Sabtu, 04 Juli 2015

BAGAIMANA ANDA DENGAN RAMADHÄ€N? (MADRASAH RAMADHÄ€N)

�� BimbinganIslam.com
Sabtu, 17 Ramadhān 1436 H/04 Juli 2015 M
�� Materi Tematik Ramadhān
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

~ BAGAIMANA ANDA DENGAN RAMADHĀN? (MADRASAH RAMADHĀN ~

Ramadhān telah mewarisi pendidikan-pendidikan yang sangat luar biasa yang barangsiapa dia telah menikmati pendidikan Ramadhān, dia akan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki pengaruh dalam kehidupannya.

Pendidikan Ramadhān adalah pendidikan ikhlash, pendidikan mutāba'ah dan pendidikan murāqabah.

Ini semua merupakan pokok perkara agama yang diinginkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla

Pendidikan Ramadhān yang lain adalah kembali kepada Al-Qurān, semangat kembali kepada Al-Qurān sangat kental ditunjukkan di suasana Ramadhān, dimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan Ramadhān Syahrul Qurān, bulan diturunkan Al-Qurān.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ 

"Bulan Ramadhān, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qurān sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil)." (Al-Baqarah 185)

Al-Qurān adalah kitab hidayah sehingga seorang Muslim, berkaitan dengan datangnya Ramadhān, bagaimana mereka memiliki semangat yang besar untuk kembali, menelaah dan membaca kitab Al-Qurān yang sangat agung. Bagaimana target tilawah harfiah, tilawah lafzhiyyah, tadabbur Al-Qurān, banyaknya majlis ilmu yang berusaha mengajarkan Al-Qurān.

Perlu kita ketahui bahwa kemuliaan kita apabila kita hidup bersama Al-Qurān. Dan kehinaan kita apabila kita jauh dari Al-Qurān.

Bukankah sekian banyak hadits yang telah kita pernah dengar bagaimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menegaskan;

إذا تبايعتم بالعينة وأخذتم أذناب البقر ورضيتم بالزرع وتركتم الجهاد سلط الله عليكم ذلاً لا ينـزعه حتى ترجعوا إلى دينكم »

“Jika kalian telah berjual beli dengan sistem ‘inah (salah satu sistem riba), kalian mengekor hewan ternak kalian, dan terbuai dengan cocok tanam, kemudian kalian meninggalkan jihad; niscaya Allāh akan menimpakan kehinaan atas kalian, hingga kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Dāwud, III/477 no. 3462, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dāwud, II/365)

"Kembali kepada Al-Qurān" yang merupakan dasar agama Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan tentunya didalamnya otomatis kembali kepada As-Sunnah An-Nabawiyyah. Maka ini sungguh merupakan kunci kejayaan kaum Muslimin.

Diantara tarbiyah dibulan Ramadhān adalah dia selalu rujū' kepada Al-Qurān yang dengan itu seorang Muslim hidup mengarungi kehidupan.

Diantara pendidikan Ramadhān yaitu memiliki ikatan persatuan yang kuat. Dari mana kita dapatkan?

Berdasarkan sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah dan hadits 'Āisyah radhiyallāhu 'anhā:

الصوم يوم يصوم الناس والفطر يوم يفطر الناس

"Hari puasa itu ketika orang-orang berpuasa, dan berbuka itu ketika orang-orang berbuka."

Maka ini mengajarkan bagaimana umat Islam benar-benar menjaga kesatuan dan berusaha menta'ati pemimpinnya.

Sungguh, terjadinya perpecahan ditengah kaum muslimin adalah musibah yang akan mengantarkan kepada hilangnya kekuatan sehingga menjadi umat yang lemah dan akhirnya mengalamai kegagalan.

Pendidikan lain dalam bulan Ramadhān adalah terwujudnya akhlaqul karīmah (akhlaq mulia) dan tersingkirnya dari akhlaq rendahan.

Dan mā syā Allāh, betapa kedudukan akhlaq dalam agama kita sangat tinggi. Bagaimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam banyak menggandengkan antara akhlaq dengan iman, antara akhlaq dengan taqwa. Dan akhlaq juga merupakan dampak dari 'aqidah yang bagus.

عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ” من كان يؤمن بالله واليوم الأخر فليقل خيرا أو ليصمت، ومن كان يؤمن بالله واليوم الأخر فليكرم جاره، ومن كان يؤمن بالله واليوم الأخر فليكرم ضيفه ” رواه البخاري ومسلم

Dari Abu Hurairah radhiyallāhu 'anhu bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: ”Barang siapa beriman kepada Allāh dan Hari Akhir maka hendaknya berbicara baik atau diam, barang siapa beriman kepada Allāh dan Hari Akhir maka hendaknya ia menghormati tetangganya, dan barang siapa beriman kepada Allāh dan Hari Akhir maka hendaknya ia menghormati tamunya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dimana nuansa pendidikan akhlaq dalam bulan Ramadhān? Bukankah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta/kotor/jelek malah mengamalkannya, maka Allāh tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903 dari Abū Hurairah). 

Alangkah kita dididik untuk menjadi orang yang pandai mengendalikan omongan dan perbuatan sehingga tidaklah kita berkata dan berbuat kecuali yang baik.

Pendidikan lain dalam bulan Ramadhān yang diajarkan Allāh adalah bagaimana kita memiliki sifat kelembutan dan rahmah khususnya berkaitan dengan kaum muslimin secara khusus dan manusia yang lain secara umum.

Kita diajarkan dan disemangati untuk melakukan amal-amal kasih sayang, salah satunya adalah memberikan ifthar kepada orang yang berpuasa,

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

“Barangsiapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”

(HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, dari Zaid bin Khālid Al Juhani. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Ini merupakan targhib, penyemangat, motivasi dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam agar kita menjadi orang yang mengasihi oranglain, berbuat baik serta dermawan dan hilangnya sifat bakhil. Dan hendaknya sifat ini dipelihara terus sampai setelah selesai Ramadhān.

Pendidikan bulan Ramadhān lain adalah pendidikan untuk kita istiqamah dalam beramal. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengajarkan bahwa jangan hanya semangat beribadah di awal Ramadhān saja, akan tetapi juga di tengah dan di akhir.

عائشة رضي الله عنها قالت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر – أي العشر الأخير من رمضان – شد مئزره، وأحيا ليله، وأيقظ أهله . متفق عليه

'Āisyah radhiyallāhu 'anhā berkata “Adalah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam apabila memasuki 10 terakhir Ramadhān, beliau mengencangkan tali sarungnya (menjauhi istri-istrinya), menghidupkan malam-malamnya, dan membangunkan keluarganya." (Muttafaqun ‘alaihi)

Hadits ini menggambarkan bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam di akhir Ramadhān justru semakin semangat. Dan setelah selesai Ramadhān juga agar konsisten beramal.

Kalau di bulan Ramadhān ada ibadah wajib, maka kita lakukan pula ibadah wajib tersebut di bulan lain. Kalau di bulan Ramadhān ada ibadah sunnah, maka kita lakukan pula ibadah sunnah tersebut di bulan lain.

Dalam hadits Abu Ayyub Al Anshāri disebutkan,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhān kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawwal, maka dia berpuasa seperti sepanjang waktu (setahun penuh).” (HR. Muslim no. 116)

Ini melatih kita untuk terus menerus dan konsisten dalam beramal. Ibadah kita dalam bulan Ramadhān bukanlah ibadah musiman, akan tetapi ibadah sepanjang waktu dan zaman.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin (yakni ajal).” (Al Hijr: 99).

Sehingga kita tidak pernah istirahat beribadah kecuali sampai datangnya maut kepada kita. Maka jangan sampai setelah selesai Ramadhān, telah selesai pula ibadah.

Barangsiapa yang dia hanya beribadah pada bulan Ramadhān maka seakan-akan dia menjadi penyembah Ramadhān, seakan-akan dia hanya mengenal Allāh di bulan Ramadhān.

Dan diingatkan oleh para ulama, layak diucapkan kepada mereka:

من كان يعبد رمضان فإن رمضان قد فات ومن كان يعبد الله فإن الله حي لا يموت 

"Barangsiapa yang dia menyembah Ramadhān maka Ramadhān pasti akan berlalu dan barangsiapa dia beribadah kepada Allāh maka sesungguhnya Allāh itu hidup dan tidak pernah mati."

Semoga Allāh menjadikan pendidikan Ramadhān benar-benar berbekas dihati kita sehingga kita selalu memiliki keikhlashan dalam beramal, rasa mutāba'ah dalam beramal, rasa murāqabah dalam kehidupan kita dan semangat untuk selalu rujū' kepada agama Allāh Subhānahu wa Ta'āla, bagaimana kita selalu berhias dengan akhlaqul karimah, dan bagaimana kita selalu konsisten melakukan amal perbuatan kita.

Dan lebih dari itu, Ramadhān juga mengajarkan kita agar semangat beribadah dan tidak menunda-nunda dimana Allāh berfirman:

أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ

"(Yaitu) dalam beberapa hari yang ditentukan." (Al-Baqarah 184)

Maka jangan anda lalai, dan bersegeralah, siapa yang bersegera maka dia akan mendapatkan keuntungan dalam amalnya.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa." (Āli 'Imrān 133)

Semoga Allāh nenerima amal kita semua, dan jadikanlah bulan Ramadhān sebagai madrasah pendidikan yang sangat mendalam dalam kehidupan kita hingga kita mendapat akhir kehidupan yang husnul khātimah dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan memanggil kita sebagai salah satu ahli jannah.

�� Ust. Afifi 'Abdul Wadūd
�� Sumber: http://yufid.tv/?s=Bagaimana+anda+dengan+ramadhan+afifi
___________________________
�� Program Cinta Ramadhan~Yayasan Cinta Sedekah :
1. Tebar Paket Ifthar & Sahur Ramadhan
2. Program I'tikaf Ramadhan
3. Bingkisan Lebaran u/ Yatim & Dhu'afa
4. Tebar Al-Quran Nasional

�� Donasi Cinta Ramadhan
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek 3310004579
| atas nama Cinta Sedekah
| Kode Bank 147
| Konfirmasi donasi,
sms ke 0878 8145 8000
dengan format:
Nama#Domisili#Jumlah Transfer#Donasi Untuk Program

Jumat, 03 Juli 2015

Kasih Sayang Sesama Muslim

Kasih Sayang Sesama Muslim

Terlalu banyak kisah-kisah betapa kasihnya Syaikh Ibnu Baz terhadap umat Islam di belahan dunia. Bahkan tidak jarang orang-orang yang telah berputus asa di negerinya, mengirim surat ke Arab Saudi, kepada Syaikh Ibnu Baz, untuk memohon bantuan. Tidak hanya dari negara Arab. Surat permohonan tersebut juga datang dari negeri-negeri di Asia Tenggara.

