Selasa, 20 September 2016

MENIKMATI SETIAP KETETAPAN ALLOH

MENIKMATI SETIAP KETETAPAN ALLOH
Para bijak berkata bahwa bijak tidaknya seseorang itu banyak ditentukan oleh sadar tidaknya seseorang itu akan tiga hal. Pertama adalah sadar bahwa semua permasalahan hidup itu bersifat sementara (mu'aqqatah). Kesadaran pertama ini akan mengantarkan seseorang pada sikap sabar dan tabah serta setia menunggu saat-saat peralihan musim kehidupan. Menunggu saat-saat bahagia setelah derita adalah ibadah yang bernilai tinggi. Penungguan kebahagiaan haruslah penungguan dengan senyuman walau masih dalam nuansa menyedihkan.
Kesadaran kedua adalah kesadaran bahwa waktu itu berjalan dengan cepat. Kadang kita tak menyangka bahwa waktu terus berjalan, tiba-tiba kita sudah tiba pada titik umur yang disebut dewasa, tua bahkan tua renta. Kesadaran semacam ini mengantarkan kita pada kehendak kuat segera berbuat dan berbuat, berbuat sesuatu yang bisa menjadi tabungan amal membahagiakan kelak di dalam kehidupan akhirat. Inilah makna dasar perintah berlomba-lomba dalam kebaikan. Jangan tunda-tunda niat kebaikan karena syetan selalu saja berusaha menggagalkan dan menggantinya dengan sesuatu yang lain yang menjauhkan dari bahagia itu.
Kesadaran ketiga adalah kesadaran bahwa sebagian musibah itu sesungguhnya adalah ujian kenaikan kelas, kenaikan pangkat atau kenaikan derajat. Dalam ujian sekolah, siapa yang tak menyelesaikan ujian atau test tentulah tak akan lulus. Sama dengan mereka yang menyelesaikan test dengan jawaban yang tak sesuai kunci jawaban, tentulah mereka tak akan lulus. Mau lulus? Bersabarlah dan tersenyumlah atas setiap takdir dari Alloh.
Memang hanya tiga jumlah kesadaran tersebut di atas. Namun upaya memahami dan latihan untuk mampu mengamalkannya bisa membutuhkan waktu lebih dari yang dibutuhkan para sarjana menggapai gelar doktor. Berbahagialah mereka yang memiliki tiga kesadaran itu, berbahagialah mereka yang sudah mampu menikmati setiap ketentuan dan ketetapan Alloh.