Kamis, 17 September 2015

Alim Adalah

[������ Alim Adalah Seorang Yang Telah Mengamalkan Ilmunya �� ]

Kalau seorang hamba tulus dalam beribadah dengan ikhlas kepada Allah dan tidak berniat mencari pujian manusia niscaya dia akan berjuang menundukkan hawa nafsunya di kala sendirian sebagaimana ketika dia bersama dengan orang-orang.

Dengan demikian, dia akan menjadi sosok ahli ilmu yang sejati, yang merasa takut kepada Allah ketika bersama orang lain maupun ketika sepi dan sendiri.

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Seorang yang berilmu masih terus disebut sebagai orang bodoh sampai beramal dengan ilmunya. Apabila dia telah mengamalkannya maka barulah dia menjadi orang yang alim.”

(HR. Al-Khathib Al-Baghdadi dalam Iqtidha’ al-Ilmi al-’Amala)

Oleh : Pusat Buku Sunnah

�� Share yuk mudah2an menjadi pembuka pintu kebaikan bagi sodara anda dan pahala yang semisal bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan
__________________________
Smoga bermanfaat
������������������

Sholat sunnah

RENUNGAN PKM (290)
4 DZULHIJJAH 1436.
QS: AL-HAJJ: 77.
MEMPERBANYAK SHALAT SUNNAH.
Allahu Akbar. Allahu Akbar.
LA ILAHA ILLALLAH.
Allahu Akbar. Allahu Akbar.
Walillahil Hamd.
Shalat sunnah adalah pelengkap shalat wajib.
Shalat sunnah adalah ikhtiar mulia untuk mendapatkan Cinta Allah.
Shalat sunnah adalah mujahadah untuk meraih Syurga.
Shalat sunnah rawatib secara rutin jaminannya ialah istana di Syurga.
Shalat tahajjud adalah shalat sunnah termulia.
Shalat Isyraq berpahala sama dengan pahala haji dan umrah.
Shalat dua rakaat sebelum shalat subuh, lebih baik dari dunia dengan semua isinya.
Shalat dhuha itulah shalatnya hamba yang bertaubat, berpahala sama dengan bersedekah melalui semua persendian dalam tubuh kita.
Shalat dua rakaat setiap selesai berwudhu' itulah amal unggulan Bilal bin Rabah Radhiyallahu 'Anhu.
Shalat sunnah itu ilmu dan cinta.
BERSAMA KITA SEMAKIN MENCINTAI SHALAT SUNNAH SESUAI SUNNAH.

Rabu, 16 September 2015

Cara gila jadi Pengusaha

Tulisan Much Nasrulloh Al-Jufri

Mentor bisnis saya, yaitu Bapak Purdi E. Chandra, owner Primagama Group, dulu sering menyelenggarakan seminar wirausaha dengan tema yang cukup fenomenal dan kontroversial, yaitu:
"CARA GILA JADI PENGUSAHA" Ribuan pengusaha Indonesia berhasil dicetak oleh beliau, seperti yang terkenal diantaranya adalah Ippho Santosa, Miming Pangarah, Rully Kustandar, Roy Shakti, dan banyak lagi.

Didalam seminar itu, salah satu yang beliau dorong dan anjurkan adalah utang bank. Ada satu kata-kata yang masih saya ingat betul dan saya yakini kebenarannya dulu, yakni "Hutang Itu Mulia".

Gimana ga mulia, tiap bulan kita ngasih uang ke bank, kasih angsuran dan bunga. Khan yang memberi lebih mulia dari yang menerima. Hmmm, masuk akal menurut saya waktu itu.

Tapi, pengalaman mengajarkan lain. Ternyata Riba itu menyengsarakan hidup saya, merendahkan saya di mata keluarga, dan menghinakan saya dihadapan masyarakat.

Lebih dari 13 tahun saya terjerat riba, yang akhirnya saya pun cabut dan komitmen untuk lepas dari riba.
Diluar dugaan, tidak lama kemudian, mentor bisnis saya Bapak Purdi E. Chandra ternyata juga mendeklarasikan taubat riba, bisa dilihat videonya: https://youtu.be/5aTQ3OJBs1w

Banyak pengusaha-pengusaha pemula yang masih bersikeras, tanpa bank mereka tidak bisa berkembang.
Tanpa bank, darimana mereka mendapatkan modal.
Tanpa bank, bagaimana bisnis mereka bisa diselamatkan.

Kalau ingat mereka yang ngeyel2 ini, saya seperti bercermin dan melihat diri saya sendiri beberapa tahun yang lalu. Tanpa bank, gimana bisnis saya bisa berkembang, atau minimal masih bertahan.

Akhirnya, setelah saya taubat riba, justru yang terjadi, bisnis saya melesat. Saya membangun proyek property yang pendanaanya tidak dari bank dan skema kredit/KPR-nya juga tanpa bank.

Di bulan pertama jualan property, saya berhasil menjual 23 unit property yang menghasilkan profit Rp. 3,5 Miliar, dan dalam setahun aset property saya meningkat menjadi Rp, 10 Miliar. Saat ini proses pengembangan property lagi senilai Rp. 40 Miliar. Dan semuanya, enaknya, ga perlu ngemis-ngemis minta diutangin bank.

