاتفعله الا لحاجه. ابن عثيمين

��لصقات النيكوتين( تفطر) اللجنة الدائمة.

من ‏​‏​‏​‏​‏​‏​‏​تنبيهات شهر رمضان

نقل عن مجموعات الكتاب والسنة
بتصرف- يسي-ر
------------------------------------------------------------

�� PEMBATAL-PEMBATAL PUASA YANG PALING BANYAK DITANYAKAN TENTANG (HUKUM) NYA

1. Suppositoria (obat berbentuk peluru yg dimasukkan ke dalam anus atau yg semisalnya).
�� Tidak membatalkan puasa. Menurut pendapat asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh.

2. Tetes mata.
�� Tidak membatalkan puasa.
Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah, asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahumulloh.

3. Celak
�� Tdk membatalkan puasa
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin.

4. Tetes telinga
�� Tidak membatalkan puasa.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahumulloh.

5. Tetes hidung
�� Jika sampai masuk ke lambung
�� maka membatalkan puasa.
asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh.

�� Adapun asy-Syaikh Ibnu Baz berpendapat tetes hidung tidak boleh bagi orang yg berpuasa. Dan barang siapa yang mendapati rasanya di tenggorokannya,  maka wajib baginya untuk mengqodho' (yakni batal puasanya).

6. Sprayer (semprot) asma.
�� Tidak membatalkan puasa.
asy-Syaikh Ibnu Baz, aay-Syaikh Ibnu Utsaimin dan al-Lajnah ad-Daimah rahimahumulloh.

7. Suntikan Nutrisi.
�� ⚠ Membatalkan puasa.

�� �� Adapun suntikan otot, pembuluh darah atau kulit maka tidak membatalkan.
asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumalloh.

8. Suntik Pinichilin
�� Tidak membatalkan puasa.
asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh.

9. Suntik Insulin bagi penderita diabetes.
�� Tidak membatalkan puasa.
al-Lajnah ad-Daimah.

10. Suntik bius (anastesi) pada gigi, menambal dan membersihkannya.
�� Tidak membatalkan puasa.
asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahulloh.

11. Menghirup bukhur (asap gaharu) dengan sengaja dalam keadaan tahu.

⚠ Membatalkan puasa.

�� Adapun sekedar mencium aroma bukhur tanpa sengaja menghirupnya, maka tidak membatalkan.
asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh.

12. Memakai minyak wangi dan menghirupnya.
�� Tidak membatalkan puasa.
asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumalloh.

13. Pelembab bibir.
�� Tidak membatalkan puasa,
�� Dengan syarat tidak ada yg tertelan sedikitpun darinya.
asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh.

14. Make up.
�� Tidak membatalkan puasa.
asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh.

15. Muntah dengan sengaja.
⚠ Membatalkan puasa.

�� Adapun jika tidak sengaja maka tidak membatalkan.
asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh.

16. Epistaksis (mimisan), cabut geraham disertai keluarnya darah.
�� Tidak membatalkan puasa.
asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumalloh.

17. Diambil darah untuk diperiksa.
�� Tidak membatalkan puasa.
asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh.

18. Ihtilam (mimpi basah).
�� Tidak membatalkan puasa.
asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumalloh.

19. Berenang dan menyelam.
�� Tidak membatalkan puasa.
asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh.

20. Obat kumur (semisal listerin).
�� Tidak membatalkan puasa.
�� Dengan syarat tidak ada yang tertelan sedikitpun darinya.
asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh.

21. Siwak.
�� Tidak membatalkan puasa.
asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumalloh.

22. Pasta gigi (gosok gigi).
�� Tidak membatalkan puasa selama tidak sampai ke lambung.

�� (Akan tetapi) yang lebih utama tidak menggunakannya, karena memiliki pengaruh (rasa) yang kuat.

23. Menelan dahak.
�� Tidak membatalkan puasa.
asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh.

����adapun asy Syaikh ibnu Baz rahimahulloh berpendapat dahak/riak (النخامة) tidak boleh ditelan dan wajib dibuang (tambahan dari pent).

24. Mencicipi makanan.
�� Tidak membatalkan puasa,

�� akan tetapi tidak boleh menelannya, dan tidak melakukannya kecuali memang dibutuhkan.

25. Koyo nikotin.
⚠ Membatalkan puasa.
al-Lajnah ad-Daimah.

------------------------------
Alih Bahasa : al ustadz Syafi'i al Idrus Hafidhohulloh
------------------------------

Dari : "Tanbiihaat Syahri Ramadhon"

------------------------------

Faedah dari Majmu'ah Manaabir al-Kitab was Sunnah dengan sedikit perubahan.
------------------------------
�� Forum Ahlussunnah Ngawi
------------------------------
Turut   Mempublikasikan :
�� Majmu'ah Rekaman Ta'lim
-----------------------

Seorang Muslim, Manfaatkan Waktu Antara.

Seorang Muslim, Manfaatkan Waktu Antara.

ALLAH SWT memerintahkan kepada kita, selaku hamba-Nya agar senantiasa selalu mengingat diri-Nya. Dalam keadaan apa pun, seorang muslim harus bisa menghadirkan Allah ke dalam hatinya. Karena, sebaik-baik muslim ialah yang memanfaatkan waktu antara. Apa maksudnya?

Muslim mempunyai banyak waktu luang yang menyertai waktu-waktu sibuknya. Misalnya perjalanan dari rumah ke tempat tugas, saat menunggu antrian, saat belanja di pasar atau waktu-waktu antara lainnya.

Sementara itu, kebahagiaan seseorang akan ditentukan sebanyak apa kebaikan yang ditabung. Sebagaimana Allah SWT berfirman, “Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barang siapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam,” (QS. Al-Mukminun: 102-103).

Seorang muslim tidak akan membiarkan waktu-waktu antara berlalu tanpa menghasilkan kebaikan atau tabungan pahala. Maka dari itu, waktu antara tersebut, akan digunakan untuk membaca, membicarakan hal-hal yang baik, memperbanyak istighfar, tsbih, tahmid, takbir, atau mengamalkan riwayat-riwayat berikut,

1. Juwairiyah (Ummul Mukminin RA) meriwayatkan bahwa Nabi SAW keluar dari sisinya pagi-pagi untuk shalat shubuh di masjid. Saat itu ia berada di tempat shalatnya. Ketika beliau kembali di waktu dhuha, sementara ia masih duduk di tempat shalatnya, maka Rasulullah SAW bertanya, “Engkau masih seperti ketika aku tinggalkan tadi?” Juwairiyah menjawab, “Ya.” Maka, Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh setelah meninggalkanmu, aku telah mengatakan empat kata sebanyak tiga kali. Seandainya ia ditimbang dengan apa saja yang kamu baca sejak sepanjang hari ini tentu akan menyamainya. (Empat kata itu ialah, “Subhanallahi wabihamdihi ‘adada khalqihi wa ridhaa nafsihi wazinata ‘arsyihi wa midaada kalimaatihi.” Yang artinya, “Maha suci Allah dan puji bagi-Nya, sebanyak-banyak bilangan makhluk-Nya, serela diri-Nya, seberat timbangan ‘Arasy-Nya dan sebanyak tinta bagi kata-kata-Nya.”),” (HR. Muslim).

2. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membaca shalawat satu kali untukku, maka Allah memberi shalawat kepadanya sepuluh kali menghapuskan sepuluh kesalahannya, dan meninggikannya sepuluh tingkatan,” (Hadis Shahih, lihat shahih al-Jami’, hadis nomor: 6359).

