BELIAU TIDAK MENGATAKAN: “SAYA IBNU ‘UTSAIMÎN”
Salah seorang yang mengenal beliau (Syaikh Muhammad ibn Shôlih al-‘Utsaimîn رحمه الله) bercerita…
Dahulu, kira-kira di antara tahun 96 – 98, saya menunggu Sholât Shubuh di shoff pertama di Masjid al-Harôm. Waktu itu ada seorang petugas keamanan di samping kanan saya yang menjaga agar tempat di belakang imâm tidak terlalu sesak dan agar ada tempat yang lowong untuk para ‘alim ‘ulamâ’.
Dan di depan Maqom, ada 4 petugas lagi yang menjaga agar orang-orang tidak menuju ke shoff pertama, dan tiba-tiba muncullah seorang laki-laki tua, ia memiliki jenggot putih yang lebat, dan memakai pakaian yang tidak disetrika.
Laki-laki tua ini ingin melewati para petugas yang berada di depan Maqom agar ia bisa sampai di shoff pertama, namun petugas di sana menghalanginya. Laki-laki tua itu kemudian mencari jalan lain di sekitar Ka’bah dan berusaha meloloskan dirinya dari halangan petugas, namun lagi-lagi petugas menahannya. Dia terus mencari jalan agar ia bisa sampai ke shaf pertama (dan saya terus memperhatikannya), sampai akhirnya ia berhasil melewati petugas keamanan di samping saya yang waktu itu sedang berbicara dengan orang yang ada di belakangnya.
Saat laki-laki tua itu sudah berhasil berdiri di shoff pertama, ia langsung bertakbir sholât sunnah.
Petugas keamanan itu lantas marah, ia berdiri tepat di depan laki-laki tua ini, sampai ketika sang laki-laki tua itu telah selesai dari sholâtnya, petugas itu langsung mengangkat dan menarik bahunya seraya berkata: “Berdiri…!”
Laki-laki tua itu menjawab (dengan dialek Qosim): “Ada apa denganmu…?”
Petugas itu berkata: “Tempat ini dikhususkan untuk para masyaikh dan ‘ulamâ’. Mundurlah…!!!”
Laki-laki tua itu menjawab: “Apa yang saya lakukan kalau para ‘ulamâ’ dan masyaikh telat datang…?”
Petugas itu pun marah dan saya terus memperhatikan kejadian itu sambil tersenyum, dan sebelum petugas tersebut melakukan tindakan yang berlebihan, saya lalu memegang tangannya, memberi isyarat agar ia mendekat dan ia pun mendekat.
Saya kemudian membisikkan di telinganya kalau laki-laki tua itu adalah al-‘Allamah al-Faqih Muhammad ibn al-‘Utsaimîn.
Petugas itu bersegera mendatangi beliau, mencium kepala beliau, kemudian meminta ma‘af.
Beliau (Syaikh al-‘Utsaimîn) memandangiku dengan pandangan mata protes karena telah mengabari petugas tadi siapa diri beliau yang sebenarnya. Saya hanya tersenyum dengan senyuman permintaan ma‘af.
Iqomah pun dikumandangkan, Syaikh Sa‘ud ibn Ibrôhîm asy-Syuraim datang untuk mengimâmi sholât, dan di saat ia melihat beliau di shoff pertama, ia meminta beliau untuk menjadi imâm, tetapi beliau menolaknya. Akhirnya Syaikh asy-Syuraim yang mengimâmi sholât kami.
====================
Ketenaran adalah sebuah fitnah bagi orang ‘alim…
Syaithôn membuat mereka gila dihormati…
Banyak yang telah terjerat, kecuali yang dirohmati oleh الله…
Rohimahullôh asy-Syaikh al-‘Utsaimîn adalah cermin keteledanan untuk kita semua…
Naskah asli ceritanya:
لم يقل " أنا ابن عثيمين"
يقول أحدهم:كنت مابين عام ١٩٩٦م١٩٩٨م تقريباً أنتظر لصلاة الفجر في الصف الأول في الحرم المكي ، وكان على يميني رجل شرطة يمنع ازدياد المصلين خلف الإمام ليكون هناك مكانٌ للعلماء والعدول من الناس وأمام المقام أربعة من الشرطة يأمرون الناس بعدم التوجه إلى الصف الأول وفجأةً جاء رجلٌ مسن له لحيةٌ بيضاء طويلة يرتدي ملابس غير مكوية فأراد أن يجتاز العسكر عند المقام ليذهب إلى الصف الأول فمنعوه فأخذ شوطا ًحول الكعبة وعاد إليهم محاولا الإفلات منهم فمنعوه فأخذ شوطاً آخرحول الكعبة وأنا أراقب إصرار ذلك الرجل المسن وفي هذه اللحظة إستطاع أن يتجاوزهم على حين غفلة ووصل إلينا في الصف الأول والشرطي الذي بجانبي كان يجادل رجلاً خلفه فلم ينتبه لذلك المسن وما إن وصل إلى الصف الأول كبر يصلي سنة الفجر فاستشاط الشرطي غيظاً من المسن وظل واقفاً على رأسه حتى أتم ركعتيه فنغزه في كتفه أن قم فقال الرجل المسن وراك (باللهجة القصيمية أي مابك) فقال الشرطي؛هذاالمكان مخصص للعلماء والمشائخ إرجع إلى الخلف فقال الرجل المسن:ومالي وللعلماء والمشائخ إن لم يأتوا مبكرين ! وأنا أراقب وأتبسم بهدوء فغضب الشرطي وقبل أن يتصرف تصرفاً غليظاً تدخلت وأمسك