Guru saya Bapak Heppy Trenggono, terjebak utang Rp. 63 Miliar. Begitu taubat riba, dan transaksi bisnis pertama tanpa riba tanpa utang yang beliau bukukan adalah Rp. 500 miliar, dan sekarang perkebunan sawitnya yang diperoleh dengan tanpa riba mencapai aset Rp. 6 Triliun rupiah dibawah bendera PT. Balimuda Group. Beliau mendirikan IIBF (Indonesia Islamic Business Forum), merupakan wadah untuk menggembleng ribuan pengusaha2 pejuang anti riba.

Sahabat saya Tanto Abdurrahman dari Yogyakarta, ketika berumur 23 tahun sudah terlibat riba Rp. 53 miliar. Begitu taubat riba, sekarang beliau memiliki berbagai usaha seperti pertambangan, tambak, percetakan, Biro haji Umroh, dll. Beliau sekarang juga mengelola 32 pondok pesantren takhfidz qur'an dengan ribuan santri.

Ada lagi, mas Saptuari Sugiharto dari Jogja pemilik Waralaba Kedai Digital, Pemenang Wirausaha Muda Mandiri, pengusaha muda, penulis buku, dan trainer bisnis yang sudah sangat terkenal diseluruh Indonesia, juga sekarang menjadi pejuang anti riba yang tidak kenal lelah.

Ada lagi Bapak Samsul Arifin SBC, seorang mantan CEO perusahaan multinasional, melalui berbagai seminar wirausaha dengan tagline‪#‎PengusahaTanpaRiba‬ berhasil menggebrak dan menyadarkan ribuan pengusaha2 Indonesia untuk cabut dari riba selamanya.

Masih banyak orang-orang hebat yang sekarang menjadi pejuang-pejuang anti riba.

Masih ragu, bisnis tanpa utang bank itu bisa?
Masih memilih menggantungkan nasibmu pada utang bank?
Silakan, itu hak anda. Silakan nikmati saja hari-hari melihat kalender, menghitung hari jatuh tempo angsuran.

Mengingat ketika saya dibangkrutkan 12 kali karena riba, saya sangat bersyukur sekali, ini tandanya Alloh masih sayang dengan saya. Dikasih waktu untuk sadar dan bertaubat. Mungkin kalau tidak dibikin bangkrut, saya akan terlena hidup dari riba, dan mati menanggung riba.

Jadi anda yang saat ini sedang bangkrut karena riba, lihat sisi positifnya, anda sedang diselamatkan Alloh, agar tidak semakin jauh terjebak riba. Anda sedang dipanggil untuk mendekat kepadaNYA. Ingat, ini cara Alloh menyayangimu.

Anda yang usahanya lancar karena riba, silakan introspeksi diri, didalam keharaman tapi bisnis anda dilancarkan. Apakah ini tanda-tanda Alloh sudah mengabaikanmu? Jangan-jangan Alloh sudah tidak mencintaimu?

Ingat sajalah Firman Alloh SWT: “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS. Qiyamah: 36)

Iya, semua ada pertanggung jawabannya. Jangan anda kira, Alloh akan lupa menghisab, menghitung dan memberikan balasan untuk setiap rupiah uang riba yang kau makan beserta anak dan istrimu.

Jika peringatan ini telah sampai kepadamu dan kau memilih untuk menolaknya, silakan saja. Tapi ingatlah ketika Rosululloh SAW bersabda: “Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia” (HR. Muslim)

Mungkin ada yang menolak dengan mengatakan:"Negara aja punya utang, ratusan juta orang juga punya utang!"

Ingatlah, banyak orang yang melakukan bukan menjadi dasar bahwa hal tersebut adalah kebenaran. Ibarat seluruh manusia di dunia melakukan riba, maka tidak akan menjadikan riba itu menjadi halal untukmu.

Alloh telah memperingatkan:
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS. Al-An’am: 116)

Jadi, silakan! Apakah anda akan mengikuti kebanyakan orang yang setuju dengan sistem ribawi? Ataukah anda memilih kembali ke jalan yang Alloh Ridhoi.

Semoga Bermanfaat dan barokah.

HUKUM MEMPERBANYAK UDHIYYAH (HEWAN QURBAN) DALAM SATU RUMAH

��⚡ HUKUM MEMPERBANYAK UDHIYYAH (HEWAN QURBAN) DALAM SATU RUMAH

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah

………………………………………

❓❓ "Apakah termasuk sunnah memperbanyak udhiyyah(hewan qurban) dalam satu rumah?"

�� Jawab :
"Yang sunnah adalah TIDAK BERMEGAH-MEGAHAN dalam udhiyyah dengan banyaknya jumlah. Karena ini termasuk BERLEBIHAN.

Karena di kalangan sebagian manusia sekarang: kamu dapati seorang suami menyembelih qurban untuk dirinya dan keluarganya sebagaimana dulu dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, demikian juga Salafush Shalih juga melakukan itu.

�� Namun kemudian istrinya mengatakan, "aku juga ingin berqurban sendiri."
Anak perempuannya juga mengatakan, "Aku juga ingin berqurban."
Saudari perempuannya juga mengatakan, "Aku juga ingin berqurban."
�� Sehingga terkumpullah banyak hewan qurban dalam satu rumah.

����⭕ ini menyelisihi apa yang diamalkan oleh para Salafush Shalih.
Karena makhluk termulia Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam tidaklah berqurban kecuali seekor kambing diperuntukkan bagi beliau dan keluarganya.
����  Sebagaimana yang sudah diketahui, bahwa beliau memiliki sembilan isteri, yakni berarti ada sembilan rumah.
�� MESKIPUN DEMIKIAN, BELIAU TIDAKLAH BERQURBAN KECUALI SEEKOR KAMBING diperuntukkan bagi beliau dan keluarganya. kemudian beliau berqurban seekor lagi, diperuntukkan bagi umatnya.