3. Rasulullah SAW bersabda, “Apakah seorang dari kamu tidak mampu membaca Al-Quran dalam satu malam? Sesungguhnya siapa yang membaca, ‘Qul huwallahu ahad…’ dalam satu malam, maka sesungguhnya ia telah membaca sepertiga Al-Quran,” (Hadis Shahih, lihat Shahih al-Jami’, hadis nomor: 2663).

4. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membaca, ‘Subhanallahi wabihamdihi fii yaumi mi ata marratin huththat khataa yaa hu wainkaanat mitslu zaidil bahri (Maha suci Allah dan pujian untuk-Nya),’ seratus kali dalam sehari, maka dosa-dosanya digugurkan, meski ia seperti buih di lautan,” (Hadis Shahih, lihat Shahihul Jami’, hadis nomor: 6431).

Rabu, 24 Juni 2015

Inilah Mereka Bersama al-Quran yang Mulia

Inilah Mereka Bersama al-Quran yang Mulia                                     
Kaum shalih, sedikit pun dari waktunya tidak pernah mereka gunakan, melainkan utk sesuatu yang paling manfaat.

Dari Hammad bin Najih, dari Umran al-Jauni, dari Jundub, diriwayatkan bahwa dia pernah bercerita, "Ketika kami masih kanak2 dan hampir baligh, kami pernah bersama Rasulullah shallallah alaihi wa sallam, maka kami mempelajari iman sebelum kami mempelajari al-Qur‘an, kemudian setelah kami mempelajari al-Qur‘an, bertambahlah keimanan kami."

Dari Hammad bin Zaid, dari Atha‘ bin as-Sa‘ib, diriwayatkan bahwa Abu Abdirrahman pernah bertutur, "Kami mempelajari al-Qur‘an dari kaum yang menyatakan bahwa mereka, apabila mempelajari 10 ayat, maka mereka tidak akan mempelajari yang lainnya sebelum mereka mengetahui dan mengamalkan isinya. Dan kita sekarang, mempelajari dan mengamalkan sekaligus. Namun akan datang generasi sesudah kita yang akan mempelajari al-Qur‘an laksana seseorang meminum air; tidak melewati batas tenggorokan mereka (hanya di lisan, namun tidak sampai ke hati)."

Dan inilah Ishaq bin Ibrahim, diriwayatkan bahwa dia menceritakan, "Bacaan al-Qur‘an yang dilantunkan oleh al-Fudhail bin Iyadh begitu syahdu, lambat nan lurus lagi menarik, seolah-olah beliau sedang berbicara kpd seseorang. Dan apabila beliau membaca ayat yang menyebut Surga, beliau akan mengulangi bacaannya lagi dan lagi…."

Subhanallah…

Bagaimana dengan kita?

| For Islamic Books Info; Follow Us! IG @KedaiBukuIslami | https://www.facebook.com/HujjahIslam

APAKAH TIDURNYA ORANG BERPUASA ADALAH IBADAH

�� BimbinganIslam.com
Rabu, 07 Ramadhan 1436 H/24 Juni 2015 M
�� Materi Tematik Ramadhān
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

~ APAKAH TIDURNYA ORANG BERPUASA ADALAH IBADAH? ~

Ada sebuah fenomena ganjil ketika bulan Ramadhān datang.

Apa fenomena tersebut?

Yaitu fenomena dimana di siang hari masjid-masjid akan semakin dipenuhi oleh kaum muslimin.

"Lho, masa kayak gitu ganjil, ustadz?"

Ya, karena mereka berada di sebagian masjid bukan untuk membaca Al-Qurān, bukan untuk mengkaji Islam, bukan untuk berdzikir. Namun mereka pergi di siang hari ke mesjid untuk menghabiskan waktu mereka untuk tidur dan berleha-leha.

Inilah fenomena ganjil, di bulan Ramadhān ini, di sebagian kalangan dianggap sebagai bulan yang dipenuhi dengan rasa malas dan kekurang produktivitasan di dalam beramal, yang diiringi dengan ketidakkreatifan di dalam berperilaku dan bekerja.

Dan tentunya, ini adalah sesuatu yang perlu kita perbaiki.

Menarik untuk kita cermati...

Ketika kita membaca sejarah kehidupan Nabi kita shallallāhu 'alayhi wa sallam, para Shahābat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan para ulama salaf sesudah mereka, kita cermati ternyata banyak peristiwa besar yang terjadi di bulan Ramadhān.

Salah satu peristiwa tersebut adalah sebuah peperangan yang agung dan begitu dahsyat antara kaum muslimin dengan kaum musyrikin, yang terjadi pada tahun 2 H yaitu Peperangan Badr.

Sebuah peperangan antara 2 jumlah pasukan yang perbedaannya sangat mencolok. Kaum muslimin hanya berjumlah tiga ratus sekian belas orang sedangkan kaum musyrikin tiga kali lipat jumlahnya, seribu orang.

Tapi lihat bagaimana kaum muslimin, mereka berhasil untuk meluluh lantakkan pasukan kaum musyrikin, padahal mereka saat itu sedang berpuasa Ramadhān.

Yang lainnya, masih juga peperangan, yang terjadi pada tahun 8 H, ketika Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berhasil menaklukkan kota Mekkah. Saat itu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam membawa sepuluh ribu pasukan. Untuk menaklukkan kota Mekkah Beliau beserta juga kaum muslimin berhasil menaklukkannya dengan sangat mudah dan juga bertepatan pada bulan Ramadhān.

Bukan hanya pada zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam saja, para Shahābat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pun memiliki style/tipe yang sama dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, orang yang memanfaatkan waktu Ramadhān untuk berkarya, untuk berjuang.

Sebagai satu contoh, sebuah kejadian pada tahun 15 H, sebuah peperangan yang bernama Al-Qadisiyyah, dimana kaum muslimin berhasil menaklukkan orang-orang Majusi di dataran Persia yang saat ini berdiri negara Iran, Afghanistan dan yang semisalnya. Pada tahun tersebut, kaum muslimin berhasil menaklukkan orang-orang Majusi, sebuah peperangan besar.

Masih dilanjutkan pada tahun 92 H, terjadi sebuah peperangan dimana Islam berhasil menaklukkan Spanyol dibawah pimpinan Thāriq Ibnu Ziyād, seorang panglima besar kaum muslimin, dan juga Mūsa Ibnu Nushair, itu terjadi pada bulan Ramadhān.

Itulah peristiwa-peristiwa besar yang sangat menentukan, yang terjadi pada bulan Ramadhān.

Ini menunjukkan apa?

Menunjukkan bahwa pada bulan Ramadhān, kaum muslimin seharusnya mereka berkarya, seharusnya mereka berjuang, seharusnya mereka produktif menghasilkan hal-hal yang positif.
Jangan sampai bulan Ramadhān itu berubah menjadi bulan yang berisi kemalasan, hanya untuk tidur-tiduran dan berleha-leha saja, jangan!

"Ustadz, tidur itu kan ibadah ustadz, kok orang lagi ibadah tidak boleh? Sebagaimana jihad kita ibadah, tidur juga ibadah."

Masalahnya banyak orang termakan dalam ungkapan "Tidurnya orang puasa adalah ibadah."

Amat disayangkan, ungkapan ini selalu diulang-ulang di bulan Ramadhān terutama oleh para khatib, para da'i, para muballigh. Dan kaum muslimin menerima begitu saja tanpa meneliti apakah ungkapan itu betul atau tidak.