Mungkin orang mengira, karena Syaikh Ibnu Baz adalah tokoh dakwah salaf di masa sekarang, beliau tidak peduli dengan tokoh-tokoh pergerakan. Beliau memang tegas dalam hal-hal yang menyelisihi sunnah, namun beliau juga memegang teguh prinsip persaudaraan dan kasih sayang sesama muslim. Mungkin tidak banyak yang tahu kalau Syaikh Ibnu Baz meminta pemerintah Mesir untuk tidak menghukum mati Sayid Qutb rahimahullah.

Syaikh Muhammad Majdzub –salah seorang ulama Maroko- mengisahkan tentang kemarahan Syaikh Ibnu Baz kepada pemerintah Mesir yang memvonis mati Sayid Qutb. Beliau mengirim surat kepada pemerintah Mesir agar membatalkan vonis tersebut. Ia menyebut Sayid Qutb adalah saudaranya. Beliau menutup suratnya dengan mencantumkan ayat:

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 93) (Ulama wa Mufakkirun Araftuhum oleh Muhammad Majdzub, 1: 77-106).

Namun sayang, ulama Rabbani ini tidak dibiarkan populer dan mendapatkan hati di masyarakat. tidak sedikit media yang berusaha membunuh karakter beliau. Baik media Islam apalagi media non-Islam. Dan masih banyak kisah-kisah lainnya tentang hubungan beliau bersama tokoh-tokoh dakwah lainnya. Karena itu, pujian terhadap beliau datang dari lawan apalagi kawan. Orang-orang yang berbeda pemikiran dan jalan dakwahnya pun tidak sedikit yang datang kepada beliau untuk berkonsultasi. Masyarakat awam sangat menghormati dan mendengarkan pendapatnya. Beliau mendapat tempat di hati semua kalangan.

Syaikh Abdullah bin Sulaiman al-Mani’ menyatakan Syaikh Ibnu Baz adalah sebaik-baik hakim. Ia adalah hakim yang adil. Hakim yang berilmu. Hakim yang diridhai putusannya. Diterima dan menenangkan masyarakat (Ulama wa Mufakkirun Araftuhum oleh Muhammad Majdzub, 1: 77-106).

Jabatan-jabatan Semasa Hidupnya

Syaikh Ibnu Baz rahimahullah pernah menjabat sebagai ketua Idarah al-Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta wa ad-Dakwah wa al-Irsyad. Kemudian menjabat Grand Mufti Kerajaan Arab Saudi dan pimpinan Hai-ah Kibar al-Ulama wa Idarah al-Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta.

Beliau juga adalah pimpinan dan anggota al-Majlis at-Ta’sisi Li Rabithah al-Alam al-Islami dan pimpinan Majlis al-A’la al-Alami lil Masajid.

Beliau juga mengemban amanah sebagai ketua al-Majma’ al-Islami di Mekah al-Mukarrmah dan anggota majelis tinggi Jami’ah Islamiyah di Madinah.

Wafatnya Sang Alim

Syaikh Ibnu Baz wafat pada hari Kamis, 27 Muharam 1420 H di usia 80 tahun. Beliau telah menghabiskan umurnya untuk ilmu, belajar, mengajar, berbakti kepada Islam dan kaum muslimin. Semoga Allah memberikan rahmat yang luas kepada beliau. Dan membalas kebaikannya dengan sebaik-baik balasan (Jawanib min Sirati al-Imam Abdul Aziz bin Baz oleh Muhammad al-Hamd, Hal. 587).

Diambil dari artikel www.kisahmuslim.com

Malam lailatul Qadr

�� BimbinganIslam.com
Jum'at, 16 Ramadhān 1436 H/03 Juli 2015 M
�� Faidah Hadits
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ , قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَيَعْتَكِفُ الْعَشْرَةَ الأَوْسَطَ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ , فَاعْتَكَفَ عَامًا حَتَّى إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ , وَهِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي يَخْرُجُ فِيهَا مِنَ اعْتِكَافِهِ , قَالَ : " مَنِ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَعْتَكِفِ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ ، وَقَدْ رَأَيْتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا ، وَقَدْ رَأَيْتُنِي أَسْجُدُ مِنْ صُبْحِهَا فِي مَاءٍ وَطِينٍ ، فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ ، وَالْتَمِسُوهَا فِي كُلِّ وِتْرٍ " . قَالَ أَبُو سَعِيدٍ : فَأَمْطَرَتِ السَّمَاءُ فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ , وَكَانَ الْمَسْجِدُ عَلَى عَرِيشٍ , فَوَكَفَ فَأَبْصَرَتْ عَيْنَايَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْصَرَفَ عَلَيْنَا وَعَلَى جَبْهَتِهِ أَثَرُ الْمَاءِ وَالطِّينِ مِنْ صَبِيحَةِ إِحْدَى وَعِشْرِينَ

Dari Abū Sa'īd Al-Khudriy radhiyallāhu 'anhu, bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam selalu beri'tikaf di 10 malam pertengahan dari bulan Ramadhān, lalu Beliau beri'tikaf setahun lamanya. Sampai ketika datang malam ke-21 (yaitu malam yang ada pada pagi harinya Beliau keluar dari i'tikafnya), Beliau bersabda: Barangsiapa yang beri'tikaf bersamaku, maka hendaknya dia beri'tikaf di 10 malam terakhir (dari bulan Ramadhān). Sungguh aku telah diperlihatkan malam tersebut, lalu aku terlupakannya. Dan sungguh aku telah bermimpi bahwa aku sujud di air dan tanah pada pagi harinya. Maka carilah oleh kalian malam itu di 10 malam terakhir. Dan carilah oleh kalian malam itu di setiap malam ganjil." Lalu langit menurunkan hujan pada malam itu. Dan dahulu masjid dibangun (dengan atap) dari anjang-anjang, sehingga masjid itupun bocor. Lalu kedua mataku melihat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sedang pada dahinya terdapat bekas air dan tanah setelah shalat shubuh hari ke-21." (HR. Bukhari no. 2027, Muslim no. 1167)

Di dalam hadits ini terdapat penjelasan bahwa malam Lailatul Qadr jatuh pada sepuluh malam terakhir.

Dan Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam sebelum mengetahui bahwa malam Lailatul Qadr jtuh di 10 malam terakhir, Beliau selalu beri'tikaf di 10 malam pertengahan karena Beliau menyangka bahwa malam Lailatul Qadr itu jatuh pada malam-malam tersebut dan Beliau bersungguh-sungguh dalam mencarinya.

Akan tetapi setelah Beliau mengetahui bahwa malam Lailatul Qadr itu jatuh pada 10 malam terakhir maka Beliaupun beri'tikaf pada waktu tersebut.

Didalam hadits diatas terdapat penjelasan bahwa malam-malam ganjil (malam ke-21, ke-23, ke-25, ke-27, ke-29) adalah lebih kuat daripada malam-malam genap.

Didalam hadits diatas terdapat dalil bagi para ulama yang berpendapat bahwa malam Lailatul Qadr jatuh pada malam ke-21.

Imām Ahmad rahimahullāh berkata: "Lebih kuatnya adalah dia jatuh pada malam ke-27." (Lihat Kitab Al-Furū' 3/141)

Adapun pendapat yang mengatakan bahwa malam Lailatul Qadr itu berpindah-pindah, maka itu adalah pendapat yang sangat lemah dari berbagai sisi.

Didalam hadits tersebut di atas terdapat penjelasan bahwa mimpi para Nabi adalah hak.

Di dalam hadits di atas terdapat penjelasan bahwa para shahābat tidaklah memegah-megahkan masjid. Bahkan masjid Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam dibangun dengan atap dari pelepah kurma. Dan di atas atapnya terdapat tanah dan tiang-tiangnya adalah batang pohon kurma. Karena pada saat itu mereka tidak memiliki kehidupan yang lapang.

Di dalam hadits di atas juga terdapat penjelasan bahwa seyogyanya bagi orang yang memulai pada suatu amalan, hendaknya dia menyempurnakan.

��Sumber: Kitab Syarh 'Umdatul Ahkām oleh Syaikh 'Abdurrahmān bin Nāshir As-Sa'di rahimahullāh. Cetakan 1. Penerbit Darus Sunnah
___________________________
�� Program Cinta Ramadhan~Yayasan Cinta Sedekah :
1. Tebar Paket Ifthar & Sahur Ramadhan
2. Program I'tikaf Ramadhan
3. Bingkisan Lebaran u/ Yatim & Dhu'afa
4. Tebar Al-Quran Nasional

�� Donasi Cinta Ramadhan
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek 3310004579
| atas nama Cinta Sedekah
| Kode Bank 147
| Konfirmasi donasi,
sms ke 0878 8145 8000
dengan format:
Nama#Domisili#Jumlah Transfer#Donasi Untuk Program

MENJAGA DAN MERAWAT PUASA

�� BimbinganIslam.com
Jum'at, 16 Ramadhān 1436 H/03 Juli 2015 M
�� Materi Tematik Ramadhān
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

~ MENJAGA DAN MERAWAT PUASA ~

Diantara nashihat baik yang perlu kita perhatikan untuk terwujudnya puasa yang bermutu dan berkualitas adalah nashihat yang disampaikan Imam Ahmad rahimahullāh Ta'āla.

Beliau pernah menyampaikan kalimat:

ينبغي للصائم أن يتعاهد صومه من لسانه ، ولا يماري ، ويصون صومه

"Selayaknya bagi orang yang berpuasa untuk menjaga dan memelihara puasanya dari dampak buruk lisannya dan debat kusir yang tidak ada manfaatnya dan dengan hal ini maka dia jaga puasanya."

Bisa kita simpulkan ada 2 point nashihat yang disampaikan Imam Ahlus Sunnah Imam Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Hanbal rahimahullāh Ta'āla.

NASHIHAT PERTAMA
Hendaklah seorang yang berpuasa itu menjaga dan merawat puasanya, agar puasanya berfaidah dan berkualitas. Jangan hanya asal puasa, tapi ada usaha untuk menjaganya.

Jagalah baik-baik puasa, kata Imam Ahmad.

Tentu menjaga dari hal-hal yang merusak puasa. Diantara hal yang paling sering puasa itu rusak, hilang pahalanya adalah dari keburukan/bahaya lisan, diantaranya adalah dusta, ghībah dan lainnya.

Dan termasuk lisan adalah tulisan. Karena kalau seseorang menuliskan sesuatu maka kita akan mengatakan "si fulan mengatakan demikian", maka tulisan hakikatnya adalah perkataan.

Maka jagalah apa yang kita ucapkan dan apa yang kita tuliskan di sosial media, facebook atau yang lainnya.

Orang yang merawat dan menjaga puasanya, dia akan berpikir baik-baik sebelum membuat status, berucap, berkata dan sebelum menulis.