�� Demikian pula dulu di kalangan para sahabat pun, seseorang berqurban dengan seekor kambing diperuntukkan baginya keluarganya.

⚠ Maka apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang pada hari ini, maka itu adalah PEMBOROSAN.
�� Kami katakan kepada mereka yang berqurban dengan cara tersebut: 'jika kalian memiliki kelebihan uang, maka di sana masih banyak kaum muslimin di muka bumi yang sangat membutuhkannya.'

�� dari Silsilah Liqa Al-Bab al-Maftuh, Al-Imam Al-'Utsaimin, kaset no 92.

----------------------
���� Majmu'ah Manhajul Anbiya

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

SUNNAH YANG TERABAIKAN DI BULAN DZULHIJJAH

SUNNAH YANG TERABAIKAN DI BULAN DZULHIJJAH

Sahabat fillah..
Memperbanyak takbir, tahlil dan tahmid merupakan amalan yang sangat dianjurkan pada 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah. Hal ini berdasarkan hadits yg diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibnu Abbas -radhiallahu anhu- bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ

“Tidak ada hari-hari yg lebih agung di sisi Allah dan amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yg sepuluh (sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah), karenanya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid pada hari-hari itu.” (HR. Ahmad. Sanad hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh Ahmad Syakir).

Imam Bukhari mengatakan, "Dahulu Umar -radhiallahu anhu- mengumandangkan takbir di dalam kemahnya saat berada di Mina, lalu penghuni masjid mendengarnya, mereka pun bertakbir, dan orang-orang dipasar pun ikut bertakbir hingga Mina dipenuhi oleh gema takbir"

Alangkah indahnya nuansa Dzulhijjah di zaman itu. Namun sangat disayangkan, amalan penuh berkah itu kini perlahan mulai hilang & terabaikan. Tidak hanya orang awam, bahkan sebagian orang sholeh pun seringkali lalai darinya, sangat jauh berbeda dengan kondisi pada zaman salafussholeh dulu. Oleh karena itu, mari bersama menghidupkan kembali sunnah yang mulia ini.

Catatan:

Disunnahkan untuk mengeraskan takbir, baik di jalanan, di pasar-pasar, dan diatas pembaringan sebagaimana praktek salafussholeh.

Berikut ini beberapa bentuk lafdz takbir yang disunnahkan:

1. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Kabiiran
2. Allahu Akbar, Allahu Akbar, la Ilaaha Illallahu Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
3. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, la Ilaaha illa lahu Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.

Wallahu a'lam
_________________
Madinah 1 Dzulhijjah 1436 H
ACT El-Gharantaly

✒Oleh Al-Ustâdz Aan Chandra Thalib El-Gharantaly Hafizhahullâh
��BBM Broadcast Al-Ustâdz Aan Chandra Thalib El-Gharantaly Hafizhahullâh

♻Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
��Grup WA & TG Dakwah Islam
��TG Bot : @DakwahIslamBot

Share yuk semoga teman anda mendapat faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka pintu amal kebaikan bagi anda. َآمِينَ يَا رَبَّ الْعَالَمِين.

#DakwahSunnah
#SyiahBukanIslam
#IndonesiaBertauhid

Tidak Boleh Menyebut Orang Tua, Ulama, Guru dengan Namanya Saja

Tidak Boleh Menyebut Orang Tua, Ulama, Guru dengan Namanya Saja
------------------------------------------------

Ini salah satu adab yang diajarkan dalam Islam dan diajarkan oleh ulama kita saat menyebut nama orang tua maupun guru atau ahli ilmu (Syaikh, Ulama, Ustadz, Kyai, dan semacam itu), tidak boleh menyebut dengan nama mereka saja. Baiknya disertakan dengan panggilan Imam, Syaikh, Ustadz, Kyai, Ayah, Ibu, dan seterusnya. Panggilan tersebut disesuaikan dengan panggilan di tengah masyarakat yang dianggap santun.

Imam Nawawi rahimahullah menerangkan:

Disunnahkan bagi anak, murid, atau seorang pemuda ketika menyebut ayahnya, guru dan tuannya agar tidak dengan menyebut nama saja.

Diriwayatkan dalam Kitab Ibnu As-Sunni, dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan jalan di depannya, jangan membantahnya, jangan duduk sebelum ia duduk, jangan memanggilnya cuma dengan namanya saja.” Yang dimaksud jangan membantah adalah membantah orang tua ketika orang tua mengingatkan keras atau mengajari adab pada kita.

Dari ‘Abdullah bin Zahr, ia berkata, “Termasuk durhaka pada orang tua adalah engkau memanggil orang tua dengan namanya saja dan engkau berjalan di depannya.” (Al-Majmu’, 8: 257)

Termasuk dalam hal ini adalah adab ketika bergaul dengan yang lebih tua. Kalau di tempat kita biasa memanggil dengan panggilan “mas” atau “bang” atau “kang”, maka jangan hanya dipanggil dengan namanya saja. Itu bagian dari adab. Ini adalah adat ketimuran kita yang bisa dilestarikan dan tak dilarang oleh Islam.