Ketika mengkaji perkataan para ulama, ternyata kita dapatkan bahwa ungkapan tersebut merupakan suatu hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imām Al-Bayhaqi dalam kitabnya Al-Jāmi' Syu'abul Īmān No. 3653

نوم الصائم عبادة

"Tidurnya orang yang puasa adalah ibadah."

Ketika kita mendengar ini, kita perlu bertanya apakah betul itu hadits? Dan kalaupun itu hadits, apakah haditsnya shahīh atau tidak?

Ternyata para ulama kita telah menjelaskan bahwa hadits ini salah satu yang meriwayatkan haditsnya (biasa disebut dengan perawi hadits) adalah seorang yang bernama Sulaiman Ibnu Amr An-Nakha'i, dia dikatakan oleh para ulama sebagai orang yang suka memalsukan hadits.

Yang mengatakan itu adalah para ulama kita, ulama pakar hadits sekaliber Imām Ahmad bin Hanbal rahimahullāh, beliau berkata bahwa Sulaiman bin Amr ini suka memalsukan hadits.

Dan yang mengatakan itu bukan hanya Imām Ahmad, Imām Yahya Ibn Ma'in juga mengatakan hal serupa: "Sudah dikenal reputasinya suka memalsukan hadits."

Apakah hadits yang diriwayatkan oleh orang yang seperti ini kondisinya akan kita terima? Tentu tidak.

Dan ulama yang mengatakan itu banyak, bukan hanya Imām Ahmad bin Hanbal saja dan Imām Yahya Ihnu Ma'in, tapi Imam Ibnu 'Adi, Imām Ibnu Hibban dan masih banyak ulama lainnya.

Makanya, dari sinilah kita memahami kenapa para ulama menilai hadits ini adalah sebuah hadits yang dha'īf, diantaranya dijelaskan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh dalam kitabnya Silsilah Al-Ahādits Adh-Dha'īfah wal Maudhū'ah, beliau mengatakan bahwa hadits itu adalah hadits yang dha'īf.

Maka itulah akibat menerima sebuah ungkapan tanpa mengklarifikasi, tanpa mencari, tanpa berusaha mengkoreksi apakah hadits itu hadits yang bisa dipertanggungjawabkan atau tidak.

Karena membaca hadits yang dha'īf, akhirnya kaum Muslimin terprovokasi untuk bersikap malas dalam bulan Ramadhān, yang ini tentu tidak sesuai dengan rekam jejak Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, para Shahābat dan juga para ulama.

Mari kita untuk mengisi bulan Ramadhān ini dengan semangat yang tinggi dan juga produktivitas dalam beramal serta mengisinya dengan sesuatu yang bersifat positif.

�� Ust. 'Abdullāh Zaen, MA
�� Sumber: https://youtu.be/U3DNw7mjUHE
___________________________
�� Program Cinta Ramadhan~Yayasan Cinta Sedekah :
1. Tebar Paket Ifthar & Sahur Ramadhan
2. Program I'tikaf Ramadhan
3. Bingkisan Lebaran u/ Yatim & Dhu'afa
4. Tebar Al-Quran Nasional

�� Donasi Cinta Ramadhan
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek 3310004579
| Kode Bank 147
| Konfirmasi donasi, sms ke 0878 8145 8000 dengan format:
Nama#Domisili#Jumlah Transfer#Donasi Untuk Program

Selasa, 23 Juni 2015

⚠ MENINGGALKAN SHALAT MAGHRIB BERJAMA'AH KARENA BERBUKA PUASA

��⚠ MENINGGALKAN SHALAT MAGHRIB BERJAMA'AH KARENA BERBUKA PUASA

-------------------

asy-Syaikh Shalih al-Fauzan berkata:

Ada satu hal yang perlu diingatkan, yaitu;
��✅ Terkadang sebagian orang duduk di meja hidangan buka puasa, lalu langsung makan malam.
⚠ Akhirnya, ia meninggalkan shalat Maghrib berjamaah di masjid.
☝Dengan sebab ini, ia telah melakukan kesalahan besar, (di antaranya);
1⃣ tertinggal dari shalat jamaah di masjid,
2⃣ terlewatkan dari pahala besar,
3⃣ menghadapkan dirinya pada hukuman/dosa.

�� Adapun yang disyariatkan bagi seorang yang berpuasa adalah;
✅ berbuka terlebih dahulu,
✅ kemudian berangkat shalat,
✅ setelah itu baru makan malam.

���� al-Mulakhash al-Fiqhi (1/381)

•••••••••••••••••••
���� Majmu'ah Manhajul Anbiya

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

NIAT PUASA

�� BimbinganIslam.com
Selasa, 06 Ramadhan 1436 H/23 Juni 2015 M
�� Materi Tematik Ramadhān
〰〰〰〰〰〰〰〰

~ NIAT PUASA ~

Untuk puasa wajib, maka harus berniat sebelum terbit fajar.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يُجْمِعْ الصِّيَامَ قَبْلَ اْلفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ

"Barangsiapa yang tidak berniat puasa sebelum fajar, maka tiada baginya puasa itu". (Riwayat Abū Dāwud, Ibnu Khuzaimah, dan Al-Baihaqi, dari Hafshah binti 'Umar)

Barangsiapa yang tidak terbetik dalam hatinya akan puasa besok, kemudian dia berpuasa keesokan harinya maka puasanya tidak sah. Dia harus pasang niat sejak malam.

Berbeda dengan puasa sunnah, orang yang berpuasa sunnah boleh niat puasa di siang hari. Dan ini sering dialami oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, beliau terkadang berniat di pagi hari atau bahkan siang hari.

هل عندكم من غذاء قالت لا قال فأني اذا اصوم

"Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya kepada istrinya 'Āisyah: Adakah siap makan siang? Kata 'Āisyah: Tidak ada. Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam: Kalau begitu saya puasa." (HR. Muslim)

Dalam hadits lain:

قَدْ كُنْتُ أَصْبَحْتُ صَائِمًا

”Tadi pagi aku sudah niat puasa.” (HR. Muslim 1154, Nasai 2326 dan yang lainnya)

Oleh karena itu, barangsiapa yang akan puasa sunnah tidak disyaratkan untuk niat di malam hari, boleh berniat di pagi hari dengan syarat paginya belum makan.

Misal mulai bangun tidur belum makan lalu jam 10 berniat puasa, maka pahala puasa mengalir dari sejak jam 10 pagi sampai maghrib karena mulai berniat puasa mulai jam 10 pagi.

Tentunya tatkala berniat puasa kita TIDAK PERLU melafazhkan dengan mengatakan:

"Nawaytu shauma ghadin..."

Karena melafazhkan niat TIDAK PERNAH DICONTOHKAN oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Tidak ada hadits palsu (hadits maudhu') pun yang mengatakan perlunya melafazhkan niat.

Sebagian ulama mengatakan:

Melafazhkan niat itu apa? Mau mengabarkan kepada dirimu sendiri atau mengabarkan kepada orang disampingmu?

Atau mau mengabarkan kepada Allāh?

Oleh karena itu tidak perlu melafazhkan.

Akhirnya bisa menimbulkan was-was dalam ibadah karena merasa belum yakin niatnya jika belum dilafazhkan.

Yang pertama kali melafazhkan niat adalah Abu 'Abdillah Az-Zubairi dari madzhab Syāfi'i. Akan tetapi dia keliru memahami perkataan Imām Syāfi'i dalam kitab Al-Hubb.

