Jumat, 09 September 2016
KEUTAMAAN BERKURBAN
1. Berqurban adalah perintah Allah Azza wajalla
Allah berfirman:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Dirikanlah shalat dan berqurbanlah (an nahr).” (QS. Al Kautsar: 2).
Allah juga berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, nusuk-ku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al An’am: 162).
Di antara tafsiran an nusuk adalah sembelihan, sebagaimana pendapat Ibnu ‘Abbas, Sa’id bin Jubair, Mujahid dan Ibnu Qutaibah. Az Zajaj mengatakan bahwa bahwa makna an nusuk adalah segala sesuatu yang mendekatkan diri pada Allah ‘azza wa jalla, namun umumnya digunakan untuk sembelihan.( Lihat Zaadul Masiir, 2/446.)
2. Berkurban adalah perintah rasulullah shallahu alaihi wasallam
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ عَلَى كُلِّ أَهْلِ بَيْتٍ فِيْ كُلِّ عَامٍ أُضْحِيَّة
‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya wajib atas setiap keluarga untuk melaksanakan kurban setiap tahun. ( Sunan Ibnu Majah (no. 2533)
3. Nabi mengancam orang yang meninggalkan kurban padahal dia mampu melakukannya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ، وَلَمْ يُضَحِّ، فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا.
“Barangsiapa memiliki kemampuan (harta) dan tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” (Shahih Sunan Ibni Majah (no. 2532)
4. Berkurban adalah ajaran dan tuntunan para sahabat
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu beliau mengatakan,
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى سَفَرٍ فَحَضَرَ الأَضْحَى فَاشْتَرَكْنَا فِى الْبَقَرَةِ سَبْعَةً وَفِى الْبَعِيرِ عَشَرَةً
”Dahulu kami penah bersafar bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam lalu tibalah hari raya Idul Adha maka kami pun berserikat sepuluh orang untuk qurban seekor unta. Sedangkan untuk seekor sapi kami berserikat sebanyak tujuh orang (HR. Tirmidzi no. 905, dishahihkan al-Albani dalam al-Miskat)
5. Hari berkurban adalah seagung-agungnya Hari di sisi Allah
إِنَّ أَعْظَمَ الأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ.
“Sesungguhnya hari yang paling mulia di sisi Allah Tabaroka wa Ta’ala adalah hari Idul Adha dan yaumul qorr (hari tasyriq) (HR. Al-Baihaqi)
6. Berkurban adalah ajaran rasul dan para sahabatnya, bahkan ajaran para nabi dan umat-umat sebelumnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syari’atkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut Nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizkikan Allah kepada mereka…” [Al-Hajj: 34]
Jadi monggo berkurban!
Akhukum fillah:
Fadlan Fahamsyah
Siapa Dia
#Islamic Geographic
All About Islam-Recharge Your Iman
Seri : Nafsiah
*Siapa Dia ?*
🎍Dari Ibnu Abbas r.a, diriwayatkan suatu ketika selepas shalat shubuh, seperti biasa Rasulullah SAW duduk menghadap para sahabat.
🎍Kemudian beliau bertanya, "Wahai manusia siapakah makhluk Tuhan yang imannya paling menakjubkan?"
🎍Para sahabat menjawab, "Malaikat, ya Rasulullah"
🎍Rasulullah berkata, "Bagaimana malaikat tidak beriman, sedangkan mereka pelaksana perintah Tuhan?"
🎍Kemudian sahabat menjawab lagi, "Kalau begitu, para Nabi ya Rasulullah."
🎍Kemudian Rasulullah berkata lagi, "Bagaimana nabi tidak beriman, sedangkan wahyu dari langit turun kepada mereka?"
🎍Untuk ketiga kalinya sahabat menjawab, "Kalau begitu para sahabat-sahabatmu, ya Rasulullah."
🎍Kemudian Rasulullah pun berkata lagi, "Bagaimana sahabat-sahabatku tidak beriman, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka saksikan. Mereka bertemu langsung denganku, melihatku, mendengar kata-kataku, dan juga menyaksikan dengan mata kepala sendiri tanda-tanda kerasulanku."
🎍Lalu Nabi SAW terdiam sejenak.
🎍Kemudian dengan lembut beliau bersabda: "Yang paling menakjubkan imannya adalah kaum yang datang sesudah kalian semua.
🎍Mereka beriman kepadaku, tanpa pernah melihatku.
🎍Mereka membenarkanku tanpa pernah menyaksikanku.
🎍Mereka menemukan tulisan dan beriman kepadaku.
🎍Mereka mengamalkan apa-apa yang ada dalam tulisan itu.
🎍Mereka membela aku seperti kalian membelaku.
🎍Alangkah inginnya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku itu."
(HR. An Nasa'i dan Ibnu Hibban dalam Kitab Shahihnya).
🌼Masya Allah syahdu, berkaca-kaca mata ini membaca kabar gembira dari Rasulullah SAW di atas
🌼Berharap kepada Allah Ta'ala semoga yang disebut Rasulullah sebagai saudara adalah kita semua.
🌼Kita yang terus meneguhkan keimanan dengan ketaatan dan perjuangan
🌼Semoga hati ini selalu beriman dan membenarkan apa-apa yang dibawa Rasulullah SAW
🌼Semoga langkah dakwah ini pun selalu mengikuti jejak langkah metode dakwah Rasulullah.
Dari berbagai sumber
Ditulis ulang oleh: IG Team
Semoga Allah Azza Wa Jalla Merahmati Penulisnya.
***
*Alhamdulillah… hanya Allah yang berhak dipuji.*
Rabu, 07 September 2016
Tujuh Golongan Yang Dinaungi Allah
[Tujuh Golongan Yang Dinaungi Allah]
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata.
Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata.
1. Imam (pemimpin) yang adil.
2. Pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabbnya.
3. Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid.
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, dimana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah.
5. Dan seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang berkedudukan lagi cantik rupawan, lalu ia mengatakan: Sungguh aku takut kepada Allah. 6. Seseorang yang bershodaqoh lalu merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.
7. Dan orang yang berdzikir kepada Allah di waktu sunyi, lalu berlinanglah air matanya. (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, II/143 Fat-h, dan Muslim, no. 1031). Semoga manfa'at
(DiariesImage)
Oleh : Pusat Buku Sunnah
REHAT SEJENAK
REHAT SEJENAK
Diantara kisah terunik yang pernah diceritakan Syaikh Prof. Dr. Dhiyaa'urrahman Al-A'Dzamy adalah, "Dahulu apabila penuntut ilmu berpisah dengan keluarganya, maka sebagian diantara mereka ada yang sengaja menutup semua akses yang berkaitan dengan kampung halaman dan keluarganya.
Bahkan setiap kali surat datang ke tempat tinggalnya, dia akan segera menaruh surat tersebut ke dalam guci besar.
Bila telah berlalu 10 atau 15 tahun, mereka akan memecahkan guci tersebut dan membaca satu-persatu surat yang masuk.
Isi suratnya macam-macam. Ada berita tentang lahirnya ponakan, menikahnya saudara, wafatnya sang Ibu/Ayah atau sakitnya anggota keluarga.
Ini mereka lakukan semata-mata agar fokus dalam menuntut ilmu.
Tidak seperti kita yang sedikit-sedikit menelpon ke rumah, WA dengan si ini dan itu, atau sibuk dengan berbagai isu yang terjadi diluar sana. Akhirnya fikiran kita jadi bercabang, terbawa perasaan dan semangat jadi kendor.
Bukan berarti terlarang, tapi semua ada masanya.
____________________
Bekasi 4 Dzulhijjah 1437 H
ACT El-Gharantaly
Selasa, 06 September 2016
HARI ARAFAH
HARI ARAFAH
Hari Arafah 9 Dzulhijjah adalah hari yang mulia saat di mana datang pengampunan dosa dan pembebasan diri dari siksa neraka. Pada hari tersebut disyari’atkan amalan yang mulia yaitu puasa.
Puasa ini disunnahkan bagi yang tidak berhaji.
Puasa Arafah adalah amalan yang disunnahkan bagi orang yang tidak berhaji.
Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَه
ُ
“Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)
Sumber RumayshoCom
@DiariesImage
•═════◎◎۩❁۩◎◎═════•
Broadcasted by Islam itu Indah
- Instagram: @islamituindah.id
- Line: @islamituindah (pakai @) atau klik: http://line.me/ti/p/%40islamituindah
- Telegram channel: @islamindah
BINASANYA MANUSIA AKIBAT SIFAT KIKIR & PELIT
❌ *BINASANYA MANUSIA AKIBAT SIFAT KIKIR & PELIT*
Diantara penyakit hati yang paling parah adalah pelit. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah memperingatkan umatnya dari penyakit ini, beliau berkata :
اتَّقُوا الظُّلْمَ؛ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوا الشُّحَّ؛ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، وَحَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ، وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ
_"Waspadalah kalian dari perbuatan menzolimi karena kezoliman adalah kegelapan yang bertumpuk-tumpuk pada hari qiamat, dan jauhilah kalian dari pelit, karena sikap pelit telah membinasakan orang-orang sebelum kalian, sikap pelit ini mengantarkan mereka untuk menumpahkan darah mereka dan menghalalkan perkara-perkara yang haram"._
(HR. Muslim dari hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu)
🔸 Jika seorang yang berakal mengamati fitnah yang meluas dan yang khusus di dunia ini, maka ia akan mendapat bahwasanya diantara sebab utamanya adalah sikap pelit dan tamak (rakus). Dari Abu Hurairoh radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda,
«يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيَنْقُصُ الْعَمَلُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ» قَالُوا: وَمَا الْهَرْجُ؟ قَالَ: «الْقَتْلُ الْقَتْلُ»
_"Zaman semakin mendekat, dan amal semakin sedikit, dan muncullah fitnah-fitnah, dan dilemparkanlah sifat Asy-Syuh (pelit disertai semangat mengejar dunia) di hati dan banyaklah al-Harju". Mereka bertanya, "Apakah itu al-Harju?", Nabi berkata, "Pembunuhan, pembunuhan"_
(HR Al-Bukhari)
🔸 Maka sikap _Asy-Syuh_ (pelit kelas kakap) adalah semangat untuk mengejar dunia, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berakta,
مَا الفَقْرَ أخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنِّى أخْشَى عَلَيْكُمْ أنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، وَتُهْلِكَكُم كَمَا أهْلَكَتْهُمْ
_"Bukanlah kemiskinan yang aku khawatirkan menimpa kalian, akan tetapi dibentangkannya dunia pada kalian lalu kalian berlomba untuk memperebutkannya sebagaimana orang-orang sebelum kalian berlomba memperebutkannya, maka dunia tersebut membinasakan kalian sebagaimana dunia telah membinasakan mereka._
🔸 Dan jika engkau telah mengetahui makna dari _'pelit'_ maka engkau berusaha untuk menghindarinya. Dan engkau telah mengetahui bahwa fitnahnya penyakit ini yang telah menjadikan hati menjadi mati adalah sikap Asy-Syuh (pelit) yaitu tamak (rakus) dan semangat untuk meraih apa yang ada di tangan orang lain, dan berusaha dengan berbagai macam cara ditempuh untuk memilikinya di tanganmu, demikian hak-hak orang lain yang wajib yang ada ditanganmu kau tahan dan tidak kau tunaikan kepada mereka. Dan ini merupakan sifat yang paling buruk, maka *Asy-Syuh lebih parah daripada hanya sekedar "kikir/pelit", dan Asy-Syuh merupakan sebab terputusnya silaturahmi, melanggar hak-hak orang lain, dan menumpahkan darah orang lain, dan menahan hak-hak orang lain yang wajib untuk ditunaikan kepada mereka yang berhak menerimanya.*
🔸 Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
_"Waspadalah kalian dari penyakit Asy-Syuh, karena ia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian. Asy-Syuh telah memerintahkan mereka untuk berbuat dzolim maka merekapun menzolimi, memerintahkan mereka untuk berbuat fajir (maksiat) maka merekapun berbuat fajir, memerintahkan mereka untuk memutuskan silaturahmi maka merekapun memutuskan silaturahmi"_
(HR Ahmad dan Abu Dawud dari hadits Abdullah bin 'Amr).
Allah berfirman,
فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ وَٱسۡمَعُواْ وَأَطِيعُواْ وَأَنفِقُواْ خَيۡرٗا لِّأَنفُسِكُمۡۗ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٦
_"Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung"_
(QS At-Tagobun : 16)
Semoga kita semua termasuk golongan yang beruntung yang terjaga dari sifat kikir dan pelit.
_____________________________________________
Diambil sebagian dari materi Khotbah Jum’ah Masjid Nabawi (15 Shafar 1437 H)
Oleh: *Asy-Syaikh Al-Hudzaifi hafizohullah*
firanda.com
Minggu, 04 September 2016
AMPUNAN NYA MASIH TERBUKA LEBAR
AMPUNAN NYA MASIH TERBUKA LEBAR
Sebuah hadits yang patut jadi renungan, Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,
قَالَ اللَّهُ يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِى وَرَجَوْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَة ً
”Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi no. 3540. Abu Isa mengatakan bahwa hadits ini ghorib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Jika Bertaubat, Setiap Dosa Akan Diampuni.
Hadits di atas menunjukkan bahwa Allah benar-benar Maha Pengampun. Setiap dosa –baik dosa kecil, dosa besar, dosa syirik bahkan dosa kekufuran- bisa diampuni selama seseorang bertaubat sebelum datangnya kematian walaupun dosa itu sepenuh bumi.
Dimata manusia 1.000 kebaikan akan hancur dengan 1 kesalahan. Tapi di mata Allah, 1.000 kesalahan, InsyaAllah akan diampuni oleh 1 taubatan yang nasuha.
Read RumayshoCom
@DiariesImage
•═════◎◎۩❁۩◎◎═════•
Broadcasted by Islam itu Indah
- Instagram: @islamituindah.id
- Line: http://line.me/ti/p/%40islamituindah
- Telegram channel: @islamindah
SUNNAH YANG TERABAIKAN DI BULAN ZHULHIJJAH
Sahabat fillah..
Memperbanyak takbir, tahlil dan tahmid merupakan amalan yang sangat dianjurkan pada 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah. Hal ini berdasarkan hadits yg diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibnu Abbas -radhiallahu anhu- bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ
“Tidak ada hari-hari yg lebih agung di sisi Allah dan amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yg sepuluh (sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah), karenanya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di da hari-hari itu.” (HR. Ahmad. Sanad hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh Ahmad Syakir).
Imam Bukhari mengatakan, “Dahulu Umar -radhiallahu anhu- mengumandangkan takbir di dalam kemahnya saat berada di Mina, lalu penghuni masjid mendengarnya, mereka pun bertakbir, dan orang-orang dipasar pun ikut bertakbir hingga Mina dipenuhi oleh gema takbir”
Alangkah indahnya nuansa Dzulhijjah di zaman itu. Namun sangat disayangkan, amalan penuh berkah itu kini perlahan mulai hilang & terabaikan. Tidak hanya orang awam, bahkan sebagian orang sholeh pun seringkali lalai darinya, sangat jauh berbeda dengan kondisi pada zaman salafussholeh dulu. Oleh karena itu, mari bersama menghidupkan kembali sunnah yang mulia ini.
Catatan:
Disunnahkan untuk mengeraskan takbir, baik di jalanan, di pasar-pasar, dan diatas pembaringan sebagaimana praktek salafussholeh.
Berikut ini beberapa bentuk lafdz takbir yg disunnahkan:
1. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Kabiiran
2. Allahu Akbar, Allahu Akbar, laa Ilaaha Illallah Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
3. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, laa Ilaaha illallah Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Wallahu a’lam
_________________
Singapura 1 Dzulhijjah 1437 H
ACT El-Gh
Sabtu, 03 September 2016
SURI TAULADAN
🌺 SURI TAULADAN Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Salam
🌸 Bila aku tak suka rasa makananku.Aku teringat pada Nabi Muhammad Shalallahu'Alaihi wa Salam yang pernah mengikatkan batu pada perutnya untuk menahan rasa lapar
🌸 Bila aku merasa tidak nyaman dengan tempat tidurku.Aku teringat pada Nabi Muhammad Shalallahu'Alaihi wa Salam yang tidur hanya beralas pelepah kurma & kain kasar dalam hidupnya
🌸 Bila aku menjadi begitu kikir untuk memberi orang lain.Aku teringat pada Nabi Muhammad Shalallahu'Alaihi wa Salam yang pernah memberi segala yang Ia miliki hingga tidak menyisakan sesuatu untuk diri sendiri
🌸 Bila aku fikir betapa miskinnya hidupku.Aku teringat pada Nabi Muhammad Shalallahu'Alaihi wa Salam yang begitu cinta pada orang miskin dan ingin bersama si miskin di Surga.Ia memacu semangatku
🌸 Bila aku kecewa pada mereka yang banyak menyakitiku.Aku teringat pada Nabi Muhammad Shalallahu'Alaihi wa Salam yang sentiasa memaafkan semua orang yang telah menyakitinya
🌸 Bila aku berfikir tentang mereka yang membenciku.Aku teringat pada Nabi Muhammad Shalallahu'Alaihi wa Salam yang sentiasa berdo'a untuk orang-2 yang telah menghina dan membencinya
🌸 Bila orang lain tidak berterima kasih pada kebaikan yang telah aku lakukan pada mereka.A ku teringat pada Nabi Muhammad Shalallahu'Alaihi wa Salam yang mengingatkan aku bahwa pahala & balasan yang besar hanya dari Allah semata
🌸 Bila aku mengingat bahwa tidak ada yang menyayangiku.Aku teringat pada Nabi Muhammad Shalallahu'Alaihi wa Salam yang mencintai dan menyayangiku sebagai Umatnya
Hal ini bagaikan tenaga positif yang menguatkanku untuk tidak putus asa melakukan kebaikan..ll
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
🍃Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu Suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah🍃
📚(QS. Al-Ahzab : ayat 21)
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
══════ ❁✿❁ ══════
🌼 Mutiara Islam 🌼
Pin : 5FDC62F1
WA : 085691711455
Kamis, 01 September 2016
MENYAMBUT 1 DZULHIJJAH
🏜🌅🏝 *MENYAMBUT 1 DZULHIJJAH*
✍ Ustadz DR. Syafiq bin Riza bin Hasan Basalamah, حفظه الله
_Akhi Ukhti…_
Hari ini tanggal berapa yaa?
Yang jelas, kalau menurut kalender masehi (baca kristen) 01 September 2016
Namun menurut kalender Hijriyah (baca Islam) 29 Dzul Qa’dah 1437 H
Bisa jadi besok tanggal 1 Dzul Hijjah, kalau Hilal terlihat sore ini…
Ia _emang_nya kenapa, kalau besok tgl 1 Dzul Hijjah?
Itulah yang jadi masalah, banyak dr kita yang sudah tidak lagi menghiraukan kalender Islam, padahal ibadah2 itu dikaitkan dengannya.
Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ bersabda tentang keutamaan 10 hari awal Dzul Hijjah
*((مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ))*
*_“Tidak ada hari dimana suatu amal shaleh lebih dicintai Allah melebhi amal shaleh yang dilakukan di sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah,.).”_*
Para sahabat bertanya: _"Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad fi sabilillah?"_ Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ bersabda: *_“Termasuk lebh utama dibanding jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar dengan jiwa & hartanya (ke medan jihad), & tidak ada satupun yang kembali.”_* (HR. Al Bukhari, Ahmad, Abu Daud, dan At Turmudzi)
Jadi, insya Allah, mulai besok/lusa, hari2 itu dimulai
*Maka jangan disia-siakan!*
Apa saja amalan yang seharusnya dilakukan???