Ibnu Taimiyah berkata,

وَالْأَصْلُ فِي الْعَادَاتِ لَا يُحْظَرُ مِنْهَا إلَّا مَا حَظَرَهُ اللَّهُ

“Hukum asal adat (kebiasaan masyarakat) adalah tidaklah masalah selama tidak ada yang dilarang oleh Allah di dalamnya” (Majmu’ah Al-Fatawa, 4: 196).

Semoga bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq.

Sore hari, 23 Dzulqa’dah 1436 H, 4: 51 PM, di Bale Ayu Imogiri Timur

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Ikuti update artikel Rumaysho.Com di Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat (sudah 3,6 juta fans), Facebook Muhammad Abduh Tuasikal, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom

LUASNYA SURGA

��BimbinganIslam.com
Senin, 30 Dzulqa'dah 1436 H / 14 September 2015 M
�� Materi Tematik
�� Ustadz Firanda Andirja,  MA
�� Luasnya Surga
https://www.dropbox.com/s/8jyh7zn8q5ik6i6/luasnya%20surga.mp3?dl=0
�� Video Source: http://yufid.tv/ceramah-singkat-luasnya-surga-ustadz-firanda-andirja-ma/
➖➖➖➖➖➖➖

LUASNYA SURGA

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman dalam Al Qurān:

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

"Dan bersegeralah kalian kepada ampunan Allāh dan bersegeralah kalian menuju surga Allāh yang luasnya seluas langit dan bumi yang Allāh siapkan bagi orang-orang yang bertaqwa."

(QS. Ali Imran : 133)

Allāh mengatakan, "Surga yang luasnya seluas langit dan bumi," namun kalau kita perhatikan dalam bahasa Arab sebagaimana dijelaskan sebagian ahli tafsir, Allāh dalam ayat ini menggunakan kalimat wal ardh (وَالْأَرْض) dan ardh (الأرض) artinya lebar.

Kalau kita terjemahkan secara "leterlek" artinya:

"Bersegeralah menuju surga Allāh yang lebarnya selebar langit dan bumi."

Nah, kalau disebut lebarnya sudah seperti langit dan bumi, bagaimana lagi dengan panjangnya?

Oleh karenanya sebagian ulamaa mengatakan, "Surga itu lebih luas daripada langit dan bumi."

Allāh menyebutkan tentang langit dan bumi sebagai pendekatan saja karena itulah yang bisa kita saksikan; bumi dan langit.

Akan tetapi sebenarnya surga lebih luas daripada langit dan bumi.

Kalau seandainya surga itu luasnya seperti langit, maka itu sudah sungguh luar biasa.

Langit adalah makhluk yang paling besar yang bisa kita lihat dengan mata kita.

Ada makhluq-makhluq yang lebih besar daripada langit, seperti: 'Arsy Allāh, Kursi Allāh, akan tetapi tidak bisa kita lihat, yang bisa kita lihat dengan mata kita adalah langit.

Kita lihat begitu luas, yang ada di atas kita.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan tentang dahsyatnya penciptaan langit.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

أَأَنتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا

"Apakah kalian penciptaannya lebih hebat ataukah langit yang Kami ciptakan?"

(QS. An-Nāziāt : 27)

Langit lebih hebat, langit lebih besar dan lebih luas daripada manusia.

Dalam ayat yang lain, kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ

"Dan langit yang Kami bangun dengan kekuatan Kami dan sungguh Kami meluaskan langit tersebut (sungguh luas langit ini)."

(Adz-Dzāriyāt : 47)

Kita tahu dalam langit ada matahari, rembulan, bintang-bintang, planet-planet, galaksi-galaksi. Kita tidak tahu mana pangkal dari langit tersebut dan mana ujung langit tersebut .

Kalau seandainya surga ini seluas langit maka sudah sangat luas. Bagaimana lagi kalau ternyata lebih luas daripada langit ?

Oleh karenanya ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, saya akan sebutkan suatu hadist yang menggambarkan tentang luasnya surga.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda dalam suatu hadist :

إنِّى لأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولاً الْجَنَّةَ رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ حَبْوًا فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلأَى. فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ – قَالَ – فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلأَى فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا

"Sungguh aku mengetahui seorang yang paling terakhir keluar dari neraka jahannam dan seorang yang paling terakhir masuk ke dalam surga."

Dalam hadist ini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan tentang orang yang paling rendah di surga.

Kita ingin tahu seluas apakah kapling yang Allāh berikan kepada penghuni surga yang paling rendah ini.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan, "Dialah orang yang paling terakhir keluar dari neraka jahanam dan dialah orang terakhir yang masuk surga."

Dalam riwayat, kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

فهو يمشي مرة ويكبو مرة

"Terkadang dia berjalan dan terkadang dia tersungkur di atas wajahnya."

Dalam riwayat yang lain yahbu (يحبو: merangkak) baru keluar dari neraka jahanam.

Tatkala dia keluar dia berkata:

تَبَارَكَ الَّذِي نَجَّانِي مِنْكِ لَقَدْ أَعْطَانِي اللَّهُ شَيْئًا مَا أَعْطَاهُ أَحَدًا مِنَ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ

"Sungguh, Maha Suci Allāh yang telah menyelamatkan aku dari engkau wahai neraka. Sungguh, Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah memberikan kepadaku suatu kenikmatan yang tidak pernah Allāh berikan kepada seorangpun, al-awwalīn wal ākhirīn, seorangpun tidak pernah diberikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

Sungguh bahagia tatkala dia diselamatkan dari neraka jahanam.