Imam Syāfi'i mengatakan: "Bahwasanya tidak sah shalat kecuali dengan ucapan", maksudnya Imām Syāfi'i adalah takbiratul ihram, bukan melafazhkan niat.

Dan ini dibantah oleh Imām An-Nawawi sebagai Muhaqqiq, orang yang paling canggih dalam madzhab Syāfi'i.

�� Ustadz Firanda Andirja, MA
�� Sumber: https://youtu.be/cmjAYtvlP7I
___________________________
�� Program Cinta Ramadhan~Yayasan Cinta Sedekah :
1. Tebar Paket Ifthar & Sahur Ramadhan
2. Program I'tikaf Ramadhan
3. Bingkisan Lebaran u/ Yatim & Dhu'afa
4. Tebar Al-Quran Nasional

�� Donasi Cinta Ramadhan
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek 3310004579
| Kode Bank 147
| Konfirmasi donasi, sms ke 0878 8145 8000 dengan format:
Nama#Domisili#Jumlah Transfer#Donasi Untuk Program

Senin, 22 Juni 2015

MERENUNGI HIKMAH-HIKMAH YANG ADA PADA PUASA RAMADHĀN & BULAN RAMADHĀN

�� BimbinganIslam.com
Senin, 05 Ramadhan 1436 H/22 Juni 2015 M
�� Materi Tematik Ramadhān
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

~ MERENUNGI HIKMAH-HIKMAH YANG ADA PADA PUASA RAMADHĀN & BULAN RAMADHĀN ~

Kata para ulama, mengetahui hikmah itu tidak wajib, tetapi kalau kita tahu hikmahnya maka akan membuat kita semakin semangat beribadah kepada Allāh Subhānahu Wa Ta'āla.

Bacalah bagaimana besarnya pahala bulan Ramadhān maka akan muncul semangat kita untuk berpuasa pada bulan Ramadhān, in syā Allāh. Karena jiwa manusia baru akan semangat jika diberi "iming-iming".

Tapi yang merupakan musibah adalah jika diberi iming-iming dunia dan yang terlihat kasat mata. Adapun iming-iming akhirat dan pahala kurang semangat. Ini menunjukkan betapa lemahnya iman kita kepada hari akhir.

Padahal jika kita ditanya: "Apakah akhirat lebih baik dan lebih kekal daripada dunia?"

Dijawab: "Ya, saya tahu itu."

Tapi kenapa lebih semangat jika diberi iming-iming dunia daripada akhirat?

Jika kita tahu tentang hakikat dunia bahwa dunia itu murah dan rendah dimata Allāh maka seharusnya menginginkan yang lebih baik dari itu. Jika kita beriman bahwa surga adalah segala puncak kenikmatan dan indah rupa.

Ketika Allāh dan RasulNya memberitahukan apa yang ada didalam surga dan balasan apa yang akan kita dapatkan jika berpuasa, hendaknya semangat kita menggelora.

Itulah orang yang bercita-cita tinggi dan berjiwa besar, menginginkan sesuatu yang paling baik yaitu surga yang merupakan segalanya.

Mari kita perkuat lagi keyakinan kita tentang hari akhirat, bahwasanya neraka itu panas.

Ketahuilah, sabar didunia itu sangat bermanfaat. Allāh berfirman:

إن الله مع الصابرين

“Allāh bersama orang-orang yang sabar” (Al-Baqarah 153)

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

"Allāh mencintai orang-orang yang sabar." (Āli 'Imrān 146)

Allāh mencintai orang-orang yang sabar... Dimana? Di dunia.

Tetapi sabar terhadap api neraka sudah tidak ada gunanya lagi.

اصْلَوْهَا فَاصْبِرُوا أَوْ لَا تَصْبِرُوا سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ ۖ

"Rasakan api neraka ini, kalian sabar atau tidak sabar sama saja untuk kalian." (Ath-Thūr 16)

Sabar ketika kita menta'ati Allāh di puasa Ramadhān terkadang berat, lapar, capai, dahaga, tetapi jika tetap sabar maka manfaatnya besar.

Tetapi jika kita tidak sabar dalam puasa Ramadhān maka kita tidak akan sabar terhadap api neraka, karena disaat itu kesabaran sudah tidak ada manfaatnya lagi. Mumpung didunia dimana sabar masih ada manfaatnya.

Fahamilah, bahwa Allāh menginginkan kebaikan dari bulan Ramadhān.

Allāh ingin agar kita tidak tertipu dengan dunia, dibiasakannya kita lapar dan diingatkannya kita bagaimana di padang mahsyar.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ شِبَعًا فِي الدُّنْيَا أَكْثَرُهُمْ جُوعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Sesungguhnya orang yang paling banyak kenyang di dunia, mereka adalah orang yang paling lapar di hari kiamat”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abū Dunya, dengan tambahan tambahan: Maka Abū Juhaifah tidak pernah makan memenuhi perutnya (kekenyangan) sampai meninggal dunia. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam kitab As-Silsilah Ash-Shahihah, no 342)

Sementara kita sudah terbiasa dengan kenikmatan-kenikmatan, maka Allāh dengan kasih sayangNya mewajibkan puasa dibulan Ramadhān.

Untuk apa? Untuk meringankan kelaparan kita dihari kiamat.

Lapar dan dahaga dibulan Ramadhān adalah hal yang agung yaitu akan Allāh balas dengan surga Rayyān, surga yang penuh dengan kenikmatan dan kepuasan.

Cobalah pelajari hikmah lain bulan Ramadhān.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertaqwa." (Al-Baqarah 183)

Allāh tidak mengatakan "puasa agar sehat", tidak!

Sebuah pelajaran penting yang harus kita fahami dari ayat Al-Qurān.

Allāh tidak pernah memberi iming-iming suatu ibadah dengan dunia, hampir tidak pernah, seakan Allāh ingin mengajari bahwa kehidupan dunia tidak lebih baik.

وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

"Dan kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal." (Al-A'la 17)

Rupanya Allāh inginkan kita dari bulan Ramadhān adalah supaya kita bertaqwa. Taqwa itu tempatnya dihati.

Taqwa itu hakikatnya hati kita dipenuhi rasa cinta & takut kepada Allāh sehingga kitapun menta'ati Allāh dan menjauhi maksiat-maksiat.

Itulah yang diinginkan Allāh dalam bulan Ramadhān.

Setelah kita mengetahui hikmah-hikmah yang agung dan besar tentang bulan Ramadhān dan pelajaran yang penting, maka kita akan gembira untuk melaksanakan bulan Ramadhān.

"Kalau begitu saya akan mendapat keuntungan dan keutamaan yang besar?".

"Ya."

Kesabarannya hanya sebentar yā akhī..

Hanya sejak terbit fajar sampai terbenam matahari tetapi pahalanya luar biasa dan disediakan surga Ar-Rayyān yang memberikan kepuasan kelak dihari akhirat.

�� Ust. Badrusalam, LC
�� Sumber: https://youtu.be/M7WeNlLQhco
___________________________
�� Program Cinta Ramadhan
Yayasan Cinta Sedekah
1. Tebar Paket Ifthar & Sahur Ramadhan
2. Program I'tikaf Ramadhan
3. Bingkisan Lebaran u/ Yatim&Dhu'afa
4. Tebar Qur'an Nasional

�� Donasi Cinta Ramadhan
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek 3310004579
| Kode Bank 147
| Konfirmasi donasi sms ke
0878 8145 8000 dengan format :
Nama#Domisili#Jumlah Transfer#Donasi Untuk Program

Minggu, 21 Juni 2015

MEGA BISNIS RAMADHĀN

�� BimbinganIslam.com
Ahad, 04 Ramadhan 1436 H/21 Juni 2015 M
�� Materi Tematik Ramadhān
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

~ MEGA BISNIS RAMADHĀN ~

Bulan Ramadhān adalah saat yang tepat untuk melipat gandakan keuntungan sebagai seorang mu'min.