*Ya, semua amal shaleh…*
Shalat sunnah diperbanyak
Shalat sunnah, dhuhur yang biasa 4 rakaat jadikan 8 atau 10 (+ qabliah ba’diah)
Puasa sunnah, bagi yag belum bayar hutang ramadhan, mulai besok puasa!
Baca Qur’an, yang belum khatam Ramadhan, besok digenjot lagi
Shilaturrahim, khususnya ama ortu, kalaupun harus mudik gak papa!
Sedekah…
Dan yang paling mudah, banyak2 berdzikir (tahmid, takbir, tahlil) Dll
Puncaknya adalah tanggal 9
DzulHijjah (hari Arafah) tatkala para jemaah haji kumpul di padang Arafah… jangan lupa untuk berpuasa, karena, ada harapan diampuni dosa 2 tahun. (HR. Ahmad & Muslim)
Dan juga pada tgl 10, ada ibadah Qurban, ibadah yang tidak ada di bulan2 lainnya.
Bagi yang ingin berkurban, ada syariatnya, yang harus dijaga sejak terlihatnya Dzul Hijjah:
*Tidak boleh memotong kuku dan rambutnya sampai hewan qurbannya disembelih*
Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ bersabda:
*إذا رأيتم هلال ذي الحجة وأراد أحدكم أن يضّحي فلا يأخذ من شعره ولا من أظفاره حتى يضحي*
*_“Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya sehingga hewan qurbannya disembilih”._* (HR Muslim).
Mungkin sebagian akan berbicara, lho kok baru dengar ya?
Tapi hadits ini shohih, dan begitulah Nabi _shallallahu ‘alaihi wasallam_ mengajarkan & ingatlah
orang yang sedang berihram untuk umroh atau haji juga tidak boleh potong kuku & rambutnya, kalaupun kita yang belum bisa umrah, paling tidak dapat merasakan seperti mereka.
*_Selamat mengamalkan!_*
– – – – – •(*)•- – – – –
🌐Sumber : BBG Al-ilmuCom, dg sedikit editan penyesuaian waktu
➖➖➖
Cerita Cinta: SAHABAT SETIA HINGGA SURGA
Cerita Cinta:
SAHABAT SETIA HINGGA SURGA
Di tengah keterasingan, aku mencoba memaknai persahabatan dan di kala kesulitan menghimpit aku berusaha merenungkan tafsir Kesetiaan...
Di tengah gangguan bersosialisasi aku berjuang mengurai benang kusut kejujuran dalam pergaulan...
Memang benar kata para ulama sahabat ada empat,
Pertama, teman laksana makanan yang dibutuhkan untuk kehidupan.
Kedua, teman laksana obat yang dibutuhkan saat kesakitan.
Ketiga, teman laksana racun amat bahaya bila ditelan.
Keempat, teman laksana virus senantiasa menularkan penyakit saat berdampingan.
Waspadalah bersahabat dengan banyak orang, karena mereka pada umumnya, tidak mudah mentolelir kekurangan, kurang bisa memaafkan kesalahan, mudah mengumbar aib, mudah marah dalam urusan sepele, dan gampang hasud dengan kenikmatan besar maupun kecil. Jangan kamu jadikan seseorang sebagai sahabat sebelum Anda mengujinya dengan lamanya pergaulan, amanah dalam masalah uang, membantumu dalam kesulitan, dan setia dalam bepergian.
Ribuan orang pernah bertegur sapa dan berpapasan denganku, ada yang masih aku ingat namun banyak yang terlupa moga semuanya bisa jumpa di Surga.
Banyak sekali kebaikan yang aku petik dan hikmat yang aku dapatkan dari harga sebuah persahabatan...
Atha berkata, carilah temanmu saat menghilang, barangkali dia sedang sakit perlu ditengok, atau sedang menghadapi kesulitan perlu bantuan atau sedang lupa persahabatan perlu diingatkan.
Kebaikan dan perhatian mereka terlalu banyak dihitung apalagi ditabung, ada yang terekam indah dalam kenangan dan ada yang terlupakan bahkan terabaikan semoga Allah memaafkan.
Betapa besarnya pahala bersahabatan yang ditegakkan diatas keimanan dan keadilan hingga Allah menjamin naungan teduh di hari pengadilan.....
Bahkan Allah berfirman dalam hadits qudsi, manakah orang-orang yang berkasih sayang karenaku, demi izzahku Aku akan naungi dengan naungan Arasyku...
Dan manusia dihimpun pada hari Kiamat bersama orang yang dicintainya, di mana pernah seorang Badui datang kepada Rasulullah dan bertanya, Kapankah Kiamat terjadi? Beliau menjawab, Apakah yang Anda persiapkan untuknya? Maka sang Badui pun menjawab, Cinta Allah dan cinta RasulNya. Maka beliau menjawab, Engkau akan dihimpun bersama orang yang kamu cintai.
Anas bin Malik menangis setelah mendengar jawaban nabi karena kegembiraan sehingga berkata, Aku mencintai Rasulullah, Abu Bakar, Umar dan Utsman meski amalanku tidak bisa menyamai amalan mereka, aku hanya berharap bisa dikumpulkan bersama mereka di hari Kiamat.
Hak bersahabatan cukup banyak yang antara lain,
1. Jagalah nama baik dan kehormatan sahabatmu.
2. Nasehati secara tulus di kesepian akan kesalahan dan kesesatannya.
3. Bantulah hajat hidupnya baik berupa materi, tenaga, pikiran dan ilmu yang Anda miliki.
4. Doakan ketika bersin dan mengucapkan hamdalah, jawablah salamnya, tengoklah saat sakit, antarkan jenazahnya saat meninggalnya dan berilah nasihat dengan tulus saat minta nasihat serta kabulkan undangannya.
5. Jagalah kehormatan keluarganya dan panggillah dengan nama indahnya.
6. Doakan dengan kebaikan dan Hidayah saat Anda sedang berjauhan.
Said bin Ash berkata, temanku punya hak tiga atasku, kalau dia mendatangiku aku sambut dengan hangat, bila dia berbicara aku dengar dengan menghadapkan muka dan bila dia duduk aku luaskan majelisnya.
Sementara sahabat setia adalah orang yang bila kamu pandang mengingatkan Allah, ucapannya mendorong kepada kebaikan dan tingkah lakunya memotivasi kepada keakhiratan.
Kisah Mengharukan Seorang Pendeta di Pedalaman Kalimantan Memeluk Islam
Inilah Kisah Mengharukan Seorang Pendeta di Pedalaman Kalimantan Memeluk Islam
- Senin, 31 Agustus 2015
Islamedia – Seorang mantan pendeta Kristen Protestan menuliskan sebuah surat yang ditujukan kepada Tuan Syaikh Abdurrozzaq, dalam surat tersebut mantan pendeta tersebut menerangkan bagaimana kronologis akhirnya dirinya memeluk agama Islam.
Mantan pendeta yang tinggal di Pedalaman Kalimantan tersebut bernama Robert Tanhu Mangkulang dengan nama Islam Abdurrahman Al Islami.
Abdurahman Al Islami belum sempat mengirimkan surat tersebut, mungkin karena sakit yang dideritanya, akan tetapi surat tersebut ditemukan oleh saudaranya yang non muslim ditumpukan buku-bukunya sebulan setelah wafatnya.
Berikut ini isi suratnya dikutip dari website resmi Ustadz Firanda Adireja
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله
Kepada yang saya cintai karena Allah Tuan Syaikh Abdurrozzaq semoga Allah memberkahi anda.
Perkenalkan nama saya Robert Tanhu Mangkulang dengan nama Islam Abdurrahman al Islami 58 tahun, berasal dari suku Dayak Kalimantan.
Sebelumnya saya minta maaf bila mengganggu waktu anda dan aktifitasnya. Saya ingin menceritakan kisah singkat tentang kehidupan saya dan juga harapan saya di akhir hidup saya yang tersisa.
Saya masuk Islam pada tanggal 15 Desember 2011, mulanya saya masuk Islam dan mengenal Agama Islam karena keraguan agama yang saya yakini, di keluargaku 6 bersaudara semuanya berbeda agama, ada hindu paganisme, kristen katholik dan protestan, tapi tidak ada satu pun yang masuk Islam karena keluarga kami menganggap Islam agama yang rumit dan sulit.
Selama 30 tahun lebih saya menjadi misionaris protestan dan terakhir menjadi kepala gereja di seluruh kota di Kalimantan, tepatnya di Kutai Barat, selama itu pula saya diberikan kecukupan rezeki harta dan jabatan yang layak karena itulah tujuan para pendeta, dari keenam kali pernikahan saya tidak dikaruniai anak keturunan, harta yang saya punya dipakai untuk bersenang-senang dan habis di meja judi.
Di akhir masa tua ini saya merasa takut dan gelisah dengan agama yang saya yakini yaitu kristen protestan. Tidak membawa ketenangan dan ketentraman, sebelum saya mengenal Islam ini saya meneliti dan membanding-bandingkan kitab-kitab injil saya dengan kitab yang dulu, ada sisi yang kontradiktif antara satu dan lainnya, ditambah lagi saya ingin menghabiskan masa tua di tempat kelahiran saya.
Sebulan kemudian saya memutuskan untuk pergi meninggalkan gereja demi niat saya untuk pindah mencari ketenangan hati. Singkat cerita kami, yaitu saya dan murid saya yang mengantar sampailah di satu pelosok kabupaten Paser yang mayoritas 90 prosen adalah penganut paganisme dan animisme, namun selama puluhan tahun ditinggalkan ada sedikit berbeda, ada beberapa orang yang masuk agama Islam diantaranya mantan mertua yaitu bapak istri saya ketiga ternyata sudah menjadi muslim.
