.:: Berapakah harga senyumanmu wahai para istri... ::.
Pernah ana melihat pada suatu mini market menuliskan, "Bila kasir kami tidak memberikan senyuman maka anda mendapat cash back Rp. 100.000,-"... Dan memang di depan kasir kita mendapat senyuman yang luar biasa, entah ikhlas dari dasar hatiatau keterpaksaan, itu masalah hati. Yang pasti senyuman itu bisa menjadi fitnah bagi yang tidak menundukkan pandangannya. Kenapa kasir mesti harus wanita? Di lain mini market lagi terpampang tulisan, "Jika kasir tidak memberikan senyuman, maka anda berhak mendapatkan satu botol coca-cola"... Ana berguman... oh itu harga senyumannya... Ada yang berharga 100 ribu sebagaimana di atas, dan ada juga yang berharga hanya sebotol coca-cola... begitu murahkah harga senyumanmu wahai wanita? Apakah dengan demikian kalian telah merasa dihargai, atau direndahkan derajat kalian demi beberapa rupiah? Allohul musta'an. Sedang disana ada banyak wanita, yang memiliki senyuman yang mahal harganya, dia tidak tersenyum kepada semua orang, namun hanya kepada mereka yang menjadi mahromnya, senyumnya tidak bisa dilihat karena wajahnya memang tertutup dari selain mahromnya... bahkan bagi tetangga terdekatnya sekalipun, senyumnya teramat mahal untuk diberikan... jika tetangga itu bukan mahromnya... betapa indah dan mahalnya senyuman itu?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata
ﻗِﻴﻞَ ﻟِﺮَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻱُّ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ ﺧَﻴْﺮٌ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﺗَﺴُﺮُّﻩُ ﺇِﺫَﺍ ﻧَﻈَﺮَ ﻭَﺗُﻄِﻴﻌُﻪُ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﻣَﺮَ ﻭَﻟَﺎ ﺗُﺨَﺎﻟِﻔُﻪُ ﻓِﻲ ﻧَﻔْﺴِﻬَﺎ ﻭَﻣَﺎﻟِﻬَﺎ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﻜْﺮَﻩُ
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih). Kedudukan wanita yang paling baik, tidak dikatakan bahwa ia harus menjadi wanita yang cantik, atau yang hafal Al-Qur'an serta hadits, atau dia wanita yang memiliki titel S1, S2, S3 atau bisa membantu suaminya dalam mencari nafkah... tidak. Dikatakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa wanita yang paling baik, adalah wanita yang paling menyenangkan jika dilihat oleh suaminya, dan tidak menyelisihi urusan suami (dalam kebaikan) pada diri dan hartanya sehingga membuat suaminya benci. Menyenangkan tatkala dipandang, bukanlah harus seorang wanita itu adalah wanita yang cantik. Seringkali kecantikan itu membawa petaka bagi pemiliknya, jika dia jauh dari ilmu agama. Seorang istri yang pandai menyenangkan pandangan suaminya,tidak mesti harus dengan kecantikan. Apa manfaatnya istri yang cantik namun sering menyakiti hati suaminya. Tidakkah wanita menyadari, bahwa ia adalah makhluk yang separuh akalnya, separuh agamanya, namun ia mampu mengalahkan akal kaum lelaki, tidak melihat bagaimanapun model wajahnya. Tidak disebutkan bahwa wanita yang tidak rupawan tidak akan menimbulkan fitnah. Wanita dengan lemah gemulainya, suaranya, gerak-geriknya, dan senyumannya pun mampu untuk menaklukkan seorang lelaki. Tidak mesti dia harus cantik. Engkau wahai wanita, bisa menyenangkan pandangan suamimu,dengan ketaatanmu kepadanya dalam kebaikan, engkau senantiasa taat, mengerjakan tugas-tugasmu sebagai seorang istri dengan senang hati tanpa keluhan. Engkau juga bisa berdandan dengan tampilan yang cantik yang tidak menyerupai kaum kafir, dan hanya terlihat oleh suamimu saja, semisal engkau senantiasa berdandan di kamar suamimu, untuk menyenangkan pandangannya, agar ia senantiasa ridho kepadamu. Mengapa banyak wanita enggan berdandan bagi suaminya, sedang mereka bisa saja berdandan berjam-jam saat ingin menghadiri sebuah acara. Mengapa begitu enggan untuk berbuat baik kepada suamimu, orang yang engkau cintai, yang memberikan sebagian hartanya untuk menafkahi dirimu, yang memberikan kehormatan kepadamu dengan gelar seorang istri,yang berusaha membahagiakanmu walau dia sendiri menderita di luaran sana bekerja keras mengumpulkan harta. Meski engkau tahu... Meski engkau sadar... Bahwa suamimu... mungkin saja hanya melihat sekilas kepadamu, di pagi hari... saat ia sibuk mempersiapkan diri menuju tempat kerjanya... jangan biarkan dirimu tampil seadanya, tidak perlu harus berdandan berlebihan. Hanya engkau membersihkan dirimu, dengan mandi, berbaju yang baik, memakai wewangian, meski hanya dengan sedikit make-up yang tipis.... Lepaskanlah suamimu saat akan berangkat kerjanya, dengan tampilan dirimu yang mempesona, dengan senyuman terindahmu... dengan do'a kebaikan darimu... Berikanlah pandangan yang indah kepadanya akan dirimu, sedang di luaran sana suamimu akan berjuang sekuat tenaga untuk menundukkan pandangannya, berikanlah ia memori yang indah untuk membantunya, saat engkau akan melepas kepergian suamimu menuju tempat kerjanya... dengan pesonamu, dengan indahnya senyumanmu... Jadikanlah dia ridho kepadamu... Tahukah engkau wahai para wanita... Berapa harga keridhoan dari suamimu?
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha , ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺃَﻳُّﻤَﺎ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﻣَﺎﺗَﺖْﻭَﺯَﻭْﺟُﻬَﺎ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﺭَﺍﺽٍ ﺩَﺧَﻠَﺖِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ
“Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk surga. ” (HR. Tirmidzi no. 1161 dan Ibnu Majah no. 1854. Abu Isa Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib . Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Jika seorang wanita beriman itu meninggal dunia lantas ia benar-benar memperhatikan kewajiban terhadap suaminya sampaisuami tersebut ridha dengannya, maka ia dijamin masuk surga. Sungguh betapa besarnya harga keridhaan suamimu itu, meski hanya engkau tempuh dengan sebuah senyuman dari bibirmu... Betapa mahal harga senyumanmu wahai para istri yang sholihah... Kadang mengerjakan tugas-tugas rumah tangga memang tidak mudah, mendidik dan mengatur anak-anak memang tidak mudah, seringkali hati menjadi tidak tenang dan amarah menyapa... namun jangan sampai engkau hilangkan senyumanmu bagi suamimu, karena harga senyumanmu itu begitu mahal... Tidakkah engkau pikirkan, bahwa suamimu di luaran sana menempuh fitnah dan cobaan yang lebih besar lagi dari dirimu, rasa lelah dan amarah yang lebih besar kadang menghampirinya saat ia berada di luar sana. Maka senyumanmu menjadi telaga yang sejuh dan menyegarkan baginya... Jangan biarkan senyumanmu itu pergi untuk suamimu... hingga di saat terakhir engkau mengantarkannya, menggenggam tangannya di saat sakaratul mautnya, saat-saat terakhir nafasnya. Tetaplah tersenyum dengan ridha disampingnya.
Allohul Musta'an.
Andi Abu Hudzaifah Najwa