Sesungguhnya setiap pedagang dia memiliki saat-saat meraup keuntungan yang banyak, demikian juga kita seorang muslim, kita sesungguhnya adalah pedagang.

Demikian ungkapan yang disampaikan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

كلّ الناسِ يغدو؛ فبائعٌ نَفسَه فمُعتِقها أو موبِقها

“Setiap hari, semua orang melanjutkan perjalanan hidupnya, keluar mempertaruhkan dirinya. Ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang mencelakakannya” (HR. Imam Muslim).

Setiap manusia berpagi-pagi menggelar barang dagangannya, dia jual dirinya, ada orang yang berjual beli dengan untung besar dengan membebaskan dirinya dari kesengsaraan abadi tapi ada juga orang yang berjual beli bangkrut sehingga dia sengsara selama-lamanya.

Jual beli dengan siapakah dengan untung besar dan mendapatkan kebahagiaan haqiqi serta membebaskan dia dari segala kesengsaraan?

Jawabnya adalah jual beli dengan Allāh Subhānahu Wa Ta'āla.

Dan jual beli dengan siapakah sehingga dia bangkrut total dan sengsara seumur hidup, bahkan sengsara setelah kematiannya?

Yaitu jual beli dengan syaithan, yang hanya berakhir dengan ratapan, tangisan, bahkan ditambah penyesalan dia ketika iblis sang penyesat berpidato di atas mimbar api setelah Allāh memutuskan perkara diantara para hamba. (QS. Ibrāhim 22)

Berjual beli dengan keuntungan besar yaitu berjual beli dengan Allāh Subhānahu Wa Ta'āla dan ini adalah MEGA BISNIS dan proyek besar karena akan memberikan keuntungan yang sangat besar & luar biasa.

Allāh lah yang menawarkan kita berjual beli & bertransaksi agar kit mendapat keuntungan besar yang mutlak tanpa ada kerugian sama sekali.

Allāh berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ  (١٠)

"Wahai orang-orang yang beriman, maukah kamu Aku tunjukkan kepada kalian suatu perdagangan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?"

Allāh mengajak kita bertransaksi dan yang diajak Allāh bukan sembarang orang karena manusia itu ada yang kafir, ada yang munafiq dan ada yang mu'min.

Adapun orang yang kafir dan munafiq tidak Allāh ajak untuk bertransaksi karena mata mereka buta, telinga mereka tuli dan hati mereka mati sehingga mereka tidak bisa merasakan, tidak mungkin mendengar dan menyambut apa yang diinginkan oleh Allāh Subhānahu Wa Ta'āla.

Tetapi yang Allāh seru adalah yang hatinya ada keimanan, karena dia yang siap pasang telinga mendengar seruan Allāh, siap melaksanakan sami'nā wa atha'nā dan siap untuk menikmati ajakan-ajakan Allāh.

Lantas, barang dagangan apa yang bisa kita jual kepada Allāh Subhānahu Wa Ta'āla agar kita mendapat keuntungan yang besar?

Dan dengan apa Allāh akan membeli barang dagangan kita?
Allāh Subhānahu Wa Ta'āla tegaskan, barang dagangan yang mesti kita jual adalah IMAN & AMAL SHALIH.

تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"(yaitu) kamu beriman kepada Allāh dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allāh dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahui." (Shaf 11)

Seorang yang beriman kepada Allāh dan RasulNya, yang berkecimpung didalam kehidupannya dengan amal-amal shalih, menegakkan jihad di jalan Allāh dengan harta dan jiwa, dengan begitu kita telah bertransaksi dengan Allāh Subhānahu Wa Ta'āla.

وَٱلْبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

"Amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (Al-Kahfi : 46)

Sehingga seluruh amal shalih adalah harta dagangan yang Allāh akan membeli amal shalih kita.

Dan Allāh juga menyebutkan rincian amal-amal shalih yang dapat diperdagangkan dengan Allāh adalah:

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allāh dan mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi." (Fāthir 29)

Itulah dagangan yang Allāh inginkan dari kita dan niscaya Allāh akan beli dengan harga yang sangat mahal karena kita sedang bertransaksi dengan Zat Yang Maha Kaya yang siap membeli dengan harga yang berlipat-lipat.

إِنَّ ٱللَّهَ ٱشْتَرَىٰ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلْجَنَّةَ ۚ

"Sesungguhnya Allāh telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka." (At-Taubah 111)

Surga ini sangat mahal sehingga Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan

أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ غَالِيَةٌ أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ الْجَنَّةُ

“Ketahuilah, sesungguhnya barang dagangan Allāh itu mahal. Ketahuilah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah surga.” (HR. Al-Tirmidziy, dll; dan beliau menghasankannya)

Allāh membeli seorang muslim dengan surga, inilah karunia Allāh yang berlipat-lipat.

Bukankah ketika menjadi seorang mu'min serta dimudahkan melakukan amal shalih adalah karena karunia Allāh Subhānahu Wa Ta'āla?

Sungguh...hari-hari dan waktu-waktu kita adalah untuk berdagang.

Dan sungguh...waktu yang sangat utama adalah bulan Ramadhān, Ramadhān saat kita berdagang dan melipatgandakan keuntungan kita.

Maka gunakan sebaik-baiknya !

Jadikan Ramadhān ini MEGA BISNIS bersama Allāh Subhānahu Wa Ta'āla !

�� Ust. Afifi 'Abdul Wadūd
�� Sumber : https://youtu.be/3HJtBEsenpE
___________________________
�� Donasi Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

�� Pendaftaran Group Bimbingan Islam Gelombang 3:
�� pendaftaran.bimbinganislam.com

Sabtu, 20 Juni 2015

TANYA JAWAB SEPUTAR SHALAT TARAWIH

○•○•○•○•○•○•○•○•○•○•○•○•○•○•○•○•○•○•
TANYA JAWAB SEPUTAR SHALAT TARAWIH
-----------------------------------------------¤¤¤

T: Apa makna tarawih?
J: Tarawih (تراويح) adalah bentuk jama' (plural) dari kata tarwihah (ترويحة) yang artinya waktu sejenak untuk istirahat. Yakni setiap usai 4 raka'at duduk sejenak untuk istirahat.

T: Apa hukum shalat tarawih?
J: Hukumnya sunnah. Hal ini telah disepakati oleh para Ulama sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-Imam An-Nawawi dalam "Syarh Shahih Muslim". Dalilnya, perbuatan Nabi shallallahu 'alaihi alihi wasallam yang meninggalkan shalat tarawih di masjid, karena khawatir menjadi kewajiban atas umatnya (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Juga sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa alihi wasallam, "Barangsiapa yang mendirikan qiyaam Ramadhan (shalat tarawih) dengan keimanan dan mengharap pahala, maka Allah ampuni dosa-dosanya di masa lalu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

T: Kapan waktu shalat tarawih?
J: Waktunya antara Isya sampai masuk waktu shubuh. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya.