Seperti biasa di pagi hari saya selalu berkeliling untuk berolahraga, sengaja saya melewati rumah bekas istri saya karena penasaran kami berdiskusi dan berdialog dengan mereka, padahal dulu mereka adalah orang-orang yang nakal dan brutal namun ada perubahan drastis dengan sikap perilaku dan penampilan yang islami.
Tuan Syaikh Abdurozzaq desa kami desa terisolir dan jauh dari keramaian, selama puluhan tahun tidak ada da’i atau ustadz yang masuk ke pedalaman, lalu saya tanyakan kepada mereka apa yang menyebabkan mereka masuk Islam? Mereka bercerita ada seorang pemuda jawa yang datang dari kota kecamatan selalu datang membawa alat penghisap darah penyakit dan mengamalkan agamanya, karena keramahan dan budi pekerti yang baik mereka belajar, dari mulai 2 keluarga yang masuk Islam hingga 30 keluarga (setara 40 orang dewasa 18 anak kecil) yang belajar tentang agama Islam.
Selesai berdialog mereka memberi buku kecil berjudul “Sebab-Sebab Kebahagiaan” karya Syaikh Abdurozzaq dan buku Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis. Sampai di rumah sebelum tidur saya membaca dan merenungi tiap makna dari lembaran buku itu, entah kenapa badan saya merinding, dada bergemuruh karena takjub dengan penjelasan kebahagiaan yang saya cari selama ini.
Puluhan tahun saya berkhotbah di hadapan jamaah, baru kali sekarang saya mendapat suatu kata indah walaupun ada beberapa yang kurang dimengerti dalam bahasanya tapi saya faham akan maksud dan tujuan si penulis.
Keesokan harinya saya bertemu dengan teman-teman di desa untuk menanyakan kapan pemuda itu kembali akan datang? ternyata hari itu mereka sudah ada janji untuk menjemput lewat sungai karena daratan berlumpur setelah hujan lebat.
Setelah ketemu kami yaitu saya mengutarakan niat saya untuk memeluk agama Islam maka dengan keyakinan yang kuat saya mengucapkan syahadat di hadapan 8 laki-laki dewasa dan 4 wanita walaupun agak sulit karena saya belum terbiasa dan tidak bisa maka saya dituntun untuk membaca “Laailaha illallah Muhammad Rasulullah”.
Pemuda tadi memegang erat tangan saya dan memeluknya tubuh ini dengan haru lalu dia ucapkan “Bapak sekarang menjadi saudara saya dalam Islam maka berbahagialah bapak dengan jaminan Allah, bahwa dengan taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya kita akan bertemu di surga”
Setelah itu kami berbincang dan berbagi pengalaman, dan saya tanyakan kepada pemuda ini dimana saya bisa bertemu dengan penulis ini buku, sambil menunjukkan buku yang saya bawa. Ternyata pemuda ini pun belum pernah bertemu atau melihat langsung Syaikh Abdurrozzaq, dia hanya mendengar suara di radio swasta sebelum dia merantau ke Kalimantan, bahkan bila ada kunjungan penulis buku ini dia tidak bisa hadir karena kemampuannya untuk datang ke Jakarta.
Dua minggu kemudian dia datang kembali membawa buku-buku pelajaran cara praktis membaca al-Quran dan papan tulis, sekaligus memberi kabar gembira bahwa Syaikh Aburrozzaq akan datang bulan Februari di Jakarta tahun 2012, maka saya katakan ke padanya “Mari kita berangkat ke Jakarta, masalah ongkos saya yang akan tanggung, bawa juga keluargamu”. Namun dia menolak dengan alasan bahwa dia mengajarkan agama bukan karena harta dan iming-iming materi dunia, tapi saya bersikeras untuk memberi dia uang. Selama dua tahun naik turun bukit pemuda ini hanya digaji dengan ikan dan pisang sedangkan saya diberi sesembahan para jamaah setiap minggu.
Akhirnya dia menerima dan membelikan tiket untuk keberangkatan kami di bulan Februari 2012 bersama keluarganya.
Sejak saat itu kami belajar dan saya pun belajar dengan sungguh-sungguh akan kebaikan Islam, umumnya di suku kami tidak ada paksaan untuk memeluk agama lain karena perbedaan agama boleh asal jangan mengganggu adat istiadat yang ada di desa kami yang mayoritas hindu paganisme.
Di pagi hari badan saya sakit semua, hernia kambuh dan seluruh kaki terasa berat digerakkan, dengan bantuan tetangga dibawa ke poliklinik terdekat lalu saya diobati dengan obat-obatan seadanya karena klinik kampung yang ada di desa tidak ada petugas yang jaga itupun yang mengobati adalah bidan kampung/dukun anak.
Seminggu kemudian pemuda ini datang dan berniat untuk menjemput saya ke rumahnya serta tinggal beberapa hari di rumah samping mushola, namun takdir berkata lain jangankan untuk jalan, berdiripun tak mampu. Pemuda ini membacakan beberapa do’a dan dia meminta madu dan air serta diminumkan kepada saya, sore harinya saya agak membaik, bisa jalan tertatih-tatih, saya minta ijin tidak hadir dalam pengajian iqro dan ia pun mengerti.
Saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak bisa bertemu atau datang ke jakarta, sampaikan salam dan tolong tuliskan rasa terima kasih kepada Syaikh Abdurozzaq, saya akan ke rumah teman yang ada di kabupaten untuk melihat tayangan langsung, kebetulan dia mempunyai parabola. Akhirnya pemuda ini berangkat bersama keluarganya ke jakarta, ada seorang ibu yang menitipkan barang untuk Syaikh berupa tas karena kecintaan beliau kepada tuan Syaikh Abdurrozzaq.
Hari minggu 19 februari 2012, hari itu saya sangat senang melihat wajah anda Syaikh Abdurrozzaq, walaupun ada gangguan dan sinyal yang buruk tapi ada pelajaran yang bisa diambil “bahwa bila kita ingin meraih cinta Allah harus mendahulukan perintah-perintah-Nya”. Saya ingin sekali mendengar tapi suara, gambar dan tayangannya tersendat-sendat, sehingga waktu itu saya jadi berfikir kenapa saya tidak memaksakan berangkat ke jakarta.
Tuan Syaikh Aburrozzaq sejak itu pula saya mulai mengerti arti kehidupan dalam pandangan Islam bahwa dunia hanya sementara sedangkan akhirat kekal dan abadi.
Ada kejadian yang membuat saya miris dan sedih, pemuda tadi dicegat dan diinterogasi oleh sebagian aparatur desa, yang ironisnya mereka adalah muslim, mereka menganggap pemuda ini mengajarkan ajaran menyimpang karena itu dia tertahan dan tidak bisa mengajar lagi, lalu datanglah saudara kami “Maris” salah satu tokoh yang masuk Islam dia menjelaskan kepada aparatur desa bahwa dia hanya mengajarkan baca tulis al-Quran.
Dua bulan tiga bulan sampai satu tahun dia tidak pernah datang lagi, apalagi setelah kami warga muslim ikut-ikutan ritual belian (pemanggilan roh-roh halus), mau tidak mau, suka atau tidak suka kami harus mengikutinya adat-istiadat karena ini solidaritas suku.
Tuan Syaikh Abudrrozzaq pemuda ini tidak pernah datang lagi, kami memaklumi dan mengerti dia membutuhkan perubahan dari kami dan juga perjuangan untuk melawan adat tapi kami tidak mampu, dan lagi beliau juga perlu penghasilan untuk keluarga semoga Allah memudahkan urusan pemuda ini.
Tuan Syaikh Abdurrozzaq semoga dengan tulisan ini dan sampainya tulisan ini di hadapan anda semoga ada da’i atau ustadz yang mau ke tempat kami, dulu waktu kami menjadi misionaris kami bisa ke pelosok-pelosok tapi umat Islam yang kata anda rahmat semesta alam tidak ada yang bertahan ke pedalaman. Maka disisa umurku ini saya berharap bisa bertemu di surga kelak. Saya mempunyai penyakit kronis bisa saja setelah ini Allah mencabut nyawa saya, sekali lagi terimakasih untuk anda dan Islam.
Abdurrahman al-Islami
Muara Andeh, 15 Agustus 2014
Berikut ini pertanyaan mantan pendeta ketika Syaikh Abdurrozzaq mengisi di Jakarta :https://youtu.be/vDL3aFKHXO0?t=6719
Berikut ini scan surat mantan pendeta:
https://app.box.com/s/0wz2q7wujvqkb3jgikwxm9kwednl4j8s
[islamedia/firanda]
iApa hukumnya mencukur jenggot (lihyah) atau mencukur sebagiannya?
*Apa hukumnya mencukur jenggot (lihyah) atau mencukur sebagiannya?*
*Jawab :*
Alhamdulillah, mencukur jenggot hukumnya *haram* berdasarkan hadits-hadits shahih yang secara tegas melarangnya. Dan berdasarkan dalil-dalil umum yang melarang menyerupai orang-orang kafir.
Diantaranya hadits Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Selisihilah orang-orang musyrik, peliharalah jenggot dan potonglah kumis.” Dalam riwayat lain berbunyi: “Potonglah kumis dan peliharalah jenggot.”
Masih banyak lagi hadits-hadits lain yang semakna dengan itu. Maksud memelihara jenggot adalah *membiarkannya tumbuh secara alami.* Termasuk memeliharanya adalah membiarkannya tanpa mencukur, mencabut atau memotongnya sedikitpun. Ibnu Hazm bahkan telah menukil ijma’ (kesepakatan) tentang hukum wajibnya memotong kumis dan memelihara jenggot.