NASHIHAT KEDUA
Meninggalkan debat, diskusi dengan orang yang hanya ingin meninggalkan diskusi/debat dengan tolok ukur yang menang adalah yang paling keras suaranya.

Maka ini debat kusir yang tidak ada manfaatnya.

Dan seorang yang sayang dan menjaga baik-baik puasanya maka akan meninggalkan perdebatan-perdebatan terutama masalah dunia.

Maka marilah kita semua untuk menjaga dan merawat puasa kita di bulan Ramadhān ini menjadi lebih berkualitas daripada puasa-puasa tahun lalu.

�� Ust. Aris Munandar
�� Sumber: http://yufid.tv/?s=Merawat+puasa+aris
___________________________
�� Program Cinta Ramadhan~Yayasan Cinta Sedekah :
1. Tebar Paket Ifthar & Sahur Ramadhan
2. Program I'tikaf Ramadhan
3. Bingkisan Lebaran u/ Yatim & Dhu'afa
4. Tebar Al-Quran Nasional

�� Donasi Cinta Ramadhan
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek 3310004579
| atas nama Cinta Sedekah
| Kode Bank 147
| Konfirmasi donasi,
sms ke 0878 8145 8000
dengan format:
Nama#Domisili#Jumlah Transfer#Donasi Untuk Program

Keagungan Malam-Malam Bulan Ramadhan

�� Keagungan Malam-Malam Bulan Ramadhan ��

"Sungguh malam-malam di bulan Ramadhan adalah malam-malam yang agung, tidak ada yang dapat mengetahui betapa agungnya malam-malam tersebut kecuali orang-orang yang telah kehilangan darinya (yaitu para penghuni kubur).....

Jikalau Allah جل جلاله mentakdirkan bagi para penghuni kubur untuk dikeluarkan (dari kuburnya) niscaya mereka akan berkata kepada kita: JANGAN PERNAH ENGKAU SIA-SIAKAN SATU DETIK PUN DARI HARI-HARI DI BULAN RAMADHAN....". (Demikian ucapan Syaikh 'Abdul Ilah Ats-Tsumairi hafidzahullah)

�� Akhi dan ukhti... hari hari begitu cepat tak terasa kita sudah melewati separoh bulan Ramadhan...!!!

Yang menjadi pertanyaan... apa yang sudah kita lakukan selama ini....??
sudahkah kita penuhi detik demi detik yg kita lewati di bulan yang penuh berkah ini dengan ibadah dan ketaatan kepada Allah ta'ala..??

Sungguh mengherankan dan sangat mengherankan jika kita dapati ada sebagian kaum muslimin yang tidak tergerak hatinya untuk menghidupkan hari dan malam-malam bulan yang mulia tersebut untuk memperbanyak ibadah, ketaatan, membaca Al-Qur'an,  istighfar dan taubat kepada Allah ta'ala...!!!

Demikian, wabillahi at-taufiiq

---------------------
♻ Silsilah Nasihat Edisi Ramdahan (12)
�� Broadcast WA Dakwah Jalyat Unaiza_Indo

Kamis, 02 Juli 2015

RIBUAN MALAIKAT MENDOAKAN ORANG YANG DICACI MAKI

[13:46 02/07/2015] anisalmakkawi: Copas
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•| Tazkiyyah ...

����������������

RIBUAN MALAIKAT MENDOAKAN ORANG YANG DICACI MAKI ...

------------------

Suatu hari, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bertamu ke rumah Abu Bakar Ash-Shidiq.

Ketika bercengkrama dengan Rasulullah, tiba-tiba datang seorang Arab Badui menemui Abu Bakar dan langsung mencela Abu Bakar.
Makian, kata-kata kotor keluar dari mulut orang itu.
Namun, Abu Bakar tidak menghiraukannya.
Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah.

Melihat hal ini, Rasulullah tersenyum.
Kemudian, orang Arab Badui itu kembali memaki Abu Bakar.
Kali ini, makian dan hinaannya lebih kasar.
Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya,
Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut.

Rasulullah kembali memberikan senyum....
Semakin marahlah orang Arab Badui tersebut.
Untuk ketiga kalinya, ia mencerca Abu Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan.
Kali ini, selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu,
Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya.
Dibalasnya makian orang Arab Badui tersebut dengan makian pula.

Terjadilah perang mulut.
Seketika itu, Rasulullah beranjak dari tempat duduknya.
Ia meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.

Melihat hal ini, selaku tuan rumah, Abu Bakar tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya Rasulullah yang sudah sampai halaman rumah.
Kemudian Abu Bakar berkata,
"Wahai Rasulullah, janganlah Anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahanku!"
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjawab,
"Sewaktu ada seorang Arab Badui datang dengan membawa kemarahan serta fitnahan lalu mencelamu, kulihat tenang, diam dan engkau tidak membalas,
aku bangga melihat engkau orang yang kuat mengahadapi tantangan, menghadapi fitnah, kuat menghadapi cacian, dan aku tersenyum karena ribuan malaikat di sekelilingmu mendoakan dan memohonkan ampun kepadamu, kepada Allah Ta'ala.
"Begitu pun yang kedua kali, ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum.
Namun, ketika kali ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya, dan engkau membalasnya, maka seluruh malaikat pergi meninggalkanmu.
Hadirlah iblis di sisimu.
Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan dengan kamu aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepadanya.

Setelah itu menangislah abu bakar ketika diberitahu tentang rahasia kesabaran bahwa itu adalah kemuliaan yang terselubung...

Subhanallah....

Semoga kita semua tergolong orang-orang yang Sabar dan berakhlak yang luhur 

����������������

"Kitab Sejarah Khalifah Abu Bakar Siddiq Ra, Syaikh S. Al Mubarakfury"

Hadist Malam Lailatul Qadr

�� BimbinganIslam.com
Kamis, 15 Ramadhān 1436 H/02 Juli 2015 M
�� Faidah Hadits
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ

Dari 'Āisyah radhiyallāhu 'anhā bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: "Berusahalah kalian untuk mendapatkan malam Lailatul Qadr di malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir." (HR. Bukhari no. 2017 dan Muslim no. 1169)

Itu adalah nash yang jelas yang menyatakan bahwa malam Lailatul Qadr terjadi pada 10 malam terakhir. Dan hikmah dari penyembunyiannya sudah jelas yaitu agar orang-orang bersungguh-sungguh dalam mencarinya sehingga mereka pun memperbanyak ibadah pada 10 malam tersebut, sebagaimana disembunyikannya waktu pengabulan do'a di setiap malam dan di hari Jum'at.

Dan sangat pantas sekali bagi malam Lailatul Qadr yang penuh keutamaan agar orang-orang bersungguh-sungguh dalam mencarinya.

Oleh karena itu Ibnul Jauzi rahimahullāh berkata ketika menyebutkan tentang malam Lailatul Qadr di dalam kitab At-Tabshirah: "Demi Allāh, tidaklah berlebih-lebihan jika kita mencarinya selama 10 malam terakhir. Demi Allāh, tidak juga selama sebulan. Demi Allāh, tidak juga berlebihan jika kita mencarinya selama 1 tahun." (At-Tabshirah 2/106 ketika menyebutkan tentang 'Arsy dan malam Lailatul Qadr)

Jadi, jika seseorang meluangkan seluruh umurnya untuk mencari malam Lailatul Qadr, maka dia belumlah dikatakan memuliakan malam Lailatul Qadr dengan sesungguhnya.

��Sumber: Kitab Syarh 'Umdatul Ahkām oleh Syaikh 'Abdurrahmān bin Nāshir As-Sa'di rahimahullāh. Cetakan 1. Penerbit Darus Sunnah
___________________________
�� Program Cinta Ramadhan~Yayasan Cinta Sedekah :
1. Tebar Paket Ifthar & Sahur Ramadhan
2. Program I'tikaf Ramadhan
3. Bingkisan Lebaran u/ Yatim & Dhu'afa
4. Tebar Al-Quran Nasional

�� Donasi Cinta Ramadhan
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek 3310004579
| atas nama Cinta Sedekah
| Kode Bank 147
| Konfirmasi donasi,
sms ke 0878 8145 8000
dengan format:
Nama#Domisili#Jumlah Transfer#Donasi Untuk Program

NUZULUL QURÄ€N

�� BimbinganIslam.com
Kamis, 15 Ramadhān 1436 H/02 Juli 2015 M
�� Materi Tematik Ramadhān
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

~ NUZULUL QURĀN ~

Sering kita mendengar istilah "Nuzulul Qurān" di negeri kita yang tercinta ini. Peringatan yang pasti dikaitkan pada tanggal 17 Ramadhān sehingga dimana-mana marak peringatan Nuzulul Qurān.

Apakah memang Al-Qurān turun pada tanggal 17 Ramadhān?

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan tentang turunnya Al-Qurān sebagaimana dalam beberapa ayat dalam Al-Qurān. Allāh mengatakan:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ 

"Bulan Ramadhān adalah bulan yang Allāh turunkan di dalamnya Al-Qurān Al-Karīm yang menjadi petunjuk dan menjelaskan petunjuk-petunjuk dan pemisah/pembeda antara yang haq dengan yang bathil." (Al-Baqarah 185)

Ayat ini secara jelas menyebutkan tentang diturunkannya Al-Qurān Al-Karīm pada bulan Ramadhān, akan tetapi apakah Al-Qurān diturunkan pada tanggal 17 Ramadhān?

Maka para ulama telah membahas pembahasan yang variatif dan TIDAK ADA kesepakatan para ulama bahwasanya Al-Qurān diturunkan pada tanggal 17 Ramadhān.

Bahkan sebagaimana telah masyhur dalam pembahasan para ulama, turunnya Al-Qurān dikenal dengan nama Lailatul Qadr, sedangkan Lailatul Qadr ada di 10 malam di akhir bulan Ramadhān, berarti tanggal 20 Ramadhān ke atas.

Dan bahkan ditegaskan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam khususnya pada malam-malam ganjil ketika seseorang berusaha mencari malam Lailatul Qadr.

Ini menunjukkan bahwa para ulama menjelaskan turunnya Al-Qurān oleh Allāh BUKAN pada tanggal 17 Ramadhān.

Kemudian seandainya kita telah yakin Al-Qurān diturunkan pada bulan Ramadhān, adakah para salaf memperingati turunnya Al-Qurān?

Tidak ada riwayat bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memperingati turunnya Al-Qurān, demikian juga para salaf, para shahābat, para imam kaum muslimin (madzhab yang empat), walaupun dalam keyakinan mereka sangat yakin bahwasanya Al-Qurān turun pada bulan Ramadhān.

Dan bagaimana para salaf kita berinteraksi dengan Al-Qurān pada bulan Ramadhān?

Itulah bentuk sesungguhnya mereka dalam bermuamalah atau memperingati turunnya Al-Qurān Al-Karīm.