T: Berapa jumlah raka'at shalat tarawih?
J: Para Ulama berselisih pendapat, dan yang raajih (kuat) adalah tidak lebih dari 11 raka'at. Dalilnya riwayat 'Aisyah radhiyallahu 'anha, "Tidaklah Nabi shallallahu 'alaihi wa alihi wasallam pada bulan Ramadhan dan tidak pula bulan selainnya (shalat malam) melebihi 11 raka'at." (HR. Al-Bukhari) pendapat ini yang dikuatkan oleh Syaikh Al-Albaani. Sedangkan riwayat Nabi shallallahu 'alaihi wa alihi wasallam shalat sebanyak 20 raka'at, atau sebagian shahabatnya shalat 20 raka'at, atau dinukil kesepakatan Ulama shalat 20 raka'at, maka semuanya tidak akurat, sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh Al-Albaani dalam "Shalaatut Taraawih". Kendati demikian, perbedaan pendapat dalam masalah ini jangan menjadi sumber konflik, sikapi dengan lapang dada.

T: Bagaimanakah kaifiyyat (cara) shalat tarawih, apakah dengan 4 raka'at 4 raka'at atau 2 raka'at 2 raka'at?
J: Para Ulama berselisih pendapat. Abu Hanifah berpendapat sunnah 4 raka'at 4 raka'at. Sedangkan para Ulama Maalikiyyah dan Hanaabilah berpendapat sunnah 2 raka'at 2 raka'at, makruh 4 raka'at 4 raka'at. Adapun para Ulama Syaafi'iyyah berpendapat wajibnya 2 raka'at 2 raka'at, sedangkan 4 raka'at 4 raka'at shalatnya dinilai tidak sah. Pendapat yang raajih (kuat) adalah shalat tarawih ditunaikan dengan 2 raka'at 2 raka'at. Dalilnya, "Shalat malam itu 2 raka’at 2 raka’at." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

T: Bagaimana dengan riwayat 'Aisyah, "Beliau shalat 4 raka’at, jangan engkau tanya bagus dan panjangnya. Setelah itu beliau shalat 4 raka’at dan jangan engkau tanya bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat 3 raka’at." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
J: Al-Imam Ibnu Batthal menjelaskan, "Riwayat 'Aisyah dibangun di atas sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa alihi wasallam, "Shalat malam itu 2 raka’at 2 raka’at." Yakni 4 raka'at yang dimaksud ialah 2 kali salam. Maka riwayat yang mujmal (global) dibawa kepada yang mufassar (rinci)." (Syarh Shahih Al-Bukhari) Dan sebagian Ulama mengatakan, tidak ada riwayat yang tsabit dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa alihi wasallam serta para shahabat beliau tentang shalat malam dengan model 4 raka'at 4 raka'at. Pendapat inilah yang dipegang oleh Syaikh bin Baaz dan Syaikh Al-'Utsaimin.

T: Dalam shahih Muslim disebutkan Rasulullah shalat malam 9 raka'at, pada raka'at ke 8 beliau tasyahhud dan raka'at ke 9 beliau salam. Bukankah ini menjadi dalil beliau tidak shalat malam hanya dengan model 2 raka'at 2 raka'at?
J: Tidak, sebab shalat yang beliau tunaikan dalam riwayat tersebut adalah shalat witir yang ganjil jumlah raka'atnya. Bukan shalat malam yang genap.

T: Mana yang lebih utama shalat tarawih berjama'ah atau shalat sendirian?
J: Bagi laki-laki lebih utama shalat berjama'ah di masjid. Dalilnya, "Seseorang yang shalat bersama imam hingga selesai, maka baginya pahala shalat semalam penuh." (HR. Abu Daawud, At-Tirmdzi, An-Nasaa'i, Ibnu Maajah) Sedangkan bagi wanita lebih utama shalat di rumahnya, dalilnya, "Dan rumah-rumah mereka lebih utama bagi mereka." (HR. Ahmad) dan lebih utama lagi jika mereka tunaikan di rumah secara berjama'ah.

T: Wirid apa yang disyariatkan antara shalat tarawih dan seusai witir?
J: Tidak ada wirid tertentu yang dilafalkan antara shalat tarawih setiap usai 2 raka'at atau 4 raka'at. Para Ulama menegaskan, wirid-wirid yang dibaca pada saat itu adalah amalan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa alihi wasallam dan para shahabat beliau. Adapun setelah shalat witir, maka disunnahkan melafalkan, "Sub-haanal malikil qudduus.." sebanyak 3 kali, dengan memanjangkan bacaan yang ketiga sebagaimana yang diriwayatkan oleh An-Nasaa'i dalam sunannya.

��Dijawab oleh:
Fikri Abul Hasan........✒
WhatsApp المدرسة السلفية

♻Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
��Grup WA Dakwah Islam

Share yuk semoga teman anda mendapat faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka pintu amal kebaikan bagi anda. آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

#DakwahSunnah
#IndonesiaBertauhid
_________________
Mau Mendapatkan Jadwal Kajian?
- SMS : Daftar - Info Kajian - Nama ke 0823 511 87 227
- WA : Daftar - Info Kajian - Nama  ke 0853 888 48 444
- BBM : PIN:2ACB819B PIN:54B88326
- FB : Like DakwahSunnah.com & Follow Ahmad Zainuddin
- TW : @Ahmadzainuddins @dsunnah
- IG :  DakwahSunnah
- G+ : DakwahSunnah

Link Streaming
- http://dakwahsunnah.com
- http://live.dakwahsunnah.com (Iphone)
- http://bb.dakwahsunnah.com (Blackberry)
- http://199.167.134.163:7010/;stream (Winamp)
- https://www.youtube.com/masjidimamsyafii
- http://dakwahsunnah.tv/livestreaming

Akses lebih mudah Android KLIK:
- http://bit.ly/1wr7OxW

[Kami menerima bantuan untuk mendukung kegiatan yayasan ke:
No. Rek. 7002521778 Syariah Mandiri
a.n. Yayasan Al Umm, Konfirmasi ke 085345323544]

Hikmah dan Pesan Moral Ramadhan [4]

Taushiyah ke 167, Sabtu 03 Ramadhan 1436 / 20 Juni 2015

Hikmah dan Pesan Moral Ramadhan [4]

Puasa Mempersempit Ruang Gerak Syetan

Lapar dan haus akan mempersempit aliran darah sehingga menjadi sempit pula ruang gerak syetan di tubuh kita karena syetan mengalir di tubuh kita seperti atau bersama aliran darah sebagaimana hal ini telah disabdakan oleh Rasulullah –Shallallaahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam dalam hadis sahih Bukhari dan Muslim.

Oleh karena ini pula Rasulullah –Shallallaahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Wahai sekalian pemuda! Siapa yang telah mampu untuk menikah diantara kalian maka hendaklah menikah, karena (pernikahan itu) lebih menjaga pandangan mata dan lebih memelihara kemaluan. Barang siapa yang belum mampu maka hendaklah berpuasa (shaum), karena hal itu bisa mengurangi syahwat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis tersebut Rasulullah –Shallallaahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam menjadikan berpuasa sebagai sarana untuk mengurangi dan menghancurkan nafsu syahwat.

