Sedangkan majusi menyandarkan kebaikan pada cahaya dan keburukan pada kegelapan. Keduanya sama² kesyirikan, karena menyandarkan bukan pada tempatnya, yg seharusnya yakni kebaikan adalah datang dari Allah dan keburukan adalah dari dirinya sendiri.
Ahlus Sunnah meyakini berdasarkan dalil bahwa makhluk mampu berkehendak tetapi semua kehendak itu di bawah kehendak Allah.
Kesyirikan berikutnya adalah menjadikan benda² langit sebagai tuhan² yg mengatur segala kejadian yg ada di alam semesta.
Yakni para penyembah matahari dan yang semacamnya.
Kesyirikan berikutnya adalah syirik dalam ibadah. Itu adalah hal yg banyak orang tergelincir meskipun mereka juga mentauhidkan Allah dalam rububiyah Allah, tapi dalam masalah beribadah ia berikan kepada Allah den juga kepada selain Allah. Hal ini terjadi karena ibadah yg ia tujukan kepada Allah di tumpangi juga untuk kepentingan dirinya sendiri dalam urusan dunia, hawa nafsu dan godaan syaitan.
Pada masa sekarang ini kesyirikan semacam ini sangat samar, bahkan lebih samar dari langkah kaki semut. Kesyirikan ini ialah RIYA.
Dari permasalahan ini telah ada doa dari Nabi shalallahu alayhi wasallam, ya Allah aku berlindung dari kesyirikan yg aku ketahui dan aku memohon ampun dari kesyirikan yg tidak aku ketahui.
Karena dalam hal RIYA' ini setiap orang sangat mungkin/berpotensi untuk tergelincir didalamnya.
Dan RIYA' menghapus pahala amal, dan terkadang juga mendapatkan tambahan hukuman lain.
Riya' ini sangat rentan justru kepada orang yang beriman. Dan Allah hanya menginginkan amalan yg lurus bersih hanya untuk Allah. Allah berlepas diri dari orang² yg mensekutukannya dan Allah akan kembalikan urusan² mereka kepada tuhan² yg mereka sembah. Dan sifat riya' ini mendorong kepada kemunafikan.
Wallahu A'lam.
Faidah kajian dari ustadz Bayu Hafizhahullah
Masjid Syamsul Huda
Mojorejo kota Madiun