Lalu Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan kepada dia:

"Pergilah engkau dan masuklah engkau ke dalam surga."

Maka dihayalkan bagi dia ternyata surga sudah penuh.

Ini hayalan dia.

Maka dia mengatakan: "Ya Allāh, aku dapati surga sudah penuh."

Padahal belum penuh karena surga sangat luas.

Maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkata kepada dia:

"Bagi engkau dunia dan 10 kali lipatnya."

Jadi orang ini adalah orang yang paling rendah di surga , kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً

"Ini adalah orang yang paling rendah kedudukannya di surga.

(HR. Bukhari no. 6571, 7511 dan Muslim no. 186, dari Ibnu Mas'ūd radhiyallāhu Ta'āla 'anhu)

Maka ternyata dia mendapatkan kapling seluas bumi dan 10 kali lipat, jadi 11 kali lipat dunia ini.

Sungguh luas kapling yang dia dapatkan. Ini penghuni surga yang paling rendah, bagaimana yang lebih tinggi lagi?

Oleh karenanya ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,
Surga sangatlah luas. Kalau seorang yang paling rendah dia mendapatkan kapling seluas 11 kali lipat dunia, maka sungguh luar biasa.

Kita bayangkan, tidak usah jauh-jauh kalau dia menjadi penguasa Banjarmasin saja berarti dia sudah hebat, apalagi misalnya dia penguasa Jakarta.

Semuanya tunduk sama dia, semua kapling milik dia, dia bahagianya luar biasa.

Bagaimana kalau penguasa Indonesia?

Bagaimana lagi kalau menjadi Raja Saudi?

Bagaimana tidak bahagia?

Bagaimana lagi kalau raja dunia? Seluruh dunia ini milik dia.

Ini bagaimana lagi kalau sepuluh kali lipat dunia?

Kapling/kerajaannya 10 kali kali lipat dunia, 11 kali kali lipat dunia. Dan tatkala kita mengatakan kapling yang dia miliki 11 kali lipat dunia luasnya, bukan berarti tanah kosong , tidak berisi tidak ada kenikmatan, tidak.

Maksud kita adalah 11 kali lipat dunia luas kaplingannya dan berisi dengan kenikmatan, panorama yang indah, pemandangan yang menyejukkan pandangannya, kelezatan - kelezatan, 11 kali lipat dunia!

Oleh karenanya ini adalah kenikmatan yang luar biasa yang Allāh berikan kepada penghuni surga.

Karenanya, tatkala kita mengetahui surga sangat luas dan penghuni surga paling rendah luar biasa kaplingannya seperti itu, maka kita harus bersemangat untuk masuk surga.

Tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberi motivasi kepada para shahābat dalam perang Badar.

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

قُومُوا إِلَى جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ. جَنَّةٌعَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ؟ قَالَ : نَعَمْ ، قَالَ : بَخٍ بَخٍ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا يَحْمِلُكَ عَلَى قَوْلِكَ : بَخٍ بَخٍ ؟ قَالَ : لا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِلا رَجَاءَ أَنْ أَكُونَ مِنْ أَهْلِهَا ، قَالَ : " فَإِنَّكَ مِنْ أَهْلِهَا " , فَأَخْرَجَ تَمَرَاتٍ مِنْ قَرْنِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ مِنْهُنَّ ، ثُمَّ قَالَ : أَئِنْ أَنَا حَيِيتُ حَتَّى آكُلَ تَمَرَاتِي هَذِهِ إِنَّهَا لَحَيَاةٌ طَوِيلَةٌ ، قَالَ : فَرَمَى بِمَا كَانَ مَعَهُ مِنَ التَّمْرِ ثُمَّ قَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ .

"Bangkitlah kalian menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi."

Maka ada seorang shahābat bernama 'Umair bin Humam Al-Anshāriy radhiyallāhu 'anhu, dia berkata:

Ya Rasūlullāh, surga yang luasnya seluas langit dan bumi?"

Kata Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wassallam: "Ya"

Maka dia mengatakan: "Bakhin bakhin."

⇒Bakhin bakhin dalam bahasa arab artinya ungkapan untuk menunjukkan kekaguman, seakan-akan dia berkata: "Wow , hebat!"

Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata, "Wahai Umayr, apa yang membuat engkau berucap "bakhin bakhin"?"

Kenapa kau kagum, apa yang kau ucapkan menunjukkan engkau takjub.

Kata Umayr bin Humam radiyallahu 'anhu:

"Tidak ada apa-apa ya Rasūlullāh, kecuali hanya aku berharap aku termasuk dari penghuni surga yang luasnya seluas langit dan bumi."

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

"Sesungguhnya engkau termasuk penghuni surga."

Maka tatkala dia mendengar vonis dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bahwasanya dia termasuk penghuni surga , maka diapun mengeluarkan kurmanya. Maka diapun mulai makan dari butiran-butiran kurma dia tersebut.

Kemudian dia berkata:

"Kalau saya harus hidup sampai selesai makan dari kurma ini seluruhnya, maka ini kehidupan yang sangat panjang."

Maka diapun lempar kurmanya, maka diapun segera masuk ke dalam medan pertempuran, akhirnya beliau mati syahid, rahiyallahu Ta'ala anhu.

(HR. Muslim, dari shahābat Anas bin Mālik)

Dan ini menunjukkan bagaimana semangat para shahābat untuk segera masuk surga.