Mungkin kita pernah mendengar bagaimana interaksi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan Al-Qurān dalam bulan Ramadhān. Diriwayatkan:

وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ

"Jibrīl menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Qurān."(HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu 'Abbas radhiyallāhu 'anhumā)

Sehingga disini bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dimalam-malam bulan Ramadhān selalu melakukan tadarrus Al-Qurān dengan Jibrīl.

Dan diriwayatkan pula bagaimana Nabi ketika shalat qiyamul lail, pernah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam 1 raka'at shalat yang Beliau baca adalah surat Al-Baqarah. Maka dikira shahābat pada ayat ke-100 akan ruku' tetapi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam lanjut sampai akhir surat Al-Baqarah. Lalu dikira akan ruku' tetapi lanjut lagi sampai surat Āli 'Imrān lalu lanjut ke An-Nisā. Kita tahu bahwa 3 surat ini sama dengam 5 juz lebih. Itu hanya dalam 1 raka'at yang dibaca oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. (HR. Ahmad, dan Al Hakim, dari shahābat Hudzaifah)

Dan begitulah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam memperingati turunnya Al-Qurān dengan membaca Al-Qurān diluar dan didalam shalat.

Para salaf, mereka biasa mengkhatamkan Al-Qurān diluar Ramadhān ada yang 10 hari atau sepekan. Akan tetapi didalam bulan Ramadhān ada yang mengkhatamkan Al-Qurān 3 hari sekali. Apalagi ketika sudah masuk 10 hari terakhir bulan Ramadhān, ada yang 2 hari sekali, bahkan ada yang setiap hari.

Dan konon ada riwayat yang dinukil oleh para ulama, Al-Imām Syāfi'ī rahimahullāh Ta'āla berinteraksi dengan Al-Qurān mengkhatamkan Al-Qurān selama Ramadhān 60 kali, seandainya Ramadhān 30 hari malam rata-rata beliau mengkhatamkan Al-Qurān 2 kali.

Begitulah para salaf kita mengagungkan Al-Qurān, begitulah para salaf kita memperingati turunnya Al-Qurān.

Dan sangat berbeda caranya dengan kita memperingati turunnya Al-Qurān. Sebagian kita mengadakan pesta disertai nyanyian, qasidah, hura-hura, hingar bingar.

Adapun para salaf memperingati turunnya Al-Qurān dengan membaca, mentadabbur, memperbanyak membaca Al-Qurān didalam dan diluar shalat, sehingga sangat layak kita mencontoh mereka.

Semoga Allāh memudahkan kita untuk berinteraksi dengan Al-Qurān dan diringankan dalam membaca serta mentadabburi Al-Qurān dibulan yang sangat mulia, yang secara umum Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan dalam sebuah hadits:

Dari 'Abdullāh bin Mas’ūd radhiyallāhu 'anhu berkata, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

من قرأ حرفا من كتاب الله فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها لا أقول الم حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف " .

“Barangsiapa yang  membaca satu huruf dari Kitabullāh, maka dia akan mendapatkan kebaikan. Dan satu kebaikan dilipatkan sepuluh kali. Saya tidak mengatakan Alif Lam Mim, satu huruf. Akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi 2910 dishahihkan Al-Albany di shāhih Tirmidzi, 2327.

Mudah-mudahan Allāh memberi taufiq kepada kita untuk meniti dan meniru jejak para salaf dan dalam berinteraksi dengan Al-Qurān khususnya di bulan Ramadhān yang sangat mulia ini.

�� Ust. Afifi 'Abdul Wadūd
�� Sumber: http://yufid.tv/tausiyah-ramadhan-16-nuzulul-quran-ustadz-afifi-abdul-wadud/
___________________________
�� Program Cinta Ramadhan~Yayasan Cinta Sedekah :
1. Tebar Paket Ifthar & Sahur Ramadhan
2. Program I'tikaf Ramadhan
3. Bingkisan Lebaran u/ Yatim & Dhu'afa
4. Tebar Al-Quran Nasional

�� Donasi Cinta Ramadhan
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek 3310004579
| atas nama Cinta Sedekah
| Kode Bank 147
| Konfirmasi donasi,
sms ke 0878 8145 8000
dengan format:
Nama#Domisili#Jumlah Transfer#Donasi Untuk Program

Membayar Puasanya Orang Tua dan Qada' puasa

Qiyamul lail, Nuzulul Qur'an, Lailatul qadr

�� BimbinganIslam.com
Rabu, 14 Ramadhan 1436 H/01 Juli 2015 M
�� Materi Tematik Ramadhān
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

~ SOAL JAWAB RAMADHĀN ~

Soal
Apa perbedaan Qiyamul Lail dengan Tarāwīh?

Jawab
Qiyamul Lail adalah shalat malam. Adapun Tarāwīh adalah shalat malam yang dikerjakan dibulan Ramadhān. Sebenarnya tidak ada bedanya karena para ulama menyebutkan waktu untuk Qiyamul Lail boleh dikerjakan sejak setelah selesai shalat 'isyā sampai sebelum adzan shubuh. Tentunya waktu yang terbaik adalah sepertiga malam terakhir.

Akan tetapi kita ketahui dizaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan zaman para shahābat tatkala bulan Ramadhān mereka melaksanakan Qiyamul Lail secara berjama'ah dan ini dikerjakan terutama dibulan Ramadhān.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah beberapa hari shalat Tarāwīh bersama para shahābat kemudian dilanjutkan oleh 'Umar bin Khattab radhiyallāhu 'anhu.

Adapun Abu Bakr, beliau tidak sempat menghidupkan/melaksanakan shalat Tarāwīh karena masa kekuasaan beliau hanya 2 tahun dan beliau sibuk tatkala itu untuk mengembalikan stabilitas keamanan (keseimbangan) karena munculnya Musailamah Al-Kadzdzab yang mengaku nabi baru sehingga banyak terjadi peperangan.

Oleh karena itu, tidak ada bedanya antara Qiyamul Lail dengan shalat Tarāwīh hanya saja Qiyamul Lail lebih umum dan shalat Tarāwīh lebih khusus.

Shalat Tarāwīh adalah Qiyamul Lail yang dikerjakan secara berjama'ah di bulan Ramadhān.
_______________

Soal:
Ustadz, sebagian umat Islam menganggap tanggal 17 Ramadhān sebagai turunnya Al-Qurān, apakah benar seperti itu?

Jawab
Tidak ada dalil yang shahīh yang menunjukkan Al-Qurān turun tanggal 17 Ramadhān, bahkan sebagian ulama menjelaskan Al-Qurān turun pada malam Lailatul Qadr.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qurān) pada malam kemuliaan.” (Al Qadr: 1).

Dan kita tahu 17 Ramadhān belum Lailatul Qadr, karena Lailatul Qadr itu malam 21-30. Bahkan ada ulama yang berpendapat Jibrīl turun di Gua Hira pada tanggal 21 Ramadhān, sampai seperti ini.

Intinya malam nuzulul Qurān tidak ada dalilnya dan yang mengatakan itu terjadi pada tanggal 17 Ramadhān maka tolong bawakan dalil.

Tapi misalnya pun turun tanggal 17 Ramadhān maka tidak perlu kita merayakannya karena kita tahu perayaan yang ada di umat Islam hanya 2 yaitu 'Īdul Fithri dan 'Īdul Adha. Dan 2 perayaan ini memiliki kekhususan yang tidak dimiliki oleh perayaan yang lain.

Dua perayaan tersebut diawali oleh 2 ibadah yang luar biasa, 'Īdul Fithri diawali dengan puasa 1 bulan dimana seseorang merasa bahagia & menang. 'Īdul Adha diawali dengan mabit di Mina & wuquf di padang 'Arafah.

Dan kedua hari tersebut juga dibuka dengan ibadah yang agung yaitu shalat 'īd dipagi hari baru setelah itu melakukan perayaan.

Begitu juga hari Jum'āt, hari raya pekanan, itupun diisi dengan shalat Jum'āt. Berbeda dengan perayaan yang lain yang hanya sekedar bersenang-senang.

Oleh karena tatkala Nabi datang ke Madinah, ada 2 hari yang kaum Anshār sering merayakannya, sebuah tradisi, bukan perayaan untuk menyembah berhala, tidak, tapi 2 hari itu mereka biasa bermain-main.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata: "Allāh telah menggantikan 2 hari tersebut dengan 2 hari raya yang lebih baik dari keduanya yaitu 'Īdul Fithri dan 'Īdul Adha."

Kalau kita harus merayakan hari-hari maka terlalu banyak hari-hari yang kita rayakan, hari Nuzulul Qurān, hari Isrā Mi'raj, hari Perang Badr, hari Perang Uhud, hari Fathu Makkah, dan lainnya.
_______________

Soal
Bagaimana yang bekerja sehingga tidak bisa i'tikaf selama 10 hari?

Jawab
Kalau bisa i'tikaf itu 10 hari maka lebih afdhal. Kalau tidak bisa maka seseorang beberapa hari i'tikaf, ini adalah sunnah yang ditinggalkan.

Kalau tidak bisa i'tikaf siang hari misal karena bekerja maka boleh i'tikaf dimalam hari, dia masuk masjid sebelum magrib dan keluar  setelah shubuh.

Dimana 'Umar bin Khaththab pernah bertanya kepada Nabi: "Saya telah bernadzar untuk 2 hari beri'tikaf di Masjidil Haram." Maka kata Nabi: "Penuhilah nadzarmu"

Ada ikhtilaf dikalangan ulama, namun pendapat yang terpilih yaitu minimal i'tikaf 1 hari atau 1 siang. Dan untuk mendapatkan malam Lailatul Qadr tidak harus i'tikaf, seseorang mungkin sedang safar/mudik maka bisa berdzikir dijalan, mendengarkan pengajian, membaca Al-Qurān dijalan atau mengisi waktu-waktunya untuk mengingat Allāh Subhānahu wa Ta'āla sementara dia sambil menyetir mobil. Dan jangan lupa sering membaca do'a dan meminta ampunan:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

�� Ust. Firanda Andirja, MA hafizhahullāh
�� Sumber
https://youtu.be/a3XnpWg49Dc
https://youtu.be/ZXXFZIgg48U
___________________________
�� Program Cinta Ramadhan~Yayasan Cinta Sedekah :
1. Tebar Paket Ifthar & Sahur Ramadhan
2. Program I'tikaf Ramadhan
3. Bingkisan Lebaran u/ Yatim & Dhu'afa
4. Tebar Al-Quran Nasional

�� Donasi Cinta Ramadhan
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek 3310004579
| atas nama Cinta Sedekah
| Kode Bank 147
| Konfirmasi donasi,
sms ke 0878 8145 8000
dengan format:
Nama#Domisili#Jumlah Transfer#Donasi Untuk Program

Tentang Hukum-hukum Wanita Yang Haid

�� BimbinganIslam.com
Selasa, 13 Ramadhān 1436 H/30 Juni 2015 M
�� Faidah Hadits
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

عن عائشة رضي الله عنها قالت كان يكون علي الصوم من رمضان فما أستطيع أن أقضي إلا في شعبان

Dari 'Āisyah radhiyallāhu 'anhā beliau berkata: "Dahulu aku memiliki hutang puasa di bulan Ramadhān maka aku tidak bisa mengqadha' nya kecuali di bulan Sya'ban." (HR. Bukhari dan Muslim, hadits shahīh)

'Āisyah radhiyallāhu 'anhā menceritakan tentang keadaan beliau dimana beliau memiliki hutang puasa di bulan Ramadhān, kemungkinan besar adalah hutang puasa karena haidh dan beliau tidak mampu membayarnya kecuali di bulan Sya'ban.