Beliau berdalil dengan sejumlah hadits, diantaranya adalah hadits Ibnu Umar terdahulu dan hadits Zaid bin Arqam yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa tidak memotong sebagian dari kumisnya maka ia bukan termasuk golonganku (golongan yang melaksanakan sunnahku).” Hadits tersebut dinyatakan shahih oleh At-Tirmidzi, ia berkata dalam kitab Al-Furu’ bahwa riwayat yang dibawakan oleh rekan-rekan kami dari kalangan madzhab Hambali di atas menegaskan hukum haramnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ijma’ telah memerintahkan supaya menyelisihi orang-orang kafir dan melarang menyerupai mereka. Sebab menyerupai mereka secara lahiriyah merupakan sebab menyerupai tabiat dan tingkah laku mereka yang tercela. Bahkan merupakan sebab meniru keyakinan-keyakinan sesat mereka. Dan dapat mewariskan benih-benih kecintaan dan loyalitas dalam batin kepada mereka. Sebagaimana kecintaan dalam hati dapat menyeret kepada penyerupaan dalam bentuk lahiriyah. Imam At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Bukanlah termasuk golongan kami orang yang menyerupai selain kami. Maka janganlah kalian menyerupai kaum Yahudi dan Nasrani.” Dalam riwayat lain berbunyi: “Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.” (H.R Imam Ahmad).
Bahkan Umar bin Khaththab menolak persaksian orang yang mencabuti jenggotnya. Dalam kitab At-Tamhid Imam Ibnu Abdil Barr berkata: “Haram hukumnya mencukur jenggot, sesungguhnya perbuatan tersebut hanya dilakukan oleh kaum banci.” Yaitu perbuatan tersebut termasuk menyerupai kaum wanita.
Dalam riwayat disebutkan bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam adalah seorang yang lebat jenggotnya. (H.R Muslim dari Jabir)
Dalam riwayat lain disebutkan: “Tebal jenggotnya” dalam riwayat lain: “Banyak jenggotnya”, maknanya sama yakni lebat jenggotnya. Oleh karena itu *tidak dibolehkan* memotong sedikitpun darinya berdasarkan dalil-dalil umum yang melarangnya.
*(Fatawa Lajnah Daimah Jilid V/133, Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al Ilmiyah wal Ifta, Dewan Tetap Arab saudi untuk riset-riset ilmiyah dan fatwa)*
[Salafy.or.id]
Rabu, 31 Agustus 2016
Saudaraku, Tolong Letakkan Dulu HPmu
📲⛔📱 *Saudaraku, Tolong Letakkan Dulu HPmu*
✍ Ustadz Ibnu Zubair.. _hafidzohulloh_
Sesungguhnya Rasulullah _Shollallahu alaihi wassalam_ pernah menerima sebuah cincin, beliau pun mengenakannya.
Kemudian beliau berkata kepada para Sahabatnya,
*_"Cincin ini telah memecah perhatianku dari kalian, terkadang aku melihat cincin ini, terkadang aku melihat ke kalian. Maka beliau pun melempar cincin tersebut."_*
( HR. Nasai, Hadits Shohih. Ahmad Syakir dan Al-Albani menyatakan bahwa isnad hadits ini Shohih)
Ini merupakan adab yang dituntunkan oleh Nabi _Shollallahu 'Alaihi Wassalam_, yakni *janganlah seseorang sibuk sendiri dengan sesuatu hal ketika sedang bermajelis*, bahkan ia seharusnya mencegah sebab-sebab yang dapat membuat terpecahnya perhatian.
Sungguh mulia tuntunan Nabi _Shollallahu 'Alaihi Wassalam_ diatas. *betapa sering kita sibuk dengan HP kita sendiri ketika sedang berkumpul, bertemu, berbicara dengan orang lain*, atau yang lebih parahnya ketika kita *sedang menghadiri kajian_*.
Kalau perlu, ikuti yang dilakukan oleh Nabi _Shollallahu 'Alaihi Wassalam_. Buang saja HP kita. Tentunya kita akan merasa _eman-eman_ untuk melakukan ini. Maka hendaknya kita menyingkirkan sementara HP ini demi terfokusnya perhatian kita.
🌐Sumber : Channel Telegram Washilah
➖➖➖
Repost by :
👥 *SOBAT MUSLIM* group sharing kajian2 islam via WhatsApp & Telegram khusus _ikhwan_~(laki-laki)~
📱 Admin: +62 853-1028-3995 (utk bergabung silahkan kirim pesan via WA / TG dg format: Daftar#Nama#Kota Domisili)
📮 Join Channel Telegram *SOBAT MUSLIM* di : https://goo.gl/g64jcQ
Selasa, 30 Agustus 2016
Makan dengan tangan kiri = meniru setan!
Makan dengan tangan kiri = meniru setan!
Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
فَإِنَّ الْآكِلَ بِهَا، إِمَّا شَيْطَانٌ وَإِمَّا مُشَبَّهٌ بِهِ
“yang makan dengan tangan kiri, kalau ia bukan setan maka ia menyerupai setan” (Zaadul Ma'ad, 2/369)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan: “makan dan minum dengan tangan kiri ketika ada udzur hukumnya tidak mengapa, adapun jika tanpa udzur maka haram. Karena Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam melarangnya, beliau bersabda:
إن الشيطان يأكل بشماله ويشرب بشماله
'sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kirinya'
dan Allah Ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya ia menyuruh kepada perbuatan buruk dan kemungkaran” (QS. An Nur: 21)
Kemudian, setan itu senang jika anda makan dengan tangan kiri anda, karena itu artinya anda telah mengikuti setan dan menyelisihi Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. Maka ini bukan perkara remeh! Jika anda makan atau minum dengan tangan kiri, setan sangat bergembira karena perbuatan tersebut. Ia gembira karena anda telah mencocoki dirinya dan menyelisihi Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. Maka ini bukan perkara remeh! Oleh karena itu wajib bagi para penuntut ilmu untuk melarang orang-orang awam melakukan perbuatan ini.
Banyak orang yang kita dapati ketika makan, mereka minum dengan tangan kiri. Kata mereka: “nanti gelasnya kotor”. Padahal kebanyakan gelas sekarang terbuat dari kertas yang hanya sekali pakai saja. Maka jika demikian biarkan saja ia terkena noda (dari bekas makan). Kemudian, masih memungkinkan anda memegangnya pada bagian bawahnya diantara telunjuk dan ibu jari, kemudian meminumnya. Lalu andaikan alternatif-alternatif barusan tidak memungkinkan, maka biarkan saja gelasnya terkena noda nanti bisa dicuci, ini bukan hal yang musykilah.
Karena selama seseorang itu tahu bahwa melakukan hal tersebut hukumnya haram dan berdosa jika minum dengan tangan kiri, maka yang haram itu tidak boleh dilakukan kecuali darurat”(Sumber: http://islamancient.com/play.php?
Senin, 29 Agustus 2016
CARA MENGENALI ITU UJIAN ATAU MURKA ALLAH SAAT TERTIMPA MUSIBAH
🔍 CARA MENGENALI ITU UJIAN ATAU MURKA ALLAH SAAT TERTIMPA MUSIBAH
PERTANYAAN :
Jika seseorang sedang diuji dengan penyakit atau musibah yang buruk pada jiwa dan harta, bagaimana cara mengenali bahwa hal itu ujian atau murka dari Allah?
JAWABAN :
Allah Azza Wa Jalla menguji hamba-hambaNya dengan kebahagiaan dan kesedihan, dengan kesulitan dan kemudahan, bisa jadi Dia menguji mereka untuk mengangkat derajat mereka dan melipatgandakan kebaikan mereka, sebagaimana yang Dia lakukan kepada para Nabi dan Rasul ‘alaihimus salam dan kepada orang-orang sholeh dari hambaNya, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
أشد الناس بلاء الأنبياء ، ثم الأمثل فالأمثل
“Manusia yang paling keras bala’nya (ujiannya) adalah para Nabi, kemudian yang serupa dengan mereka, demikian seterusnya."
🔴 Kadang kala Allah Subhanahu wa Ta’ala melakukannya disebabkan oleh kemaksiatan dan dosa, dan mensegerakan hukumanNya, sebagaimana dalam firman-Nya:
وما أصابكم من مصيبة فبما كسبت أيديكم ويعفو عن كثير
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (Qs. Asy Syura 30)
🔺 Jika pada umumnya seorang manusia tidak maksimal dalam menjalankan kewajiban, maka apa yang menimpanya disebabkan karena dosa-dosanya dan kelalaiannya akan perintah Allah.
🔺 Dan jika salah seorang dari hamba Allah yang sholeh diuji dengan penyakit atau semacamnya, maka hal ini termasuk sejenis dengan ujian yang menimpa para Nabi dan Rasul untuk mengangkat derajat, mengagungkan pahalanya, dan agar menjadi teladan bagi yang lain dalam hal kesabaran dan pengharapan.
📌 KESIMPULANNYA :
Bahwa bisa jadi bala’ (ujian) itu mengangkat derajat, dan mengagungkan pahala, sebagaimana yang Allah lakukan kepada para Nabi dan para hamba-hamba pilihanNya, bisa juga untuk menghapuskan dosa, sebagaimana dalam firman Nya:
من يعمل سوءً يُجز به
“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu." (Qs. An Nisa’ 123)
Dan berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
ما أصاب المسلم من همٍّ ولا غم ولا نصب ولا وصب ولا حزن ولا أذى إلا كفَّر الله به من خطاياه حتى الشوكة يشاكها
“Tidaklah ada yang menimpa seorang muslim dari mulai kerisauan, kegundahan, keburukan, penyakit, kesedihan dan duka kecuali Allah akan mengampuni dosa-dosanya sampai duri yang menancap sekalipun."