Oleh karenanya ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Jangan terperdaya dengan dunia ini, dunia ini sempit, kemudian kenikmatan yang ada terbatas. Betapapun kenikmatan yang anda lihat, maka itu sangat rendah dibandingkan dengan surga.

Kalau di surga anda menjadi penghuni surga yang paling rendah, minimal anda mendapatkan 11 kali lipat dunia atau 10 kali lipat dunia berisi dengan kenikmatan-kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata anda, tidak pernah di dengar oleh telinga anda, bahkan tidak pernah terbetik dalam benak anda.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita orang - orang yang bersemangat untuk menuju surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan meraih keridha-anNya.

و صلى الله على نينا محمد و على آله وصحبه وسلم
➖➖➖➖➖
Bismillāhirrahmānirrahīm

Program Tebar Qurban Cinta Sedekah kami tutup hari ini Senin, 30 Dzulqo'dah 1436 H.
Dan kepada shahibul qurban kami mengucapkan  jazākumullāhu khairan,  semoga Allāh Subhānahu wa Ta'ala menerima amalan antum serta memberkahi harta atum.

Data  Tebar Qurban Cinta Sedekah
⏰Update 30 Dzulqa'dah 1436H

Paket Sapi A = 4 ekor
Paket Sapi B = 3 ekor

Paket Kambing A = 46 ekor
Paket Kambing B = 14 ekor
Paket Kambing C = 5 ekor

Jumlah
Sapi 7 ekor
Kambing 65 ekor

�� Untuk data shahibul qurban  http://goo.gl/iLE2UN
➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Selasa, 15 September 2015

Wajibkah Umroh?

Wajibkah Umroh?
Mar 22, 2011Muhammad Abduh Tuasikal, MScHaji Umrah0 Komentar

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Kita sudah tahu dan jelas bagaimana hukum menunaikan ibadah haji. Namun bagaimanakah hukum menunaikan ibadah umroh, yang di dalamnya ada dua ritual ibadah utama yaitu thowaf mengelilingi ka’bah dan sa’i antara Shofa dan Marwah?
Dalam masalah ini ada khilaf (silang pendapat) di antara para ulama. Ulama Malikiyah, kebanyakan ulama Hanafiyah berpendapat bahwa ‘umroh itu sunnah muakkad, yaitu ‘umroh sekali seumur hidup.
Sedangkan sebagian ulama Hanafiyah lainnya berpendapat bahwa ‘umroh itu wajib sekali seumur hidup karena menurut istilah mereka sunnah muakkad itu wajib.
Pendapat yang paling kuat dari Imam Syafi’i, juga menjadi pendapat ulama Hambali, ‘umroh itu wajib sekali seumur hidup. Imam Ahmad sendiri berpendapat bahwa ‘umroh tidak wajib bagi penduduk Makkah karena rukun-rukun ‘umroh yang paling utama adalah thowaf keliling Ka’bah. Mereka, penduduk Makkah, sudah sering melakukan hal ini, maka itu sudah mencukupi mereka.
Ulama Hanafiyah dan Malikiyah berdalil bahwa ‘umroh itu hukumnya sunnah dengan dalil,
حديث جابر بن عبد اللّه رضي الله عنهما قال : « سئل رسول اللّه صلى الله عليه وسلم عن العمرة أواجبة هي ؟ قال : لا ، وأن تعتمروا هو أفضل » .
Hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai ‘umroh, wajib ataukah sunnah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak. Jika engkau berumroh maka itu afdhol.” (HR. Tirmidzi no. 931, sanad hadits ini dho’if sebagaimana kata Syaikh Al Albani)
وبحديث طلحة بن عبيد اللّه رضي الله عنه : « الحجّ جهاد والعمرة تطوّع » .
Hadits Tholhah bin ‘Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu, “Haji itu jihad dan ‘umroh itu tathowwu’ (dianjurkan).” (HR. Ibnu Majah no. 2989, hadits ini dho’if sebagaimana kata Syaikh Al Albani)
Sedangkan ulama Syafi’iyah dan Hambali berpendapat bahwa ‘umroh itu wajib sekali seumur hidup dengan alasan firman Allah Ta’ala,
وَأَتِمُّواْ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّهِ
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah.” (QS. Al Baqarah: 196). Maksud ayat ini adalah sempurnakanlah kedua ibadah tersebut. Dalil ini menggunakan kata perintah, hal itu menunjukkan akan wajibnya haji dan umroh.
Juga dalil lainnya adalah,
وبحديث عائشة رضي الله تعالى عنها قالت : « قلت : يا رسول اللّه هل على النّساء جهاد ؟ قال : نعم ، عليهنّ جهاد لا قتال فيه : الحجّ والعمرة » .
Dengan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah wanita juga wajib berjihad?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya. Dia wajib berjihad tanpa ada peperangan di dalamnya, yaitu dengan haji dan ‘umroh.” (HR. Ibnu Majah no. 2901, hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani). Jika wanita saja diwajibkan ‘umroh karena itu adalah jihad bagi wanita muslimah, lantas bagaimanakah dengan pria?
Pendapat yang terkuat dalam hal ini, ‘umroh itu wajib bagi yang mampu sekali seumur hidup. Sedangkan pendapat yang menyatakan hukumnya sunnah (mu’akkad) berdalil dengan dalil yang lemah (dho’if) sehingga tidak bisa dijadikan hujjah. Jadi bagi yang mampu, sekali seumur hidup berusahalah tunaikan umroh. Namun perlu diketahui bahwa ibadah ‘umroh ini bisa langsung ditunaikan dengan ibadah haji yaitu dengan cara melakukan haji secara tamattu’ atau qiran. Karena dalam haji tamattu’ dan haji qiran sudah ada ‘umroh di dalamnya. Wallahu a’lam.
Moga Allah beri kita kemudahan dalam setiap ibadah.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Reference: Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, index: ‘Umroh, 30/314, terbitan Kementrian Agama dan Urusan Islam, Kuwait