Inilah rahasia  mengapa orang yang berpuasa mudah melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
--------------

Puasa Menghancurkan Kesombongan

Puasa yang dilakukan dengan benar sesuai tuntunan Rasulullah –Shallallaahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam mampu menghancurkan nafsu-nafsu jahat dan meruntuhkan kesombongan sehingga menjadi tunduk kepada kebenaran dan rendah hati kepada sesama, karena banyak makan, minum dan berhubungan suami isteri membawa kepada sifat sombong, congkak, mau menang sendiri dan merasa tinggi atas orang lain dan tidak mau menerima kebenaran. Ketika seseorang bernafsu untuk makan, minum dan berhubungan suami isteri maka dia akan berusaha untuk memenuhinya, dan apabila telah mampu mendapatkannya dan memenuhinya maka akan timbul perasaan bangga yang tercela yaitu yang berdampak kepada kecongkaan dan kesombongan yang semua itu menjadi penyebab kebinasaannya. Jadi, diantara hikmah puasa adalah menghancurkan kesombongan sehingga seseorang menjadi tawadhu' dan rendah hati. Allah dan juga manusia membenci orang-orang yang sombong dan mencintai orang-orang yang tawadhu' dan rendah hati.
------------------

Hidup Sehat Dengan Puasa

Puasa memberikan faedah dan keuntungan dari sisi kesehatan karena dengan sedikit makan menjadikan pencernakan mampu untuk beristirahat sementara waktu sehingga kotoran-kotoran dan sisa-sisa yang terdapat di dalamnya terserap oleh tubuh dan tubuhpun menjadi sehat dengan puasa... Dan masih banyak lagi hikmah-hikmah lain dari puasa, semoga kita mendapatkan semuanya, aamiin...

Akhukum Fillah
@AbdullahHadrami

���� WA MTDHK (Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah) kota Malang ����

�� Infaq kegiatan dakwah MTDHK bisa disalurkan melalui rekening a/n Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah;

�� BSM No: 7755555511
�� BNI No: 0362755494

���� Semoga Allah beri ganti dengan yang lebih baik dan barokah di dunia dan akhirat.

☝��️Kegiatan dakwah dan laporan keuangan ada di website kami www.mtdhk.com.

�� Untuk berlangganan WA Taushiyah MTDHK ketik "GABUNG" kirim WA (bukan SMS) ke +6283848634832 (Anggota lama tidak perlu mendaftar lagi)

�� Silahkan disebarkan kiriman ini sebagaimana aslinya tanpa dirubah sedikitpun, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah.. Jazakumulloh khoiro.

KEUTAMAAN BULAN RAMADHĀN

�� BimbinganIslam.com
Sabtu, 03 Ramadhan 1436 H/20 Juni 2015 M
�� Materi Tematik Ramadhān
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

~ KEUTAMAAN BULAN RAMADHĀN ~

1⃣ PERTAMA
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

”Apabila Ramadhān tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.”

(HR. Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079, dari Abu Hurairah radhiyallāhu 'anhu)

◆ Pintu surga dibuka menunjukkan turunnya rahmat Allāh Subhānahu Wa Ta'āla.
◆ Pintu neraka ditutup menunjukkan redanya kemarahan Allāh Subhānahu Wa Ta'āla.

Jika memperhatikan hadits ini maka Allāh benar-benar mengkondisikan bulan Ramadhān agar kaum muslimin semangat beribadah, sampai-sampai rahmat Allāh turun, amarah Allāh diredakan dan syaithan-syaithan dibelenggu.

Ini merupakan kemudahan dari Allāh Subhānahu Wa Ta'āla agar kaum muslimin bisa berlomba-lomba didalam bulan Ramadhān karena ini merupakan "musim panen" bagi kaum muslimin.

Ada perbedaan pendapat dikalangan para ulama tentang "dibelenggunya syaithan";

⑴ Ada yang mengatakan yang dibelenggu gembong syaithannya saja, buktinya masih banyak kemaksiatan yang masih terjadi, walaupun jumlahnya berkurang.

Ada tambahan lafazh:

مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ

"Para syaithan yang paling durhaka."

⑵ Ada yang mengatakan seluruh syaithan dibelenggu, baik yang besar maupun yang kecil, tapi bukan berarti mereka tidak beraktifitas sama sekali, akan tetapi aktifitasnya terbatas. Oleh karena itu masih saja ada manusia yang bermaksiat.

⑶ Ada yang mengatakan semua syaithan dari golongan jin dibelenggu sampai tidak bisa beraktifitas sama sekali, adapun syaithan dari golongan manusia masih bisa beraktivitas karena mereka adalah murid-murid syaithan dari golongan jin yang sudah dididik selama 11 bulan sehingga bisa mengganggu yang lainnya.

Tapi yang jelas aktifitas kemaksiatan dalam bulan Ramadhān berkurang karena Allāh telah mengkondisikan sehingga memudahkan kaum muslimin.

Seperti kita tahu, kemaksiatan bukan terjadi hanya karena gangguan syaithan tapi karena hawa nafsu manusia yang telah terlatih untuk bermaksiat.

2⃣ KEDUA
Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallāhu 'anhu, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا

“Siapa yang berpuasa sehari di jalan Allāh, maka Allāh akan jauhkan dirinya dari neraka sejauh 70 tahun (perjalanan).”

(HR. Bukhari 2840, Muslim 1153, Nasai 2244 dan yang lainnya).

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ رَسُوْلُ الله صلي الله عليه وسلم كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allāh Ta'āla berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku." Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu kegembiraan ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allāh daripada bau minyak kasturi.” (HR. Muslim no. 1151)

Oleh karenanya, yang tadi kita sebutkan hanya sebagian dari pahala, adapun pahala yang haqiqi hanyalah Allāh yang tahu karena Allāh lah yang akan langsung membalasnya.

عن أبي أمامة رضي الله عنه قال: أتيت رسول الله صلى الله عليه وسلم فقلت: مرني بأمر آخذه عنك، فقال: (عليك بالصوم، فإنه لا مثل له) رواه النسائي.

"Dari Abū Umāmah radhiyallāhu 'anhu, Aku menemui Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam lalu aku berkata: “Perintahkan kepadaku yang bisa aku ambil dari engkau, beliau berkata: “Hendaklah kamu berpuasa, karena puasa tidak ada yang menyamainya.” (HR. Nasā’i )

3⃣ KETIGA
Yang kita harapkan dari puasa adalah ampunan Allāh Subhānahu Wa Ta'āla. Kalau kita renungkan dosa-dosa yang kita lakukan tentunya sangatlah banyak karena tidak ada dari kita yang terlepas dari dosa, baik dari dosa lisan, pandangan dan anggota tubuh. Kesempatan kita bisa terampuni adalah dengan puasa.

إِنَّ ٱلْمُسْلِمِينَ وَٱلْمُسْلِمَٰتِ وَٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَٱلْقَٰنِتِينَ وَٱلْقَٰنِتَٰتِ وَٱلصَّٰدِقِينَ وَٱلصَّٰدِقَٰتِ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَٱلصَّٰبِرَٰتِ وَٱلْخَٰشِعِينَ وَٱلْخَٰشِعَٰتِ وَٱلْمُتَصَدِّقِينَ وَٱلْمُتَصَدِّقَٰتِ وَٱلصَّٰٓئِمِينَ وَٱلصَّٰٓئِمَٰتِ وَٱلْحَٰفِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَٱلْحَٰفِظَٰتِ وَٱلذَّٰكِرِينَ ٱللَّهَ كَثِيرًا وَٱلذَّٰكِرَٰتِ أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyū´, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allāh, Allāh telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (Al-Ahzāb 35)

Sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barangsiapa yang puasa Ramadhān karena iman dan karena ingin mendapatkan pahala, maka dia diampuni dosanya yang telah lewat." (Muttafaqun 'alaihi dari Abū Hurairah)

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

"Shalat lima waktu, dan Jum’at satu ke Jum’at lainnya, dan Ramadhān satu ke Ramadhān lainnya adalah penebus dosa antara kesemuanya itu selagi seseorang menjauhi dosa-dosa besar. (HR. Muslim dari Abū Hurairah)

Namun tidak semua hamba mampu meraih ampunan Allāh Subhānahu Wa Ta'āla, makanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata "man shaama Ramadhāna īmanan wahtisāban", ada syaratnya yaitu keimanan, yakin bahwa ini perintah dari Allāh dan yakin bahwa Allāh akan memberikan pahala serta benar-benar berharap kepada Allāh.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sangat mencela orang yang mendapati bulan Ramadhān tapi tidak diampuni oleh Allāh Subhānahu Wa Ta'āla.

Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu meriwayatkan bahwa:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم صَعِدَ الْمِنْبَرَ ، فَقَالَ : آمِينَ ، آمِينَ ، آمِينَ ، فَقِيلَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، إِنَّكَ حِينَ صَعِدْتَ الْمِنْبَرَ قُلْتَ : آمِينَ ، آمِينَ ، آمِينَ ؟ قَالَ : إِنَّ جِبْرِيلَ آتَانِي فَقَالَ : مَنْ أَدْرَكَ شَهْرَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغَفَرْ لَهُ فَدَخَلَ النَّارَ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ ، قُلْ آمِينَ فَقُلْتُ : آمِينَ .

Artinya: “Bahwa Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam naik ke atas mimbar, lalu beliau bersabda: “Āmīn, āmīn, āmīn.” Lalu ada yang bertanya: “wahai Rasūlullāh, sesungguhnya ketika engkau naik ke atas mimbar engkau mengucapkan: “Āmīn, āmīn, āmīn (apa sebabnya)?”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya Jibrīl telah datang kepadaku, lalu dia berkata: “Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhān dan tidak diampuni dosanya maka akhirnya ia masuk ke dalam neraka dan dijauhkan oleh Allāh (dari surga), katakanlah "Āmīn" (wahai Muhammad)”, maka akupun mengatakan “Āmīn”.

(HR. Ibnu Khuzaimah dan dishahihkan oleh Al-Albāni di dalam kitab Shahih Al Jāmi’, no. 75)

Bulan Ramadhān adalah bulan yang sudah dikondisikan Allāh dimana maghfirah dan rahmat Allāh turun, namun kalau sampai tidak diberi ampunan oleh Allāh maka sangat keterlaluan sehingga orang seperti ini berhak dido'akan diberikan kecelakaan/keburukan oleh malaikat Jibrīl dan di"āmīn"kan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Terlebih lagi, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda dalam suatu hadits:

Hadits Jabir bin 'Abdillāh radhiyallāhu 'anhu, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

إنَّ للهِ في كلِّ يومٍ وليلةٍ عُتَقاءَ مِنَ النَّارِ في شهرِ رمضانَ وإنَّ لكلِّ مسلمٍ دَعوةً يدعو بها فيُسْتجابُ له

“Sesungguhnya di setiap hari dan malam bulan Ramadhān dari Allāh ada pembebasan dari api neraka. Dan bagi setiap Muslim ada do'a yang jika ia berdoa dengannya maka akan diijabah.”

(HR. Ahmad 2/254, Al Bazzar 3142, Al Haitsami berkata: “semua perawinya tsiqah”)

Semoga Allāh menjadikan kita orang-orang yang tercatat tersebut, entah malam keberapa Allāh mencatat.

Hadits ini juga menunjukkan kelemahan hadits yang tersebar di masyarakat bahwa Ramadhān terbagi menjadi 3;sepertiga awalnya terdapat rahmat, tengahnya terdapat ampunan dan akhirnya terdapat pembebasan dari api neraka.

Dari malam pertama sampai terakhir semua adalah ampunan dari Allāh dan pembebasan dari api neraka Jahannam, makanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:

إنَّ للهِ في كلِّ يومٍ وليلةٍ عُتَقاءَ مِنَ النَّار

"Sesungguhnya di setiap hari dan malam bulan Ramadhān dari Allāh ada pembebasan dari api neraka."

(HR. Ahmad 2/254, Al Bazzar 3142, Al Haitsami berkata: “semua perawinya tsiqah”).

Disetiap malam bulan Ramadhān kita berharap menjadi orang-orang yang diampuni oleh Allāh Subhānahu Wa Ta'āla dan dibebaskan dari adzab neraka Jahannam.

Yang perlu saya ingatkan, agar kita bisa menyempurnakan amalan ibadah puasa kita, yang berpuasa bukan hanya dari lapar dan haus tetapi kita juga berusaha menjaga anggota tubuh kita dari perbuatan kemaksiatan.

Terlebih lagi ulama Ibnu Hazm berpendapat bahwa orang yang berpuasa lalu melakukan dosa maka puasanya batal, tidak sah, walaupun ini pendapat yang kurang kuat. Pendapat yang kuat adalah pendapat jumhur ulama bahwasanya:

"Siapa yang berpuasa lalu melakukan dosa-dosa maka akan mengurangi pahala puasanya atau menggugurkan pahala puasanya, adapun puasanya tetap sah dan tidak perlu diqadhā."

Jangan sampai kita termasuk dari orang-orang yang kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ

Artinya: “Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu meriwayatkan, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: “Berapa banyak seorang yang berpuasa tidak ada bagian dari puasanya melainkan lapar dan berapa banyak seorang yang bangun beribadah pada malam hari tidak ada bagiannya dari bangun malamnya kecuali rasa capai."

(HR.Ibnu Majah, ad-Darimi, Ahmad, al-Baihaqi dengan sanad shahih)

Orang yang mereka berpuasa dan menahan lapar dan syahwat mereka, akan tetapi mereka terjerumus dalam praktek-praktek yang salah dalam dosa-dosa sehingga mereka tidak mendapatkan dari ibadah puasa mereka kecuali rasa lapar, rasa dahaga dan rasa letih tatkala shalat tarāwīh.

Oleh karena itu saya ingatkan kepada para ibu, diantara bentuk berbakti kepada suami saat Ramadhān adalah menyiapkan santapan untuk sahur dan berbuka, akan tetapi jangan sampai isrāf (berlebih-lebihan) sehingga waktu habis untuk menyiapkan makanan dan tidak sempat baca Al-Qurān dan berdzikir, maka hati-hatilah, ini kebiasaan sebagian ibu. Kalau sesekali tidak mengapa tetapi kalau setiap hari maka sayang waktunya. Karena kita tahu bahwa isrāf (berlebih-lebihan) diharamkan oleh Allāh Subhānahu Wa Ta'āla.

وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟

"Dan makan dan minumlah tapi janganlah kalian berlebih-lebihan." (Al-A'rāf 31)

Banyak ulama menashihatkan kalau memiliki kulkas yang besar maka sebelum bulan Ramadhān sebaiknya beli makanan untuk 1 bulan.

Banyak sekali keutamaan puasa, yang disebutkan diatas hanya sebagian.

Sebesar apapun hakikat pahala puasa maka tidak ada yang mengetahui kecuali hanya Allāh Subhānahu Wa Ta'āla.

�� Ustadz Firanda Andirja, MA
�� Sumber: https://youtu.be/cmjAYtvlP7I
___________________________
�� Donasi Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

�� Pendaftaran Group Bimbingan Islam Gelombang 3:
�� pendaftaran.bimbinganislam.com