Selasa, 06 Oktober 2015

PENGERTIAN ZUHUD DAN WARA'

�� BimbinganIslam.com
Senin, 21 Dzulhijjah 1436 H / 05 Oktober 2015 M
�� Ustadz Firanda Andirja, MA
�� Kitābul Jāmi' | Bab Az-Zuhd wa Al-Wara'
�� Pendahuluan | Pengertian Zuhud Dan Wara'
▶ Download Audio:
https://drive.google.com/file/d/0B1e0BM9z9hzYRURLNzB3UVRrQ2s/view?usp=docslist_api

➖➖➖➖➖

PENGERTIAN ZUHUD DAN WARA'

بِسْـــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن واله

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Kita masuk dalam bab yang baru dalam Kitābul Jāmi' dari Kitab Bulūghul Marām yaitu "Bab Az-Zuhd wal Wara'."

Bab yang menjelaskan tentang zuhud dan wara'.

Sesungguhnya kalimat zuhud dan wara' adalah dua kalimat yang sering digandengkan, akan tetapi dua kalimat ini memiliki perbedaan.

• ZUHUD •

Zuhud diambil dari kalimat زَهِدَ - يَزْهُدُ - زَهَادَةً (zahida - yazhudu - zahādatan), yang artinya menunjukkan makna "sedikit".

Zahīd (زَهِيْدٌ) maknanya qalīl (قَلِيْلٌ), yaitu sesuatu yang sedikit.

Oleh karenanya dalam ayat, tatkala Allãh menyebutkan kisah tentang Nabi Yūsuf 'alayhissalām yang dijual sebagai budak;

وَكَانُوا فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ

"Dan mereka membeli Yūsuf 'alayhissalām sebagai budak dengan harga yang sedikit."

(QS. Yūsuf 20)

Oleh karenanya, yang namanya zuhud secara bahasa artinya "sedikit".

• WARA' •

Adapun al wara' diambil dari kalimat وَرِعَ - يَرِعُ - وَرَعًا (wari'a - yari'u - wara'an). Wari'a (وَرِعَ) menunjukkan makna "menahan diri".

Oleh karenanya sebagian ulama membedakan antara zuhud dan wara', kata mereka bahwasanya:

◆ Zuhud

Yaitu menganggap sedikit suatu perkara yang SUDAH DIMILIKI.

Dia sudah mendapatkan barang tersebut, namun dia tidak memandangnya (menganggap itu kecil).

Inilah yang disebut dengan zuhud sejati, yaitu:

"Seseorang, mungkin dia memiliki harta yang sudah ada di tangannya namun dia memandang itu sedikit, dia tidak memandang itu sangat bernilai."

Dunia sudah ada di tangan dia namun dia tidak tertarik dengan dunia tersebut, yang dia tertarik adalah dengan akhirat.

Oleh karenanya dia zuhud terhadap dunia yang dia miliki.

Adapun wara',

◆ Wara'

Yaitu: "Dia menahan diri untuk tidak meraih SEBELUM dia pegang barang tersebut."

Artinya:

"Ada suatu (mungkin urusan dunia atau perkara yang meragukan) dia tinggalkan sebelum berada di tangannya."

Ini namanya wara'.

Sebagaimana Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, tatkala mendapati ada kurma kemudian Beliau tidak jadi memakan kurma tersebut, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam khawatir kurma tersebut adalah kurma shadaqah.

Dan kita tahu, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dilarang untuk makan dari sedekah, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menerima hadiah dan menolak sedekah.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak mengambil kurma tersebut, kenapa ?

Karena Beliau wara' (menahan diri).

Oleh karenanya tatkala Sofyan Ats Tsauriy rahimahullāh Ta'āla pernah ditanya:

"Siapakah orang yang zuhud?"

Maka Sofyan Ats Tsauriy berkata:

"Az-Zāhid, 'Umar bin 'Abdul 'Azīz."

(Yang zuhud adalah yang namanya 'Umar bin 'Abdul 'Azīz).

Kenapa ?

Karena 'Umar bin 'Abdul 'Azīz seorang raja & gubernur mulia di Madinah dan telah memiliki dunia (harta seluruhnya sudah di tangannya) tetapi dia zuhud (tidak memandang harta tersebut).

Dia menjadikan harta (seluruh kekayaan) yang dia miliki sebagai sarana untuk akhirat.

Jadi dia:

√ Raghbah fil ākhirāt (semangat untuk akhirat).

√ "Raghbah 'anid dunya" (tidak semangat dengan dunia yang dia miliki).

Ini baru yang disebut dengan zuhud sejati.

Bukanlah orang yang zuhud itu yang tidak punya apa-apa kemudian dia mengaku zuhud.

Ini dia memang tidak bisa, belum teruji (belum terbukti).

Kenapa?

Karena memang dia tidak bisa (tidak berkesempatan) memiliki apa-apa, maka orang ini bisa dikatakan "zuhud terpaksa", berbeda dengan "zuhud pilihan".

Kalau 'Umar bin 'Abdul 'Azīz rahimahullāh Ta'āla zuhud pilihan.

Kalau dia mau kaya (hidup bermewah mewah) mampu, akan tetapi ia tinggalkan itu semua karena dia zuhud, tidak terlalu tertarik dengan dunia.

Semua dunia tidak ada di hatinya melainkan dijadikan sarana untuk meraih akhirat.

Karena kita dapati sebagian orang mencela, misalnya:

"Kenapa si Fulan itu hidupnya seperti itu?"

Dia belum merasakan, dia merasa dirinya zuhud padahal dia belum teruji, dia hanya zuhud terpaksa karena dia tidak memiliki uang untuk memiliki harta benda tersebut.

Kapan dikatakan dia sebagai zuhud yang sejati ?

⑴ Kalau dia sudah diberi kemampuan untuk menguasai/meraih/mendapatkan dunia namun dia tidak melakukan itu.

Atau,

⑵ Dunia sudah ada di tangannya namun dijadikan dunia tersebut sebagai sarana untuk akhirat.

Maka itulah zuhud yang sejati.

Adapun wara' yaitu kita BELUM MEMILIKI sesuatu di hadapan kita, mau kita terjang, mau kita lakukan atau tidak, kita ragu..

"Jangan-jangan itu termasuk yang syubhat."

"Jangan-jangan termasuk perkara yang haram."

Maka ditinggalkan, itulah yang disebut dengan wara'.

Ini diantara perbedaan antara zuhud dan wara' yang disebutkan oleh sebagian ulama.

والله أعلم بالصواب

----------------------------------------------------
#BantuDakwahPapua II

�� Fokus kegiatan :
1. Akuisisi Radio Swasta Untuk Dakwah.
2. Program Kaderisasi Da'i Pribumi.
3. Bina Pesantren.
4. Pembangunan Sarana Ibadah

�� Salurkan Sedekah dan Infaq anda melalui :
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek  3310004579
| Kode Bank 147

Untuk memudahkan pencatatan laporan donasi
Mohon setelah transfer konfirmasi
�� SMS ke : 0878-8145-8000

Format konfirmasi :
#BantuDakwahPapua#Nama#Domisili#Tanggal Transfer#Nominal#

⚠ Contoh:
#BantuDakwahPapua#Sarrah#Solo#31/8/2015#500Rb#
〰〰〰〰〰〰〰〰
����������������