من يرد الله به خيراً يُصِب منه
“Barang siapa yang Allah menginginkan kebaikan baginya , maka dia akan memberi ujian baginya."
🔵 Namun bisa jadi juga kejadian itu merupakan hukuman yang disegerakan karena disebabkan oleh maksiat dan tidak segera bertaubat, sebagaimana dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam :
إذا أراد الله بعبده الخير عجَّل له العقوبة في الدنيا ، وإذا أراد بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافيه به يوم القيامة
“Jika Allah menginginkan kepada hamba-Nya sebuah kebaikan maka Dia akan mensegerakan hukumannya di dunia, dan jika mengingikan keburukan kepada hamba-Nya maka Allah akan menahan hukuman-Nya dengan dosanya hingga akan dilaksanakan pada hari kiamat." (HR. Tirmidzi) Hasan
______________________________
📚 Syaikh bin Baaz, Majmu’ Fatawa wa Maqalat,
Rabu, 17 Agustus 2016
MILIKI HARTAMU
Rabu, 20 Juli 2016
DA'I DAN POPULARITAS
DA'I DAN POPULARITAS
Tujuan utama seorang muslim dalam beramal adalah untuk mencari keridhaan Allah, bukan untuk menggapai popularitas dan ketenaran.
Allah ta'ala berfirman,
"تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوّاً فِي الْأَرْضِ وَلا فَسَاداً وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ".
Artinya: "Negeri akhirat itu kami adakan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri serta tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa". QS. Al-Qashash: 83.[1]
Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam bersabda,
"إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الْخَفِيَّ".
"Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, kaya hati[2] dan yang tidak mencari ketenaran[3]".[4]
Ayyûb as-Sikhtiyâni (w. 131 H) menjelaskan, "Seorang hamba yang mencintai ketenaran, tidak dianggap jujur (kepada Allah) sedikitpun".[5]
Imam Syafi'i (w. 204 H) berkata, "Aku senantiasa berangan-angan agar para manusia mempelajari ilmu yang kumiliki ini, namun mereka tidak menisbatkan satu huruf pun dari ilmu tersebut kepadaku!".[6]
Namun, seandainya seseorang telah berusaha selalu ikhlas dalam berdakwah, dan dia tidak bertujuan untuk mengejar popularitas, tapi barangkali karena keilmuannya yang mumpuni, atau kepiawaiannya dalam berorasi; lantas dia menjadi tenar, apakah dalam kondisi seperti ini dia tetap tercela?
Jawabannya: tidak! Karena bukan dia sendiri yang mencari ketenaran tersebut, namun popularitas itu datang dengan sendirinya tanpa ada keinginan dari dia.[7]
Ibnu Qudâmah (w. 620 H) menjelaskan, "Karakter yang tercela adalah: mengejar popularitas. Adapun jika popularitas tersebut ada lantaran karunia dari Allah, tanpa dikejar seorang hamba, maka hal itu tidak tercela. Hanya saja hal tersebut bisa membuat hamba yang lemah imannya terfitnah".[8]
Oleh karena itu, kita dapatkan para nabi, para sahabat nabi shallallahu'alaihiwasallam, para ulama besar, ketenaran mereka merambah seluruh penjuru bumi. Tapi, apakah hal itu dikarenakan mereka adalah tipe manusia yang gemar berburu popularitas, meskipun dengan cara mengorbankan idealisme? Atau hal itu karunia dari Allah, lantaran mereka senantiasa taat kepada-Nya? Tentu saja yang kedua!
Dan Allah memiliki hikmah ilahiyah di balik pengaruniaan ketenaran kepada mereka. Di antaranya: dengan popularitas yang dimiliki para orang salih di atas, banyak manusia yang akan meneladani mereka dalam ketaatan kepada Allah, sehingga tersebarlah keimanan di muka bumi. Lain halnya jika yang tenar hanya orang-orang yang fasik atau tokoh-tokoh ahlul bid'ah; akibatnya mereka akan dijadikan idola yang dipuja-puja dan ditiru seluruh gerak-geriknya, sebagaimana yang terjadi di akhir zaman ini. Hanya kepada Allah sajalah kita mengadu…
Para ulama membawakan suatu perumpamaan, "Orang-orang yang lemah keimanannya namun tenar, ibarat seseorang yang tidak mahir berenang sedang dalam keadaan tenggelam dan di sekelilingnya banyak orang-orang yang sedang tenggelam juga. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya posisi dia tidak diketahui oleh mereka; karena jika mereka berpegangan dengan tubuhnya, dia tidak akan kuat menahan beban, lalu binasa bersama mereka.
Namun orang yang bertubuh kuat dan pintar berenang, sebaiknya orang-orang yang tenggelam di sekelilingnya mengetahui posisinya. Supaya mereka bisa berpegangan dengan tubuhnya, lalu ia menyelamatkan mereka dan mendapatkan pahala dari Allah".[9]
Andaikan kita termasuk golongan yang kuat keimanannya, kemudian dikaruniai Allah ketenaran, maka seyogyanya kita tetap waspada akan tipu daya setan dan senantiasa menganggap bahwa karunia tersebut adalah ujian dari Allah.
Imam Ahmad bin Hambal (w. 241 H) berkata, "Aku telah diuji oleh Allah dengan ketenaran!".[10]
Ya, para ulama rabbaniyyin menganggap popularitas sebagai ujian berat! Tidak seperti sebagian kita!
Pada suatu hari, tatkala sedang berada di dalam mobilnya, Syaikh al-Albani dilihat oleh seseorang. Segera orang tadi dengan penuh semangat mendatangi syaikh dan berkata, "Engkaukah Syaikh al-Albani?!". Tatkala ditanya seperti itu, syaikh menangis. Ketika ditanya mengapa menangis, beliau menjawab, "Seharusnya seorang hamba senantiasa bermujahadah, dan tidak terperdaya dengan ketenaran dirinya!".[11]
Andaikan kita di posisi beliau, bagaimanakah kira-kira reaksi kita?
Jangan tinggalkan dakwah karena khawatir popularitas!
Sebagaimana kita tidak boleh meninggalkan jalan dakwah karena takut riya', kita juga tidak boleh meninggalkannya karena khawatir terhadap popularitas. Yang benar: kita tetap berdakwah dan bermujahadah untuk memperbaiki niat, serta waspada dari tipu daya setan.
Ibn al-Mubârak (w. 181 H) bercerita, bahwa suatu hari Sufyân ats-Tsauri (w. 161 H) berkirim surat padanya, yang berisikan, "Sebarkanlah ilmu dan waspadalah dari popularitas!".[12]
Obat riya' dan cinta popularitas[13]
Salah satu faktor terbesar dari sekian banyak faktor yang membantu seseorang untuk mengusir virus riya' dan cinta popularitas dari hati adalah: memohon pertolongan kepada Allah sang penguasa segala sesuatu dalam hal ini, dengan penuh kesungguhan.
Dikisahkan bahwa seorang ulama salaf bertanya kepada muridnya, "Apa yang akan engkau lakukan jika setan datang menggodamu untuk berbuat maksiat?". "Aku akan berusaha keras melawannya", jawab si murid. "Jika dia datang lagi?". "Aku akan kembali melawannya!". "Jika ia datang lagi?". "Aku akan terus melawannya!". Maka sang guru berkomentar, "Jika demikan, perjalananmu akan amat panjang. Andaikan engkau melewati suatu tempat, tiba-tiba ada seekor anjing yang menggonggong dan menghalangi jalanmu, apa yang akan kau kerjakan?". "Aku akan mengusir anjing tersebut dan berusaha keras menghalaunya!", jawab si murid. Lantas sang guru berkata, "Jika demikan usahamu akan berat. Mengapa engkau tidak memanggil si empu anjing tadi dan minta tolong padanya? Niscaya energi yang engkau keluarkan tidak terlalu banyak".[14]
Ya Allah, karuniakanlah keikhlasan pada setiap perkataan dan perbuatan kami…
-------------------------------
[1] Sebagian ahli tafsir berdalilkan dengan ayat di atas untuk menunjukkan tercelanya mencari popularitas. Lihat: Al-Bahr al-Madîd fî Tafsîr al-Qur'ân al-Majîd, karya Ibnu 'Ujaibah (IV/456), cetakan yang ada dalam al-Maktabah asy-Syamilah.
[2] Lihat: Syarh Shahih Muslim, karya an-Nawawi (XVIII/301), terbitan Beirut: Dar al-Ma'rifah, cet VI, th 1420/1999.
[3] Lihat: Siyar A'lâm an-Nubalâ' (I/119 -footnote).
[4] HR. Muslim (XVIII/300-301 no. 7358).
[5] Musnad Ibn al-Ja'd (I/577 no. 1287), terbitan Kuwait: Maktabah al-Falah, cet I, th 1405/1985.
[6] Al-Majmû', karya an-Nawawi (I/30), terbitan Jedah: Maktabah al-Irsyad, tc, tt.
[7] Baca: Ar-Riyâ' Dzammuhu wa Atsaruhu as-Sayyi' fî al-Ummah karya Syaikh Salim al-Hilaly (hal. 67).
[8] Mukhtashar Minhâj al-Qâshidîn, karya Imam Ibn Qudamah (hal. 270), terbitan 'Ammân: Dar 'Ammar, cet II, 1415/1994. Lihat pula: Ihyâ' 'Ulûm ad-Dîn, karya Abu Hamid al-Ghazali (III/238), terbitan Beirut: Dar al-Fikr, tc, 1423/2003
[9] Lihat: Ibid.
[10] Manâqib al-Imam Ahmad, karya Ibn al-Jauzi (hal. 252), terbitan Mesir: Maktabah al-Khanji, cet I, 1399/1979.
