LIHATLAH ISI HATIKU
Tak tahan menahannya dalam hatiku. Maka kini, kuungkapkan isi hatiku. Saudaraku aku mencintaimu karena Allah.
Lihatlah semut. Makhluk kecil yang remeh.. tetapi mereka saling bekerjasama dan saling membantu. Mereka tak pernah bertengkar satu sama lainnya.
Lihatlah sekumpulan burung kuntul. Mereka bisa terbang jauh berkat kerjasama menghadapi hembusan angin kencang dengan formasi V. Bila ada yang kelelahan salah satunya menggantikan yang lain tanpa mencela.
Lalu bagaimana dengan kita? Kadang kita ini ke GR-an dengan amal kita. Kita merasa aqidah kita kuat, ilmu kita cukup karena ngaji sudah lama, penampilan kita sudah nyunnah, dan lainnya. Tetapi cobalah tengok hadits berikut untuk mengukur standar keimanan kita.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia mencintai bagi saudaranya apa yang dia cintai bagi dirinya sendiri.” (HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45)
Kita boleh bertanya pada diri kita
Bagaimana engkau mencintai saudaramu?
Apakah engkau mudah memaafkan jika saudaramu melakukan kesalahan?
Apakah engkau membantunya ketika dia dalam kesulitan?
Apakah engkau menutupi aibnya dan tidak membuka aibnya?
Apakah engkau suka memberi hadiah kepadanya?
Kawan,
Mari kita instropeksi diri kita. Bisa jadi kita sudah terlalu sering mendengar hadits itu. Bahkan kita sudah menghafalnya. Tetapi mengamalkan dalam kehidupan nyata.. maka kita harus jujur pada diri kita.
Bukankah kita lebih suka membicarakan kekurangan saudara kita ketimbang memuji kelebihannya?
Bukankah kita lebih mudah tersinggung dengan kekhilafan atau kesalahan2nya daripada memaafkannya?
Bukankah kita masih suka mengghibahnya ketimbang menutupi aibnya?
Bukankah Allah dan Rasul-Nya memerintahkan agar kita memperkuat ukhuwah kita?
Betapa mudahnya kita bersu'udzon, mencela, bahkan mentahdzir saudara kita seolah kita itu sempurna dan paling benar.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kalian mendapat rahmat.” (QS. Al Hujurat:10).
Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman.” (QS. Al Anfal:1).
Bahkan sebaliknya, Islam justru melarang keras pada perpecahan dan permusuhan. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Ali ‘Imran:103).
Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Dan bahwa yang kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu dari dari jalan-Nya.” (QS. Al An’am:153).
Indahnya Ukhuwah
Sejatinya, ukhuwah inilah yang menjadi salah satu rahasia kekuatan dan kekokohan umat Islam. Oleh karenanya, orang-orang yang beriman diibaratkan semisal bangunan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesunguhnya seorang mukmin dengan mukmin lain ialah seperti bangunan yang saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya” (HR. Bukhari)
Dan sejatinya, ukhuwah inilah yang menjadi salah satu rahasia keindahan umat Islam. Dengannya akan musnah rasa fanatisme kesukuan dan kebangsaan. Sehingga muslim sedunia bernaung di bawah bendera yang satu. Itulah fungsi ukhuwah yang menjadi pemersatu. Bahkan, sampai-sampai Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengibaratkannya sebagai satu tubuh. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam belas kasih dan kasih sayang di antara mereka ialah laksana satu tubuh. Ketika ada anggota tubuh yang sakit, maka anggota tubuh yang lain pun akan ikut merasakan sakit dan demam.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Ada sebuah hubungan persaudaraan yang paling kuat pegangannya, paling kental hubungannya, paling erat jalinannya, dan paling utuh kasih sayangnya. Ia merupakan hubungan yang tiada pernah luntur dan lapuk, tiada pernah lekang oleh tempat dan waktu. Justru, ia mampu menyatukan orang-orang yang ada di daerah yang berjauhan. Engkau sudah tahu kawan, hubungan tersebut ialah ukhuwah (persaudaraan) atas dasar aqidah dan keimanan.
Maka segeralah beristighfar. Datangi saudaramu dengan ikhlas dan penuh kelembutan. Bila ia mencelamu, biarkan saja karena engkau hanya berharap ridho pada Rabb-mu.
Sambutlah Ramadhan dengan hati yang bersih. Lawan bisikan setan dan keraguan dengan hanya berlindung kepada Allah. Sungguh.. saya berharap kita bisa bersama dalam ridho Allah sampai di jannah-Nya kelak. Insya Allah.
eMYe