Menunjukkan kepada kita bahwasanya waktu mengqadha' puasa yang ditinggalkan pada bulan Ramadhān ini waktunya luas, dari tanggal 2 Syawwal sampai akhir Sya'ban.

Dan disebutkan bahwasanya 'Āisyah mengakhirkannya karena di saat bulan Sya'ban itulah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sendiri juga banyak melakukan puasa, bahkan sebagian besar hari dibulan Sya'ban Beliau banyak puasa dan di saat itulah 'Āisyah melakukan mengqadha puasa yang telah ditinggalkan di bulan Ramadhān sebelumnya.
_______________

Soal
Pada masa jahil, ana banyak hutang puasa, ana ambil rata-rata 7 hari dikalikan 5 kali Ramadhān jadi 35 hari. Tetapi baru ana cicil 11 hari, apakah ana berdosa ketika tidak dapat membayarnya sampai tiba waktu Ramadhān sekarang ini? Apa yang harus ana lakukan?

Jawab
Apabila seseorang menunda puasa atau menunda mengqadha puasa sehingga datang Ramadhān setelahnya maka ada 2 kemungkinan;

⑴ Kalau dia menundanya karena memiliki udzur maka tidak masalah, artinya alasannya dibenarkan, misal seorang wanita yang hamil, kemudian melahirkan dan datang waktu Ramadhān dalam keadaan menyusui.

Kemudian setelah itu qaddarallāh hamil lagi dan seterusnya sehingga dia tidak bisa membayar puasanya sampai datang Ramadhān berikutnya, maka dalam keadaan seperti ini dia termasuk yang ma'dzur (mendapat udzur).

⑵ Tetapi kalau ditunda bukan karena alasan yang dibenarkan atau udzur yang dimaafkan tetapi karena malas atau sebab lain maka dalam keadaan seperti ini, selain mengqadha, dia harus membayar fidyah atas keterlambatan yang tanpa udzur tersebut, 1 hari memberi makan 1 orang miskin.

Kalau dia memiliki hutang 5 hari maka dia memberi makan 5 orang miskin dan bisa berupa makanan yang mentah (beras) atau memberi makan 1 kali sampai dia kenyang, maka ini sudah dianggap fidyah 1 hari.
_______________

Soal
Yang paling afdhal pada saat datang bulan, kita boleh mengaji atau tidak? Pada saat ada kajian di masjid apakah boleh masuk masjid atau tidak?

Jawab
Seorang wanita ketika datang bulan maka boleh dia membaca Al-Qurān, yang tidak boleh adalah memegang mushaf karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:

لا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ [الواقعة:79]

"Tidak memegangnya (mushaf) kecuali orang yang disucikan." (Al-Wāqi'ah 79)

Sementara orang yang haidh dia dalam keadaan tidak suci.

Begitupula sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

 لا يمس القرآن إلا طاهر

"Tidak memegangnya (mushaf) kecuali orang yang suci."

(HR. Malik, 1/199, Nasai, 8/57, Ibnu Hibban, no. 793 dan Baihaqi, 1/87)

Yang tidak boleh adalah menyentuh Al-Qurān, kecuali dengan penghalang (kaos tangan).

Adapun membaca, misalnya seorang wanita haidh memiliki hafalan Al-Qurān kemudian dia membaca sesuai kemampuannya maka diperbolehkan.

Pada saat kajian di masjid tidak boleh masuk masjid. Allāh berfirman:

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَقْرَبُواْ الصَّلاَةَ وَأَنتُمْ سُكَارَى حَتَّىَ تَعْلَمُواْ مَا تَقُولُونَ وَلاَ جُنُباً إِلاَّ عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىَ تَغْتَسِلُواْ 

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekati shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub , terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. "(An-Nisā 43)

Yang tidak boleh seseorang adalah mendekati shalat, maksudnya disini adalah makānush shalāh (yaitu tempat yang digunakan untuk shalat).

Diantaranya yang dilarang adalah seorang yang junub dan seorang wanita yang haidh adalah termasuk yang junub kecuali dia melewati saja, maksudnya masuk kedalam masjid adalah hanya melewati/berjalan di masjid dan tidak dalam rangka duduk, masuk ke dalam masjid sekedar lewat maka tidak masalah.

Dalam hadits yang lain, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika i'tikaf maka Beliau pernah menjulurkan kepala Beliau keluar masjid kemudian 'Āisyah radhiyallāhu 'anhā (yang saat itu sedang haidh) menyisir Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, 'Āisyah di dalam kamarnya (kamar 'Āisyah saat itu bergandengan dengan masjid) yang disana ada lubangnya kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam kepalanya melewati lubang tersebut.

Kenapa demikian? Karena seorang wanita yang haidh tidak boleh tinggal/duduk didalam masjid kecuali hanya sekedar melewati bagian dalam masjid tanpa bermaksud untuk duduk dan menetap di dalam masjid.

Allāhu a'lam.

��Ditranskrip dari Ceramah Ust. 'Abdullāh Roy, MA saat mengisi kajian kitab 'Umdatul Ahkām bab Puasa. Pontianak, 24 Sya'ban 1436 H.
___________________________
�� Program Cinta Ramadhan~Yayasan Cinta Sedekah :
1. Tebar Paket Ifthar & Sahur Ramadhan
2. Program I'tikaf Ramadhan
3. Bingkisan Lebaran u/ Yatim & Dhu'afa
4. Tebar Al-Quran Nasional

�� Donasi Cinta Ramadhan
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek 3310004579
| atas nama Cinta Sedekah
| Kode Bank 147
| Konfirmasi donasi,
sms ke 0878 8145 8000
dengan format:
Nama#Domisili#Jumlah Transfer#Donasi Untuk Program

RAMADHÄ€N BULAN MELATIH KESABARAN

�� BimbinganIslam.com
Selasa, 13 Ramadhan 1436 H/30 Juni 2015 M
�� Materi Tematik Ramadhān
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

~ RAMADHĀN BULAN MELATIH KESABARAN ~

Bulan suci Ramadhān merupakan bulan yang penuh kemuliaan, bulan yang mengajarkan kita banyak nilai-nilai ibadah. Diantaranya bulan suci Ramadhān mengajarkan kita untuk sabar.

Seorang yang berpuasa, dia harus menyabarkan dirinya untuk meninggalkan perkara-perkara yang disyahwatkan; makanan, minuman, bahkan berhubungan dengan istrinya, semuanya karena Allāh Subhānahu Wa Ta'āla.

Latihan ini melatih seorang muslim untuk bersabar tatkala menghadapi hal-hal yang mungkin tidak disukai oleh syahwat atau nafsunya.

Oleh karenanya, jika kita ditimpa dengan musibah-musibah yang tidak kita sukai, hendaknya kita bersabar dan kita yakin bahwa segalanya telah ditaqdirkan oleh Allāh Subhānahu Wa Ta'āla.

Bukankah diantara Rukun Iman ada "Beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk"?

Tatkala seseorang tertimpa musibah maka hendaknya dia ingat bahwa seluruhnya telah ditaqdirkan oleh Allāh Subhānahu Wa Ta'āla. Dan ketika ditimpa mushibah baginya, tentunya ada hikmah yang mulia dibalik itu semua.

Allāh Subhānahu Wa Ta'āla telah menjanjikan untuk menguji kaum yang beriman. Kata Allāh Subhānahu Wa Ta'āla:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

"Dan sungguh Kami akan menguji kalian (orang-orang beriman) dengan sedikit ketakutan dan rasa lapar dan kekurangan baik kekurangan harta maupun kekurangan jiwa maupun kekurangan hasil-hasil tumbuhan, dan berilah kabar gembira bagi orang-orang yang bersabar." (Al-Baqarah 155)

Allāh tidak menguji kita dengan ujian yang berat yang tidak mampu kita hadapi. Tetapi Allāh Subhānahu Wa Ta'āla menguji kecuali yang mampu dipikul oleh hambaNya.

Tatkala kita ditimpa ujian dan musibah maka marilah kita ingat sosok suri tauladan kita Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam. Beliau telah diuji oleh Allāh Subhānahu Wa Ta'āla dengan banyak ujian dan mushibah; rasa lapar, rasa takut, kekurangan harta, kekurangan jiwa, hilangnya kekasih yang dicintai, semuanya pernah dirasakan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam juga pernah diuji dengan rasa lapar. Suatu saat Beliau keluar dari rumahnya karena lapar mencari makanan. Lalu Beliau bertemu Abu Bakr radhiyallāhu 'anhu, ternyata Abu Bakr juga keluar mencari makanan. Tiba-tiba Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam juga bertemu dengan 'Umar bin Khaththab, ternyata ketiganya keluar karena lapar.

Inilah yang pernah dialami Nabi kita shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Oleh karenanya 'Āisyah radhiyallāhu 'anhā pernah berkata: "Kami melihat hilal, kami melihat hilal, kami melihat hilal (3 hilal dalam 2 bulan). Dan tidak ada satupun yang dimasak, tidak ada api yang dinyalakan di rumah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam."

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam hanya makan butiran kurma dan minum air putih. Bagaimana rasa lapar yang dialami oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Suatu saat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam perang Khandaq, Beliau sedang menggali parit bersama para shāhabat. Parit yang sulit digali karena tanah Madinah yang keras. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam harus menggali parit yang lebar dan dalamnya 4 meter dengan panjang yang sangat jauh.

Tatkala itu para shāhabat kelaparan karena tidak ada makanan. Maka para shāhabat mengikatkan batu diperut-perut mereka untuk menahan rasa lapar yang mereka rasakan.

Merekapun mengadu kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang rasa lapar yang mereka rasakan. Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam membuka perutnya, ternyata Beliau juga sedang mengikatkan batu diperutnya, bahkan 2 buah batu untuk menahan rasa laparnya.

Oleh karenanya 'Abdurrahmān bin 'Auf pernah menangis tatkala dihidangkan sebuah roti yang terbuat dari gandum. Orang-orang disekitar 'Abdurrahmān bin 'Auf bertanya: "Apa yang membuat engkau menangis wahai 'Abdurrahmān?". Maka dia menjawab: "Sesungguhnya Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah kenyang karena makan roti, demikian pula keluarga Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah kenyang makan roti."