[11] Al-Imâm al-Albâni, Durûs, Mawâqif wa 'Ibar, karya Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad as-Sadhân (hal. 126), terbitan Riyadh: Dar at-Tauhid, cet I, 1429/2008.
[12] Hilyah al-Auliyâ' karya Abu Nu'aim al-Ashbahani (VII/70), terbitan Mesir: Maktabah as-Sa'adah, cet I, th 1351.
[13] Semoga Allah memudahkan kami menyelesaikan penulisan makalah berjudul "Menggapai Beningnya Hati" dan menjadikannya bermanfaat bagi penulis serta para pembacanya, amien.
[14] Lihat: Talbîs Iblîs, karya Ibn al-Jauzi (I/280) , terbitan Riyadh: Dar al-Wathan, cet I, 1423/2002.
SELEPAS RAMADHAN
*SELEPAS RAMADHAN?*
Ramadhan telah berakhir, apa yang harus kita lakukan setelah ramadhan? Istiqomah dalam beramal atau bermaksiat lagi. Menjadi hamba Allah yang beribadah kepada Allah setiap saat atau menjadi hamba ramadhan yang hanya mengenal Allah dibulan ramadhan.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
_“Dan sembahlah Rabb-mu hingga datang kematian menjemputmu.” (QS. Al-Hijr: 99)._
Tugas kita selepas ramadhan belum berakhir kita tetap diwajibkan untuk senantiasa beribadah kepada Allah sampai kematian menjemput. Hendaknya setelah ramadhan kita berdo'a agar amalan dibulan Ramadhan diterima.
Sebagian ulama salaf mengatakan,
كَانُوا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَبْلُغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ
_*"Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadlan. Kemudian mereka pun berdo’a selama 6 bulan agar amalan yang telah mereka kerjakan diterima oleh-Nya.” (Lathaaiful Ma’arif hal. 232).*_
Itulah salaf, ketika ramadhan berakhir selama 6 bulan berdo'a agar ibadah dibulan ramadhan diterima.
Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhu mengatakan,
كُوْنُوْا لِقَبُوْلِ اْلعَمَلِ أَشَدَّ اهْتِمَامًا مِنْكُمْ بِاْلعَمَلِ أَلَمْ تَسْمَعُوْا اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ يَقُوْلُ : ]إِنَّمَا يَتَقَبَلُ اللهُ مِنَ اْلمُتَّقِيْنَ[
_”Hendaklah kalian lebih memperhatikan bagaimana agar amalan kalian diterima daripada hanya sekedar beramal. Tidakkah kalian menyimak firman Allah ’azza wa jalla, [إِنَّمَا يَتَقَبَلُ اللهُ مِنَ اْلمُتَّقِيْنَ]“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (Al Maaidah: 27).” (Lathaaiful Ma’arif: 232)._
*APA YANG KITA LAKUKAN?*
1. Walaupun ramadhan telah pergi hendaknya kita tetap menjadi hamba Allah yang senantiasa beribadah kepada Allah.
2. Istiqomah dalam beramal
3. Berdo'a agar amalan kita dibulan ramadhan diterima Allah.
_”Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seorang melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dengan amalan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama.” (Lathaaiful Ma’arif hal. 244)._
_______________________
Artikel: FSI Tunas Ilmu
Apakah Puasa Syawal Harus Berurutan
*Apakah Puasa Syawal Harus Berurutan dan Dilakukan di Awal Syawal ?*
☘ Imam Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhal (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri.
☘ Begitu pula Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah juga mengeaskan bahwa yang paling utama adalah berpuasa pada enam hari awal bulan syawal sesudah hari Idul Fithri secara langsung, berturut-turut sebagaimana yang ditetapkan oleh para ulama, karena cara itu lebih maksimal dalam mewujudkan pengikutan seperti yang dituturkan dalam hadits, “kemudian mengikutinya”, dan karena cara itu termasuk bersegera menuju kebajikan yang diperintahkan oleh dalil-dalil yang menganjurkannya dan memuji orang yang mengerjakannya, juga hal itu termasuk keteguhan hati yang merupakan bagian dari kesempurnaan seorang hamba Allah, sebab kesempatan tidak selayaknya dibiarkan lewat percuma; karena seseorang tidak tahu apa yang dihadapkan kepadanya di kesempatan yang kedua atau akhir perkara.
Namun, jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa Syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.” Oleh karena itu, boleh saja seseorang berpuasa syawal tiga hari setelah Idul Fithri misalnya, baik secara berturut-turut ataupun tidak, karena dalam hal ini ada kelonggaran. Namun, apabila seseorang berpuasa Syawal hingga keluar waktu (bulan Syawal) karena bermalas-malasan maka dia tidak akan mendapatkan ganjaran puasa Syawal.
‼ Catatan : Apabila seseorang memiliki udzur (halangan) seperti sakit, dalam keadaan nifas, sebagai musafir, sehingga tidak berpuasa enam hari di bulan syawal, maka boleh orang seperti ini meng-qadha’ (mengganti) puasa Syawal tersebut di bulan Dzulqa’dah. Hal ini tidaklah mengapa. (Lihat Syarh Riyadhus Sholihin, 3/466)
Wallahu a’lam.
Bolehkah melaksanakan puasa Syawal pada hari Jum’at?
Bolehkah melaksanakan puasa Syawal pada hari Jum’at? Ataukah ada larangan melaksanakan puasa saat itu karena ada hadits yang melarangnya?
Keutamaan Puasa Syawal
Kita tahu bersama bahwa puasa Syawal itul punya keutamaan, bagi yang berpuasa Ramadhan dengan sempurna lantas mengikutkan puasa 6 hari di bulan Syawal, maka ia akan mendapatkan pahala puasa setahun penuh. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164).
Itulah dalil dari jumhur atau mayoritas ulama yag menunjukkan sunnahnya puasa Syawal. Yang berpendapat puasa tersebut sunnah adalah madzhab Abu Hanifah, Syafi’i dan Imam Ahmad. Adapun Imam Malik memakruhkannya. Namun sebagaimana kata Imam Nawawi rahimahullah, “Pendapat dalam madzhab Syafi’i yang menyunnahkan puasa Syawal didukung dengan dalil tegas ini. Jika telah terbukti adanya dukungan dalil dari hadits, maka pendapat tersebut tidaklah ditinggalkan hanya karena perkataan sebagian orang. Bahkan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah ditinggalkan walau mayoritas atau seluruh manusia menyelisihinya. Sedangkan ulama yang khawatir jika puasa Syawal sampai disangka wajib, maka itu sangkaan yang sama saja bisa membatalkan anjuran puasa ‘Arafah, puasa ‘Asyura’ dan puasa sunnah lainnya.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 51)
Larangan Puasa pada Hari Jum’at
Dalam hadits Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يَصُومَنَّ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِلا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ
“Janganlah salah seorang di antara kalian berpuasa pada hari Jum’at kecuali jika ia berpuasa pula pada hari sebelum atau sesudahnya.” (HR. Bukhari no. 1849 dan Muslim no. 1929).
Juga terdapat hadits dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تَخْتَصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي وَلَا تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الْأَيَّامِ إِلا أَنْ يَكُونَ فِي صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ
“Janganlah khususkan malam Jum’at dengan shalat malam tertentu yang tidak dilakukan pada malam-malam lainnya. Janganlah pula khususkan hari Jum’at dengan puasa tertentu yang tidak dilakukan pada hari-hari lainnya kecuali jika ada puasa yang dilakukan karena sebab ketika itu.” (HR. Muslim no. 1144).
Dari Juwairiyah binti Al Harits radhiyallahu ‘anha,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَهِيَ صَائِمَةٌ فَقَالَ أَصُمْتِ أَمْسِ قَالَتْ لا قَالَ تُرِيدِينَ أَنْ تَصُومِي غَدًا قَالَتْ لا قَالَ فَأَفْطِرِي
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemuinya pada hari Jum’at dan ia dalam keadaan berpuasa, lalu beliau bersabda, “Apakah engkau berpuasa kemarin?” “Tidak”, jawabnya. “Apakah engkau ingin berpuasa besok?”, tanya beliau lagi. “Tidak”, jawabnya lagi. “Batalkanlah puasamu”, kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari no. 1986).
Maksud Larangan Puasa pada Hari Jum’at
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa dimakruhkan berpuasa pada hari Jum’at secara bersendirian. Namun jika diikuti puasa sebelum atau sesudahnya atau bertepatan dengan kebiasaan puasa seperti berpuasa nadzar karena sembuh dari sakit dan bertepatan dengan hari Jum’at, maka tidaklah makruh.” (Al Majmu’ Syarh Al Muhaddzab, 6: 309).
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimah
Larangan Puasa pada Hari Jum’at
Maksud Larangan Puasa pada Hari Jum’at
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa dimakruhkan berpuasa pada hari Jum’at secara bersendirian. Namun jika diikuti puasa sebelum atau sesudahnya atau bertepatan dengan kebiasaan puasa seperti berpuasa nadzar karena sembuh dari sakit dan bertepatan dengan hari Jum’at, maka tidaklah makruh.” (Al Majmu’ Syarh Al Muhaddzab, 6: 309).
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Jika seseorang berpuasa pada hari Jum’at secara bersendirian bukan maksud untuk pengkhususan karena hari tersebut adalah hari Jum’at namun karena itu adalah waktu longgarnya saat itu, maka pendapat yang tepat, itu masih dibolehkan.” (Syarhul Mumthi’, 6: 477).