Riyadh-KSA, 16 Rabi’uts Tsani 1432 (21/03/2011)
www.rumaysho.com

Pembodohan Massal

PEMBODOHAN MASAL
����������������

Kala itu presiden pertama bangasa indonesia dengan tegas mengatakan "berikan aku 10 pemuda maka akan aku guncang dunia"

Jauh sebelum itu rasulullah s.a.w telah menunjukan besarnyaa potensi pemuda tuk meraih kemengan. Di antaranya di tunjuknya usamah bin zaid menjadi panglima perang pada usia 18 tahun. Atab bin Usaid. Diangkat oleh Rasul Shallallahu’alaihi wasallam sebagai gubernur Makkah pada umur 18 tahun. Dan juga Al Arqam bin Abil Arqam 16 tahun. Menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah Rasul Shallallahu’alahi wasallam selama 13 tahun berturut-turut.

Dari sejarah dapat di ketahui betapa hebatnya kepribadian pemuda saat itu. Kecerdasan akal, kuatnya fisik, tajamnya daya analisa, dan kuatnya iman menjadi kunci kegemilangan. Maka pahamilah jasmerah (jangan sekali kali melupakan sejarah.
Lebih dari setengah penduduk indonesia di dominasi oleh pemuda. Sebuah hal ironi besarnya potensi itu tak menyebabkan kemajuan cepat. Justru seakan berjalan ditempat bangsa besar ini.

Ada sekenario PEMBODOHAN MASAL pada bangsa ini. Namun sangat disayangkan tak banyak yang menyadarinya. Padahal tujuan pembodohan masal ini agar kekayaan alam indonesia dapat di jarah tanpa susah payah. Diantara program pembodahan masal itu ialah:

1. Film/sinetron tak bermutu
Tak semua yang disajikan dalam tv itu menyajikan kebenaran & kebaikan. Namun bisa jadi menyajikan kebusukan & keburukan. Acara yang mengajarkan Pacaran, merokok, pelukan, ciuman, perceraian, pembunuhan, narkoba, bolos sekolah dkk merupakan acara kotor yang berbahaya bagi karakter pemuda bangsa. jangan heran selama acara itu masih diizinkan pemerintah maka grafik pemerkosaan, tawuran, free sex akan tinggi.

2. Mangaburkan pentingnya politik
Disayangkan Media masa masih banyak yang dengan teguh memegang prinsip Bad news Is Good News. Sehingga para koruptor lebih eksis ketimbang pejabat yang sukses dengan programnya. & ini dapat menyebabkan rasa jijik terhadap politik yang imbasnya indonesia sangat besar kemungkinan krisis kepemimpinan.

3. Minimnya jam Pelajaran Agama
Tak ada aturan yang lebih baik daripada agama. Dengan keteguhan iman yang kuat muhammad Alfatih sukses meraih kemenangan mengislamkan konstantinopel. Ya, keluarganya telah sukses mendidik al.fatih dengan agam yang benar. Namun IRONI di negara yang MAYORITAS muslim justru jam pelajaran agama sangat MINIM. padahal iman lah yang membentuk kepribadian sesorang. Ini adalah beberapa strategi PEMBODOHAN MASAL yang dengan konsisten terus dijalankan.

Meningkatkan kecintaan pemuda kepada Al qur'an adalah satu satunya cara untuk mengembalikan jati diri pemuda bangsa. Dengan itu maka kejayaan akan cepat diraih bangsa ini. Karena akan banyak hadir pemuda yang kreatif, inofatif & produktif. Sebab cerdas akal & kuatnya iman. Dan indonesia dengan pemanfaatan maksimal SDA nya oleh pemuda cerdas & beriman maka akan tercapai negara yang adil & sejahtera. STOP & lawan PEMBODOHAN MASAL.

Oleh: @AnwarKhalifah
             52D58ED8
✨✨✨✨✨✨✨✨✨
Official Account :
FbFp: Forkib
Twitter : @forkib_banten
Blog : forkib.blogspot.com
WhatsApp : +6281315181786
BBM : 52320057

Div. Dakwah dan Kaderisasi, Forum Komunikasi Ikhwah Banten

ULANG TAHUN

Landasan AgamaAqidahManhajAl-QuranHaditsTafsirPenyejuk HatiAkhlaq dan NasehatTazkiyatun NufusFiqh dan MuamalahFiqh dan MuamalahKaidah FiqihRamadhanDoa dan WiridDoa dan ZikirKolom UlamaFatwa UlamaNasehat UlamaBiografiJejak IslamJejak IslamSejarah IslamInfo IslamiInfo Dauroh dan KajianInfo Lembaga PendidikanInfo Lowongan Kerja

 

Sikap Yang Islami Menghadapi Hari Ulang Tahun

Ada hari yang dirasa spesial bagi kebanyakan orang. Hari yang mengajak untuk melempar jauh ingatan ke belakang, ketika saat ia dilahirkan ke muka bumi, atau ketika masih dalam …

By Yulian Purnama 25 June 2010

 79  36350  137

Ada hari yang dirasa spesial bagi kebanyakan orang. Hari yang mengajak untuk melempar jauh ingatan ke belakang, ketika saat ia dilahirkan ke muka bumi, atau ketika masih dalam buaian dan saat-saat masih bermain dengan ceria menikmati masa kecil. Ketika hari itu datang, manusia pun kembali mengangkat jemarinya, untuk menghitung kembali tahun-tahun yang telah dilaluinya di dunia. Ya, hari itu disebut dengan hari ulang tahun.