Inilah sebagian kecil ujian yang dihadapi oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Betapa banyak ujian yang dialami Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Belum lagi ujian dalam dakwah, Beliau dituduh dengan orang gila, dukun, penyihir, dicap dengan tuduhan-tuduhan yang sangat buruk. Ujian Nabi ini tidak semudah yang kita bayangkan.

Oleh karena itu, tatkala seorang hamba diuji dengan berbagai ujian, ingatlah bahwasanya sosok yang paling dicintai oleh Allāh juga pernah diuji, maka ini akan menghibur dirinya.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda dalam suatu hadits:

أشد الناس بلاء الأنبياء، ثم الصالحون، ثم الأمثل فالأمثل، يبتلى الرجل على حسب دينه، فإن كان في دينه صلباً اشتد به بلاؤه، وإن كان في دينه رقة ابتلي على قدر دينه (أخرجه الإمام أحمد وغيره)

"Orang yang paling besar ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shālih, kemudian yang berikutnya dan berikutnya. Seorang diuji berdasarkan kadar/ukuran keimanannya. Kalau keimanannya sangat kuat maka Allāh tambah ujiannya. Jika imannya lemah, Allāh akan ringankan ujiannya." (HR. Ahmad dan yang lainnya)

Oleh karena itu, jika ujian menimpa dan musibah menerpa maka bersabarlah.

Sesungguhnya demikian orang-orang yang beriman, dia akan diuji oleh Allāh Subhānahu Wa Ta'āla.

Ibarat pohon yang sangat tinggi, iman yang sangat tinggi, maka akan semakin kuat angin yang akan menerpanya. Akan tetapi pohon tersebut akan tegar dan akan semakin kuat menangkis angin yang kencang tersebut.

Oleh karenanya, kita hendaknya senantiasa berhusnuzhan kepada Allāh Subhānahu Wa Ta'āla, jika ada ujian yang menimpa kita, maka kita katakan sebagaimana firman Allāh Subhānahu Wa Ta'āla:

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

"Bisa jadi engkau membenci sesuatu akan tetapi itu yang terbaik bagimu dan bisa jadi engkau mencintai sesuatu akan tetapi itu buruk bagimu. Allāh yang lebih mengetahui dan kalian tidak mengetahui." (Al-Baqarah 216)

Semoga puasa Ramadhān ini melatih kita untuk senantiasa bersabar sehingga membentuk jiwa yang kuat dan bersabar dalam menghadapi segala ujian dari Allāh Subhānahu Wa Ta'āla.

Demikian.

��Ust. Firanda Andirja, MA
��Sumber: https://youtu.be/ZdAHJasNt3Q
___________________________
�� Program Cinta Ramadhan~Yayasan Cinta Sedekah :
1. Tebar Paket Ifthar & Sahur Ramadhan
2. Program I'tikaf Ramadhan
3. Bingkisan Lebaran u/ Yatim & Dhu'afa
4. Tebar Al-Quran Nasional

�� Donasi Cinta Ramadhan
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek 3310004579
| atas nama Cinta Sedekah
| Kode Bank 147
| Konfirmasi donasi,
sms ke 0878 8145 8000
dengan format:
Nama#Domisili#Jumlah Transfer#Donasi Untuk Program

Jalan Menuju Hidayah

�� Jalan Menuju Hidayah ��

Kisah Seorang Hindu Masuk Islam...

Beberapa waktu yang lalu ada seseorang yang berkebangsaan India yang masuk Islam setelah ia meninggalkan agamanya Hindu

Yang aneh adalah kisah sebab hidayah keislamannya....!!

Dimana ia bekerja di Kantor Jawazat (imigrasi) Kabupaten Unaizah (Propinsi Al-Qassim KSA) dan pada asalnya sebenarnya ia menolak tentang ajaran Islam...

Hingga datanglah seorang India muslim lain yang bekerja dibagian cleaning service yang bagus bacaan Al-Qur'an nya

Dan yang membuat orang Hindi yang beragama Hindu tersebut merasa sangat keheranan adalah bahwa pekerja (tukang bersih bersih ini) diminta untuk maju mengimami shalat sedangkan di belakangnya (yang menjadi makmum) adalah ada beberapa komandan dan personil jawazat lainnya... Hingga ia bertanya bagaimana engkau bisa mengimami mereka padahal mereka adalah orang-orang yang kedudukannya tinggi...?

Maka orang India yang muslim pun berkata -itulah Islam-... tidak dikenal dalam (agama kami) dalam keadaan shalat (yang menjadi imam) kecuali yang paling bagus diantara meraka bacaan Al-Qur'an nya

Maka ia pun masuk Islam setelah itu....

Alhamdulillah... sungguh agama Islam memang mulia dan memuliakan pemeluknya... semoga Allah ta'ala memberikan keteguhan dan keistiqamahan kepadanya dan kepada kita semua diatas agamaNya

Demikian, wabillahi at-taufiiq

#RamadhanbulanAlQuran

Catatan: Jawazat adalah kantor untuk mengurusi hal-hal yang berhubungan dgn paspor, iqomah (ktp), surat menyurat perizinan kepulangan kenegara asal dan urusan lainnya

____________
Unaizah, 12 Ramadhan 1436 H.
Diterjemahkan dari tek bahasa Arab oleh: Andri Abdul Halim, Lc.

------------------------
♻ Silsilah Nasihat Edisi Ramdahan (11)
�� Broadcast WA Dakwah Jalyat Unaiza_Indo

Beberapa hukum berkaitan orang yg tdk berpuasa

��Beberapa hukum berkaitan orang yg tdk berpuasa.��
��Orang yg tdk berpuasa ada beberapa jenis atau kelompok.
��Orang yg diblehkan untuk berpuasa dan berbuka.
Jenis ini ada 6 kategori:
a. orang sakit.
Pada aslnya orng skit diperbolehkan untuk tdk berpuasa akan tetapi dia hrus menggntinya di hari yg lain.Sbgmn firman Alloh QS Al Baqoroh 185
Hanya saja prlu dilhat keadaan skitnya krn orng skit ada 3 keadaan.
�� Bila skitnya tergolong ringan dan bla ia puasa tdk akn menmbh skitnya maka hal ini tetap baginya hrus puasa
��Bila skitnya agk parah dan jka tetap puasa akan smkn parh skitnya mka hal ini dianjurkan untuk tdk puasa.
��Bila skitnya smpai mengkibatkan kebinasaannya.Hal ini harom baginya puasa.
b. Musafir
Demikian halnya musafir pada aslnya mrk blh untuk tdk puasa.
hanya sja orang musafir prlu jga dilht keadaannya disaat sfar.
�� Bila ktk sfar, dgn puasa tdk membertkannya maka lbh baik dia tetp berpuasa.
�� Bila saat sfar , puasanya dirasa brt maka diapun dianjurkan tdk berpuasa/berbuka.
�� Bila puasa tetap dilakukan saat sfar shg mngakibatkan kebinasaannya, mka wajib bginya untuk berbuka.
Kapan keringann untuk tdk berpuasa bagi musafir gugur?
keringanan itu tdk berlku bila:
�� Niyat berdomisili ditempat sfarnya
�� Bila sdh sampai ditempat asalnya.
c. Orang tua yg tdk mampu puasa.
d. Orang yg skit dgn skit yg tdk dihrpkan kesembuhnnya .
Dua jenis manusia ini blh untuk tdk puasa akn tetapi dgnti mbayar fidyah yaitu memberi mkn kpd fkir atau miskin sebnyak hari yg ditingglkannya dgn ukurn 1/2 sho' dari mkanan pokok atau+_  satu setengh kg.Hal ini brdasrkan frman Alloh:
" dan bagi yg tdk mampu maka memberi makan orng miskin"Al Baqoroh 184
e. wanita hamil
f. wanita menyusui
Bagi dua jenis ini ulama berbeda sdt pandang.
Adpun yg dipegangi oleh shbat Abdulloh bin Abbas kedua jenis diatas cukup membyar fidyah.
✌Orang yg wajib berbuka dan wajib pula mengganti.
kelompok ini hanya berlku bgi wanita haidz atau nifas.
��Orang yg tdk bleh berbuka
Hal ini bgi setiap orng yg muslim, baligh, sehat tdk kndisi sakit ,mukim tdk sedng dlm perjlanan dan wanita yg tlh suci dari haidz ataupn nifas.

Dunia

��⭐Berkata Ibnul Qayyim -rahimahullah-;

إنما تحصل الهموم والغموم والأحزان
من جهتين:

1-الرغبة في الدنيا والحرص عليها،
2-والتقصير في أعمال البر والطاعة.

"Gundah gulana, kegoncangan jiwa serta kesedihan itu terjadi hanyalah dari dua sisi;

☝karena keinginan besarnya terhadap dunia serta bersemangat mendapatkannya, dan

✌kurangnya dalam melakukan amalan-amalan kebaikan dan ketaatan".
_______
��'Iddatush Shabiriin (317)

          ������
------------------

Sebelum Ramadhan Berlalu

Sebaik-baik bentuk syukur ialah dengan menaati segala perintah Allah ta’ala

����Renungan Ramadhan����

��Sebaik-baik bentuk syukur ialah dengan menaati segala perintah Allah ta’ala dan menjauhi semua larangannya, karena nikmat akan berkesinambungan jika disyukuri, sebagaimana firman Allah ta’ala:

��"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.”

��Di antara nikmat Allah kepadamu adalah ketika ia memanjangkan umurmu sehingga engkau bisa mendapati bulan yang agung ini. Berapa banyak maut telah mengambil seseorang, dan berapa banyak tanah menutupi seorang kekasih.

��Umur panjang memberi kita peluang untuk memperbanyak bekal ketaatan, dan mendekatkan diri kepada Allah dengan beramal sholeh.

��Modal seorang muslim adalah umurnya, oleh karena itu, maka jagalah waktumu agar tidak berlalu sia-sia, ingatlah kepada orang-orang yang di tahun lalu mereka berpuasa bersama kita dan sholat ied bersama kita, namun di manakah mereka sekarang setelah maut merenggutnya..??

����Renungkanlah hadits berikut: “Manfaatkanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara; hidupmu sebelum kematianmu…”

�� Mohon disebarkan. Semoga bermanfaat, wallahu ta’ala a’lam.��
______________
��Pesan ini disebarkan oleh:
♻ Tim Dakwah WhatsApp Al-Hisbah
�� www.hisbah.net | www.hisbah.or.id

Kesalahan-Kesalahan yang Banyak di Lakukan Seputar Ramadhan

�� Kesalahan-Kesalahan yang Banyak di Lakukan Seputar Ramadhan (4)

�� KESALAHAN KEEMPAT:

Ketika telah datang waktu ifthar (berbuka) dan adzan maghrib sudah dikumandangkan, sebagian kaum muslimin masih tetap saja terus menerus berdoa hingga selesainya adzan, ini adalah kesalahan dan menyelisihi sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Dan yang benar dan sesuai petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah menyegerakan berbuka apabila matahari telah terbenam (waktu berbuka telah tiba) , sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْر
َ
"Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka" (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata menjelaskan hadits tersebut: dalam hadits tersebut terdapat anjuran untuk menyegerakannya (maksudnya berbuka) setelah jelas dan yakin matahari telah terbenam.