Puasa Syawal pada Hari Jum’at
Kalau kita perhatikan dari penjelasan Imam Nawawi berarti masih dibolehkan melakukan puasa Syawal pada hari Jum’at karena bertepatan dengan kebiasaan puasa. Begitu pula dari penjelasan Syaikh Ibnu Utsaimin juga menunjukkan masih bolehnya berpuasa Syawal pada hari Jum’at. Alasannya, karena puasa yang dilakukan saat itu bukan karena hari tersebut adalah hari Jum’at lantas ia berpuasa. Namun yang dimaksudkan adalah karena bulan tersebut adalah bulan Syawal sehingga dilakukanlah puasa Syawal kala itu. Ditambah lagi puasa Syawal pada hari Jum’at masih dihukumi boleh jika diikuti berpuasa pada hari sebelum atau sesudahnya.
Semoga semakin tercerahkan dengan penjelasan Rumaysho.Com yang singkat ini. Moga Allah memberi kita kemudahan untuk melakukan puasa Syawal ini.
MANA CALONNYA?
MANA CALONNYA?
@salimafillah
Bukan. Ini juga bukan tentang pertanyaan yang sering mencekat tenggorokan melebihi nastar kadaluwarsa. Bagi sebagian kita, mendapat soalan ini bagai rundungan awan kelabu yang menodai pelangi ceria hari raya.
Kepada para bujang; jodoh sudah tertulis di Lauhil Mahfuzh. Hanya cara kita mengambil menentukan bagaimana Allah memberikannya. Yang dijemput dalam ridhaNya, betapa lembut uluranNya. Yang menyahut pasangan dengan murkaNya, ah tentu akan berbeda rasanya.
Di anggitan ini, saya hendak mengingatkan para Wali anak gadis; ayah, kakek, paman, kakak, adik lelaki dan seterusnya, bahwa tugas mereka soal calon suami para akhawat itu bukan hanya untuk menjadi juri, melainkan panitia seutuhnya.
Inilah 'Umar ibn Al Khaththab yang menantunya, Khunais ibn Hudzafah As Sahmi gugur di Perang Badr. Maka Hafshah pun menjadi janda. Ketika wanita mulia yang baru berusia 18 tahun itu habis masa 'iddahnya, sang ayah bergegas mencarikan suami shalih baginya.
Pertama, 'Umar menjumpai lelaki terbaik ummat, Abu Bakr. Tapi Ash Shiddiq hanya diam dan terus diam dengan segala tawaran 'Umar untuk menikahi Hafshah. Bingung menyikapinya, 'Umar beralih pada sang muhajir ganda, 'Utsman ibn 'Affan.
"Ya 'Utsman", ujarnya, "Masa 'iddah Hafshah setelah gugurnya Khunais telah usai dan dia putriku yang amat kusayangi. Adapun istrimu Ruqayyah binti Rasulillah juga baru saja meninggal. Bagaimanakah pendapatmu jika seorang duda yang baik menikahi seorang janda yang baik?"
'Utsman tampak terkejut dan malu dengan tawaran terus-terang itu. Segera setelah menguasai diri, dia berkata, "Berikanlah aku waktu untuk memikirkannya."
Waktu tiga haripun diberikan, tapi ketika jawaban dihulurkan, 'Umar kembali menangguk kecewa. "Dalam waktu dekat ini, kurasa aku belum bisa memikirkan pernikahan lagi."
"Tak mengapa", sahut 'Umar dengan hambar.
"Ya Rasulallah", adu 'Umar di kesempatan berjumpa, "Telah kutawarkan Hafshah kepada 'Utsman, tapi 'Utsman menolaknya."
"Semoga Allah karuniakan kepada Hafshah", sahut Sang Nabi sambil tersenyum, "Lelaki yang lebih baik daripada 'Utsman. Dan semoga Allah karuniakan kepada 'Utsman, wanita yang lebih baik daripada Hafshah."
Dan berlakulah takdir Allah. 'Utsman dinikahkan oleh Sang Nabi dengan Ummu Kultsum, adik Ruqayyah. Adapun suatu hari, Rasulullah menggandeng tangan 'Umar dan berkata, "Bagaimana jika aku yang menikahi Hafshah?"
Itu salah satu hari paling membahagiakan dalam hidup 'Umar ibn Al Khaththab, sang ayah yang tahu hakikat menjadi Wali.
Saat walimah pernikahan Hafshah dan Rasulullah digelar, Abu Bakr mendekati 'Umar. "Apakah kau masih kesal dengan sikapku kemarin?"
"Tentu saja", sahut 'Umar. Sikap lelaki yang tidak jelas itu menjengkelkan.
"Sebenarnya aku sangat berminat pada tawaranmu."
"Kenapa tidak kau katakan?"
"Karena aku mendengar bahwa Rasulullah juga bertanya tentang Hafshah."
"Itu juga kenapa tidak kau katakan?"
"Karena aku takkan pernah membuka rahasia Rasulullah pada siapapun."
Persahabatan mereka sangat dahsyat bukan?
Nah, kepada para akhawat; sampaikan kisah ini kepada kakak lelaki. Lalu katakan misalnya, "Bang, tukeran teman yuk!"
"Maksudnya?"
"Teman Abang yang shalih buatku. Temanku yang shalihah buat Abang. Skenarionya kita atur nanti ya."
Atau sampaikan kisah ini pada Ayahanda, lalu katakan pada beliau di pagi Jumat, "Nanti kalau shalat Jumat, perhatikan shaff depan ya Bah. Kalau ada yang shalih, ganteng, duduknya khusyu', nyimak khuthbahnya nggak ngantuk ajak lah ke rumah untuk makan siang ya."
Atau sampaikan juga pesan itu pada Kakek kita. Tapi untuk kakek tambahkan pesan tentang umur. Karena kakek bisa salah faham dan yang diajak pulang seusia beliau semua. Jalau diprotes ngelesnya, "Ya kalau shaff pertama isinya sebeginian semua, Cuk.."
Saya tuliskan ini, karena sering beberapa rekan akhawat bertanya bagaimanakah ikhtiyar menjemput jodoh bagi pihak yang biasanya pasif ini dari sisi Allah. Di tengah antara ekstrem hanya menanti dalam doa dan ekstrem lain yang berani menawarkan diri pada lelaki shalih yang diyakini, semoga jalan tengah ini salah satu solusi.
Sampaikan pada para Wali.
semangat menimba ilmu dengan teknologi.
Syeikh Sholih al-Masy’ari hafizhahullah pernah ditanya tentang cara semangat menimba ilmu dengan teknologi...gadget,radio,tv dst
✏Beliau hafizhahullah menjawab:
Yang didapat dengan cepat itu akan pudar dengan cepat pula
Ilmu itu adalah layaknya rezki harus dicari dan didatangi sumbernya dengan sabar dan tekun.
Tidak ada ulama yang mutqin ilmunya karena sebab teknologi. ...bahkan ada dari mereka berjalan berbulan bulan untuk mendapatkan ilmu.
Sekiranya ada kajian rutin yang sarat dengan faidah ilmu maka janganlah ditinggalkan karena ada event "kajian umum"
Betapa banyak orang hanya copy paste dalam gadget nya dan tidak pernah dihafalkan dan dicatat ulang.
Hal ini karena berpindah pindah tanpa fokus dalam menuntut ilmu syar'i itu seperti makan "sandwich" kenyang nya cepat dan laparnya pun cepat.
Sebagaimana orang yang rajin nonton kajian ilmu ...giliran diajak mendatangi majelis ilmu yang sarat dengan faidah ilmiyah...ia jawab, "Aku nonton aja disini...sama kok hasilnya"
Saudaraku yang semoga Allah senantiasa melimpahkan keberkahan kepadamu. ...
Mari kita berusaha memaksimalkan usaha untuk mendatangi majelis ilmu dan seluruh tekno gadget itu kita gunakan untuk menshare faidah dari apa yang telah kita pelajari dan bukan SARANA UTAMA dalam menimba ilmu syar'i.
Besarnya pahala mendatangi majelis ilmu tergantung besarnya jerih payah dan pengorbanannya
❓Soal:
Besarnya pahala tergantung besar nya perjuangan untuk mencapainya ya? Ada haditsnya?
✅JAWAB :
Barakallahu fiikum
Ada hadits nya sebagai berikut:
إن لك من الأجر على قدر نصبك و نفقتك
رواه الحاكم و صححه الألباني في صحيح الترغيب والترهيب 1116
Sesungguhnya bagimu ada pahala sesuai dengan jerih payah dan pengorbananmu
HR. Al Hakim no. 1733 dari Aisyah radhiallahu’anha .
Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah, lihat Shohih At Targhib wa At Tarhib no. 1116.
Jadi bedakan saja antara orang yang mencukupkan menuntut ilmu dengan melihat TV dibandingkan dengan orang yang susah payah "tertatih" berat mendatangi majelis ilmu...
AYO SEMANGAT ....
saudaraku...Mari kita datangi majelis ilmu.
Semoga bermanfaat
مَا كَانَ أَكْثَرُ فِعْلاً كَانَ أَكْثَرُ فَضْلاً
“Amalan yang lebih banyak pengorbanan, lebih banyak keutamaan.”
Dasar kaedah di atas disimpulkan dari hadits ‘Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلَكِنَّهَا عَلَى قَدْرِ نَصَبِكِ
“Akan tetapi, pahalanya tergantung pada usaha yang dikorbankan.” (HR. Muslim, no. 1211). Demikian dikatakan oleh As-Suyuthi ketika menyebutkan kaedah di atas dalam Al-Asybah wa An-Nazhair (hlm. 320).
Imam Az-Zarkasi berkata dalam Al-Mantsur,
العَمَلُ كُلَّمَا كَثُرَ وَشَقَّ كَانَ أَفْضَلُ مِمَّا لَيْسَ كَذَلِكَ
“Amalan yang semakin banyak dan sulit, lebih afdhal daripada amalan yang tidak seperti itu.”
Ingatlah semakin sulit dan berat dalam mempelajari agama, semakin besar pahala. Maka bersabarlah dalam belajar.
Sumber telegram fawaid muwatho.