Dan makna hadits diatasa adalah: "Senantiasa urusan ummat ini akan teratur dan mereka dalam kebaikan selama mereka menjaga sunnah ini (menyegerakan berbuka) dan apabila mengakhirkannya maka hal itu merupakan tanda adanya kerusakan yang terjadi padanya".

�� KESALAHAN KELIMA:

Berdoa ketika berbuka dengan doa yang sanad haditsnya lemah (tidak shahih), seperti:

"Bismillahi Allahumma Laka Shumna wa ala Rizqika Aftharna, Allahumma Taqabbal Minna Innaka Antas Samiul ‘Alim.” (artinya: Bismillah, Ya Allah, untukMu aku berpuasa dan atas rezeki dariMu kami berbuka. Ya Allah... Terimalah amal-amal kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui). Dst...

Adapun yang BENAR adalah bahwa hendaknya seorang muslim mencari yang benar dan shahih, yang ketika ia mengamalkannya akan mendapatkan pahala darinya,  yaitu dengan membaca doa yang ma'tsur:

ذَهَبَ الظَّمَـأُ، وابْــتَلَّتِ العُرُوقُ، وثَــبَتَ الأَجْرُ إِن شَاءَ اللهُ

Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu wa Tsabata-l Ajru, Insyaa Allah

“Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah diraih pahala, insya Allah.” (HR. Abu Dawud, Ad-Daruquthni, Al-Baihaqi, dan Hadits ini di nilai hasan oleh Al-Albani, disebutkan dalam Shahihul Jami).

�� Diterjemahkan dari kitab "30 Mukhalafah Yaqa'u Fiiha Ba'dhush Shaa'imiin" karya Syaikh DR. Abdul Aziz bin Dawud Al-Faeez حفظه الله تعالى

_________
CATATAN:
Doa ini di baca setelah berbuka, sebagaimana hal itu di jelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah,  sehingga urutan yang tepat ketika berbuka adalah:

1. Membaca "basmalah" sebelum berbuka baik makan kurma atau minum atau lainnya
2. Mulai berbuka
3. Membaca doa berbuka: Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu…dst.
( lihat catatan ini selengkapnya di: http://goo.gl/1UyIwn )

Demikian, wabillahi at-taufiiq

__________
Unaizah, 11 Ramadhan 1436 H.
Oleh: Andri Abdul Halim, Lc.

-----------------------
♻ Silsilah Nasihat Edisi Ramdahan (10)
�� Broadcast WA Dakwah Jalyat Unaiza_Indo

KISAH SEORANG LELAKI YANG INGIN MEMUKUL RASULULLAH SAW

~KISAH SEORANG LELAKI YANG INGIN MEMUKUL RASULULLAH SAW~

Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum meninggal.

Rasulullah SAW telah jatuh sakit yang agak lama, sehingga Rasulullah SAW tidak dapat sholat berjamaah dengan para sahabatnya di Masjid.

Pada suatu hari Rasulullah SAW meminta beberapa sahabat membawanya ke Masjid. Rasulullah di dudukkan atas mimbar, lalu Rasulullah meminta Bilal memanggil
semua para sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dengan para sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak dapat melihat Rasulullah SAW.

Kemudian Rasulullah SAW
bersabda: "Wahai sahabat-sahabatku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku
sampaikan semua kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah Tuhan yang layak di sembah?"

Semua sahabat menjawab dengan suara bersemangat, " Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kepada kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah Tuhan yang layak disembah".
Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
"Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka". Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yang Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.

Akhirnya sampailah kepada satu pertanyaan yang menjadikan para sahabat sedih dan terharu.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya, aku akan pergi bertemu Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada
kalian semua. Adakah aku berhutang dengan kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau jika bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dengan manusia."

Ketika itu semua sahabat
diam, dan dalam hati masing-masing berkata "Mana ada Rasullullah SAW berhutang dengan kita? Kamilah yang banyak berhutang dengan Rasulullah".

Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.
Tiba-tiba bangun seorang lelaki yang bernama AKASYAH. lalu dia
berkata:

"Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta kau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa".

Rasulullah SAW berkata:
"Ceritakanlah wahai Akasyah".

Maka Akasyah pun mulai bercerita:
"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, satu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cemeti ke belakang kuda. Tetapi cemeti tersebut tidak kena pada belakang kuda, sebenarnya cemeti itu terkena pada dadaku karena ketika itu aku berdiri di
sebelah belakang kuda yang engkau tunggangi wahai Rasulullah".

Mendengar yang demikian, terus Rasulullah SAW berkata:
"Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Akasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang sama."
Dengan suara yang agak tinggi, Akasyah berkata:
"Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah."

Akasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan demikian. Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak memarahi Akasyah.
"Sesungguhnya engkau tidak berperasaan wahai Akasyah. bukankah Baginda sedang sakit?"

Akasyah tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cemeti di rumah anaknya Fatimah.

Bilal meminta cemeti tersebut dari Fatimah, kemudian Fatimah bertanya:
"Untuk apa Rasulullah meminta cemeti ini wahai Bilal?"

Bilal menjawab dengan nada sedih: "Cemeti ini akan digunakan oleh Akasyah untuk memukul Rasulullah"
Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata:
"Kenapa Akasyah hendak pukul ayahku Rasulullah? Ayahku sedang sakit, kalau mau mukul, pukullah aku anaknya".

Bilal menjawab:"Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua".

Bilal membawa cemeti tersebut ke Masjid lalu diberikan kepada Akasyah.

Setelah mengambil cemeti, Akasyah menuju ke hadapan Rasulullah.
Tiba-tiba Abu bakar berdiri menghalangi Akasyah sambil
berkata:
"Wahai Akasyah kalau kamu
hendak mukul, pukullah aku. Aku orang yang pertama beriman dengan apa yang Rasulullah SAW sampaikan. Akulah temannya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak mukul, maka pukullah aku".

Lalu dijawab oleh Rasulullah
SAW: "Duduklah wahai Abu Bakar. Ini antara aku dengan Akasyah".

Akasyah menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian Umar berdiri menghalangi Akasyah sambil berkata:
"Akasyah, kalau engkau mau mukul, pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya, itu dulu.
Sekarang tidak boleh ada seorangpun yang berani menyakiti Muhammad. Kalau engkau mau menyakiti Rasulullah, maka
sakitilah aku dulu."

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dengan Akasyah".

Akasyah menuju kehadapan Rasulullah, tiba-tiba berdiri Ali bin Abu Talib sepupu dan menantu Rasulullah SAW.

Dia menghalangi Akasyah sambil berkata:
"Akasyah, pukullah aku wahai Akasyah. Darah yang sama mengalir pada tubuhku ini wahai Akasyah".

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dengan Akasyah" .

Akasyah menuju kehadapan Rasulullah. Tiba-tiba tanpa disangka, bangunlah kedua cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen. Mereka berdua merayu dan meronta.
"Wahai Paman, pukullah kami Paman. Kakek kami sedang sakit, pukullah kami wahai Paman. Sesungguhnya kami ini adalah cucu kesayangan Rasulullah, pukullah kami wahai Paman."

Lalu Rasulullah SAW berkata:
"Wahai cucu-cucu kesayanganku,
duduklah kalian. Ini urusan Kakek dengan Paman Akasyah".

Begitu sampai di tangga mimbar, dengan tegasnya Akasyah berkata:
"Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawa sini."

Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Rasullah meminta beberapa sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara tegas Akasyah berkata lagi:
"Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju Ya Rasulullah"

Tanpa berlama-lama dalam keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yang sangat indah, sedang beberapa buah batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.

Kemudian Rasulullah SAW berkata:
"Wahai Akasyah, bersegeralah dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Nanti Allah akan murka padamu."

Akasyah terus menghampiri Rasulullah SAW, tangan yang memegang cemeti untuk dipukulkan ke tubuh Rasulullah SAW, rupanya dilempar cemeti itu sambil terus memeluk tubuh Rasulullah SAW seerat-eratnya. Sambil berteriak menangis, Akasyah berkata:
"Ya Rasulullah, ampunkanlah
aku, maafkanlah aku, mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku
melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka. Dan sesungguhnya aku takut dengan api neraka. Maafkanlah aku ya Rasulullah."

Rasulullah SAW dalam keadaan sakit berkata:
"Wahai sahabat-sahabatku semua, kalau kalian ingin melihat ahli Syurga, maka lihatlah Akasyah"

Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat
bergantian memeluk Rasulullah SAW.

Meski sudah sering membaca dan mendengar kisah ini berulang-ulang, tetap saja menangis. Semoga tetesan air mata kita dapat membuktikan kecintaan kita kepada kekasih Allah Nabi Muhammad SAW dan kita dapat mencontoh perilaku Rasulullah SAW yang seperti Al-Qur'an berjalan... Aamiin Yaa Robbal Alamiin.

SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA RAMADHAN

������������������

Kenapa kyai aswaja NU begitu membenci Wahabi ?

Kenapa kyai aswaja  NU begitu membenci Wahabi ?

Muhammad karyono

Dinamika dakwah Islam di tanah air dalam tiga dekade terakhir diwarnai dengan fenomena pesatnya perkembangan dakwah salafiyah yang bertujuan mengembalikan pemahaman umat Islam kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah berdasarkan manhaj salafus saleh. Fakta demikian ternyata mengundang pobia luar biasa dari kalangan tradisionalis atau yang menyebut diri sebagai aswaja, di mana praktek-praktek keislaman mereka yang sarat pencampuradukan dengan budaya lokal mendapatkan koreksi dari kalangan salafi.

Perlu ditegaskan, makna aswaja dalam term kaum tradisionalis bukanlah satu pengamalan beragama yang meneladani Rasulullah SAW dan para sahabatnya dalam akidah maupun ibadah sebagaimana definisi Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebenarnya, melainkan satu model baru keislaman yang memadukan berbagai unsur semisal mazhab ilmu kalam Asya’irah, tasawuf, dan ritual-ritual amaliah yang berasal dari warisan kultur Hindu-Budha. 

Maka tak heran, berkembangnya dakwah salafi dari Aceh hingga Papua mendatangkan kegelisahan dari kalangan tokoh aswaja NU yang selama ini terlanjur menikmati kedudukan begitu tinggi di tengah-tengah masyarakat ‘santri’. 

Sikap pobia akut kalangan NU terhadap salafi-wahabi sejatinya sudah tergambar jelas dalam lembaran sejarah seputar berdirinya ormas tersebut. Sebagaimana diketahui, NU bermula dari satu tim panitia “Komite merembuk Hijaz” yang didirikan guna merespon peperangan Wahabi di Saudi Arabia yang berakhir dengan terusirnya Syarif Husein dari Makkah pada 1924. 

Kemenangan Abdul Aziz Al-Saud yang disebut berhaluan Wahabi atas Syarif Husein yang berpaham sufi merupakan pukulan telak bagi kalangan tradisionalis di manapun termasuk di wilayah Hindia-Belanda. Sebab, dengan jatuhnya Makkah ke tangan Wahabi, sama artinya dengan hilangnya kemerdekaan bagi kaum sufi-tradisionalis untuk menjalankan praktek amalan-amalan khas quburiyun di tanah suci. 

Pada saat bersamaan, di seantero Nusantara juga tengah berkembang dakwah pembaharuan yang dimotori oleh Muhammadiyah, Al-Irsyad, dan Persis dengan inti dakwahnya memberantas takhayul, bid’ah, dan khurafat (TBC) serta memerangi sikap taklid buta terhadap kyai.

Fakta semakin gencarnya dakwah pembaharuan Islam di tanah air, dan kembali berkuasanya kaum Wahabi di tanah suci itulah yang mendorong inisiatif para tokoh Islam tradisionalis untuk mendirikan satu wadah bersama guna melestarikan corak keberagamaan mereka. 

Tak cukup dengan berserikat, para pendiri ormas NU juga merasa perlu untuk merumuskan “bagaimana Islam yang benar versi mereka” hingga lahirlah istilah Aswaja untuk membungkus hakikat keberagamaan warga nahdliyin yang sarat akulturasi dengan budaya pra-Islam. 

Dan buat melegitimasi sikap pengultusan terhadap kyai yang memang sudah umum berlaku di kalangan nahdliyin, mereka dengan bangga mengemukakan dalil “Ulama adalah ahli waris para Nabi”. Tentu saja tafsir ulama versi aswaja NU adalah kyai yang sejalan dengan model beragama mereka, seperti demen tahlilan, yasinan, mauludan atau tawashulan dengan perantara arwah para wali. 

Adapun ulama di luar golongan mereka, kendati selevel ahli hadis abad moderen Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani pun ditolaknya karena fatwa-fatwanya yang justru menelanjangi kesesatan beragama mereka. 

Jika kaitannya dengan perpolitikan nasional, sikap NU memang berubah-ubah. Dalam Pemilu 1955, NU yang menjelma sebagai sebuah partai politik turut serta memperjuangkan dasar negara Islam bagi republik ini. Selanjutnya, NU justru duduk mesra bersama-sama kaum nasionalis dan komunis dalam mengusung paham Nasakom. 

Pada Pemilu 1977, NU menyatakan berfusi dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sepuluh tahun berselang, NU malah berperan sebagai penggembos PPP dengan keputusannya lewat muktamar Situbondo 1984 yang menyatakan kembali ke khittah 1926, tidak berpolitik. Realitanya, kembali ke khittah 1926 ternyata bukannya tidak berpolitik, tetapi justru berpolitik dengan menggembosi PPP. 

Pasca tumbangnya rezim Orde Baru, kembali ke khittah 1926 yang mereka dengung-dengungkan pun dibuang lagi. PBNU memfasilitasi lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sejumlah tokoh NU yang tidak sejalan dengan platform PKB, turut pula membidani lahirnya beberapa partai seperti Partai Nahdlatul Umat (PNU), Partai Kebangkitan Umat (PKU), dan Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia (Partai SUNI). 

Terkait lahirnya sejumlah parpol yang saling mengklaim sebagai partainya warga NU di awal reformasi, Gus Dur pernah berkomentar, “NU itu ibarat ayam, dari pantatnya keluar telur dan tai ayam. Yang telur itu PKB, yang partai lain itu tai ayam.” 

Nah, bila untuk soal politik NU bersikap pagi kedele sore tempe alias mencla-mencle, lain halnya dengan sikap mereka terhadap dakwah tauhid dan sunnah. Semenjak awal berdirinya hingga hari ini, NU selalu berada di garda terdepan dalam menentang setiap gerakan pemurnian Islam. 

Stigma Wahabi seakan menjadi jurus pamungkas membangun opini publik buat membangkitkan kesan horor dan radikal terhadap dakwah tauhid dan sunnah. 

Hari ini NU mengklaim sebagai ormas Islam yang paling toleran, sampai-sampai rela mengerahkan ribuan anak mudanya yang tergabung dalam banser untuk mengamankan perayaan malam Natal. Demi mendapatkan sebutan pluralis, tokoh-tokoh NU pun lantang mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang intinya membela eksistensi sekte-sekte menyimpang di tanah air. 

Demi mendapatkan predikat nasionalis dan pancasilais, sejumlah kyai NU rela blusukan keluar masuk kelenteng atau gereja. Namun semangat ‘toleran, pluralis, nasionalis, dan pancasilais’ yang selalu mereka bangga-banggakan, tiba-tiba berubah 180 derajat kala mereka berhadapan dengan kalangan salafi-wahabi. 

Beragam cara mereka gunakan untuk membendung dan mendiskreditkan dakwah wahabi. Akan tetapi, semakin dibendung, dakwah wahabi justru makin tak terbendung. Semakin difitnah, justru semakin banyak yang tercerahkan dengan dakwah wahabi. Pada tahun 2009 misalnya, rumah sejumlah penganut salafi di Gerung, Lombok Barat diserang warga yang masih jahil dengan Sunnah. 

Kejadian ini bukan kali pertama terjadi di provinsi NTB. Namun dengan peristiwa tersebut, yang kemudian diliput luas oleh sejumlah media nasional justru menyebabkan masyarakat semakin familiar dengan istilah “salafi-wahabi” dan ujung-ujungnya mereka penasaran mencari tahu, apa sih sebetulnya salafi-wahabi itu. 

Munculnya radio Rodja dan Rodja TV sebagai salah satu media dakwah salafi yang memantik reaksi para tokoh sufi-tradisionalis untuk memperingatkan jamaahnya agar tidak mendengarkan dan menonton siaran tersebut, rupanya malah menjadi iklan gratis yang menyebabkan radio Rodja dan Rodja TV kian dikenal luas.

Upaya-upaya sejumlah kyai NU yang berusaha menyebarkan opini di tengah masyarakat soal sesatnya ajaran salafi-wahabi justru berujung pada turun tangannya MUI meneliti gerakan tersebut, dan hasilnya MUI Jakarta Utara dengan tegas menyatakan “Salafi bukan aliran menyimpang”. 

Begitu pula opini publik (baca penyesatan publik) yang coba dibangun kang Said Agil Siraj ketum PBNU yang alumni Saudi, bahwa ideologi wahabi merupakan akar dari terorisme di tanah air pun mentah di tengah jalan. Nyatanya, dalam beberapa tahun terakhir dakwah salafiyah justru semakin berkembang di kalangan aparat pemerintahan. 

Bahkan tak jarang para da’i salafi memberikan tausiyah di masjid Mabes Polri, masjid Polda Metro Jaya, atau masjid PTIK. Teranyar, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) malah mendatangkan ulama salafi murid Syaikh Albani, yakni Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi untuk berdakwah kepada para napi terpidana teroris agar kembali kepada pemahaman Islam yang haq. 

Mungkin masih lekat pula. dalam benak kita, tatkala di penghujung 2009 taklim Ustadz Zainal Abidin, da’i salafi mantan santri tambak beras di Masjid Amar Ma’ruf Bekasi yang membedah buku JihadMelawanTeror diserang sejumlah orang yang ditengerai sebagai simpatisan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT). Dengan demikian, jelas sudah beda antara salafi dengan takfiri. 

Kaum salafi menyeru kepada tauhid, sunnah, dan pemahaman sahabat Nabi yang di dalamnya termasuk ketaatan terhadap pemerintah kaum Muslimin. Sedangkan jamaah takfiri meyeru kepada pengkafiran terhadap pemerintah RI serta hasutan untuk membenci atau bahkan memberontak terhadap pemerintah. 

Lantas, apa yang menyebabkan kyai aswaja NU begitu membenci salafi dan ketakutan dengan pesatnya perkembangan dakwah salaf? 

Apabila kita mencermati sejarah dakwah para Rasul, niscaya akan dijumpai bahwa kelompok yang paling keras menentang dakwah tauhid para Rasul tersebut adalah mereka yang selalu menamakan dirinya sebagai “pembela ajaran nenek moyang”. 

Begitu pula kita dapati hari ini, yang paling keras menentang dakwah salaf yang mengajak umat Islam untuk memurnikan peribadatan kepada Allah, adalah kelompok yang menamakan dirinya sebagai “pemelihara tradisi nenek moyang.” 

Selanjutnya, berkembangnya dakwah salafiyah di tengah masyarakat sama artinya dengan terbongkarnya klaim dusta Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang selama ini mereka gembar-gemborkan. 

Nyatanya, yang mereka praktekkan bukanlah akidah dan amaliah Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya, melainkan amalan-amalan Ahli bid’ah wal firqah, entah itu firqah Asy’ariyah, shufiyah, quburiyah, batiniyah, filsafat, hingga kejawen yang saling bercampur aduk. 

Dan terakhir, tentu saja dengan tersebarnya pemahaman salafiyah di tengah masyarakat akan menyebabkan jatuhnya status sosial kyai tradisionalis yang selama ini menikmati sikap pengultusan luar biasa dari kaum santri maupun masyarakat awamnya, dan ujung-ujungnya turut pula mematikan income sebagian kyai yang juga rangkap profesi sebagai ‘dukun berjubah’. 

Sekiranya para kyai aswaja NU mau menanggalkan hawa nafsu dan sikap fanatisme yang membabi buta terhadap tradisi leluhur mereka, niscaya mereka bakal mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada para dai salafi yang telah meluruskan makna Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang selama ini mereka pahami secara keliru. 

sumber : http://m.kompasiana.c

Baik dengan Tetangga

{ Baik dengan Tetangga }

akhi ukhti...

ingatlah dg hak-hak tetanggamu

kau tidak hidup sendiri

kapan terakhir yg berbagi dengan tetanggamu?

Tak henti-hentinya jibril memberikan wasiat pd Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk berbuat baik pada tetangga sehingga beliau mengira tetangga akan mendapatkan warisan...

sebaik-baik orang adalah yg paling baik pada tetangganya (HR Bukhari dlm Adabul mufrad)

tetangga yg baik bukanlah yg tidak pernah menyakiti tetangganya. tp dia adalah yg selalu tabah dan sabar menghadapi tetangganya (Hasan Al Bashri)

selamat bertetangga

=====================

Oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah MA حفظه الله تعالى