Nah sekarang, pertanyaan yang hendak kita cari tahu jawabannya adalah: bagaimana sikap yang Islami menghadapi hari ulang tahun?

Jika hari ulang tahun dihadapi dengan melakukan perayaan, baik berupa acara pesta, atau makan besar, atau syukuran, dan semacamnya maka kita bagi dalam dua kemungkinan.

Kemungkinan pertama, perayaan tersebut dimaksudkan dalam rangka ibadah. Misalnya dimaksudkan sebagai ritualisasi rasa syukur, atau misalnya dengan acara tertentu yang di dalam ada doa-doa atau bacaan dzikir-dzikir tertentu. Atau juga dengan ritual seperti mandi kembang 7 rupa ataupun mandi dengan air biasa namun dengan keyakinan hal tersebut sebagai pembersih dosa-dosa yang telah lalu. Jika demikian maka perayaan ini masuk dalam pembicaraan masalah bid’ah. Karena syukur, doa, dzikir, istighfar (pembersihan dosa), adalah bentuk-bentuk ibadah dan ibadah tidak boleh dibuat-buat sendiri bentuk ritualnya karena merupakan hak paten Allah dan Rasul-Nya. Sehingga kemungkinan pertama ini merupakan bentuk yang dilarang dalam agama, karena Rasul kita Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak” [HR. Bukhari-Muslim]

Perlu diketahui juga, bahwa orang yang membuat-buat ritual ibadah baru, bukan hanya tertolak amalannya, namun ia juga mendapat dosa, karena perbuatan tersebut dicela oleh Allah. Sebagaimana hadits,

أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ

“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR. Bukhari no. 7049)

Kemungkinan kedua, perayaan ulang tahun ini dimaksudkan tidak dalam rangka ibadah, melainkan hanya tradisi, kebiasaan, adat atau mungkin sekedar have fun. Bila demikian, sebelumnya perlu diketahui bahwa dalam Islam, hari yang dirayakan secara berulang disebut Ied, misalnya Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat merupakan hari Ied dalam Islam. Dan perlu diketahui juga bahwa setiap kaum memiliki Ied masing-masing. Maka Islam pun memiliki Ied sendiri. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

إن لكل قوم عيدا وهذا عيدنا

“Setiap kaum memiliki Ied, dan hari ini (Iedul Fitri) adalah Ied kita (kaum Muslimin)” [HR. Bukhari-Muslim]

Kemudian, Ied milik kaum muslimin telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya hanya ada 3 saja, yaitu Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat. Nah, jika kita mengadakan hari perayaan tahunan yang tidak termasuk dalam 3 macam tersebut, maka Ied milik kaum manakah yang kita rayakan tersebut? Yang pasti bukan milik kaum muslimin.
Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,

من تشبه بقوم فهو منهم

“Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagian dari kaum tersebut” [HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Hibban]

Maka orang yang merayakan Ied yang selain Ied milik kaum Muslimin seolah ia bukan bagian dari kaum Muslimin. Namun hadits ini tentunya bukan berarti orang yang berbuat demikian pasti keluar dari statusnya sebagai Muslim, namun minimal mengurangi kadar keislaman pada dirinya. Karena seorang Muslim yang sejati, tentu ia akan menjauhi hal tersebut. Bahkan Allah Ta’ala menyebutkan ciri hamba Allah yang sejati (Ibaadurrahman) salah satunya,

والذين لا يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما

“Yaitu orang yang tidak ikut menyaksikan Az Zuur dan bila melewatinya ia berjalan dengan wibawa” [QS. Al Furqan: 72]

Rabi’ bin Anas dan Mujahid menafsirkan Az Zuur pada ayat di atas adalah perayaan milik kaum musyrikin. Sedangkan Ikrimah menafsirkan Az Zuur dengan permainan-permainan yang dilakukan adakan di masa Jahiliyah.

Jika ada yang berkata “Ada masalah apa dengan perayaan kaum musyrikin? Toh tidak berbahaya jika kita mengikutinya”. Jawabnya, seorang muslim yang yakin bahwa hanya Allah lah sesembahan yang berhak disembah, sepatutnya ia membenci setiap penyembahan kepada selain Allah dan penganutnya. Salah satu yang wajib dibenci adalah kebiasaan dan tradisi mereka, ini tercakup dalam ayat,

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya” [QS. Al Mujadalah: 22]

Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin -rahimahllah- menjelaskan : “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik, kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan ketaatanNya. Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya. Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya dan buruk amalannya.

Karena itulah, sebagian ulama tidak menyukai do’a agar dikaruniakan umur panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan : “Semoga Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan keterangan “Dalam ketaatanNya” atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa. Alasannya umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk -semoga Allah menjauhkan kita darinya- hanya akan membawa keburukan baginya, serta menambah siksaan dan malapetaka” [Dinukil dari terjemah Fatawa Manarul Islam 1/43, di almanhaj.or.id]

Jika demikian, sikap yang Islami dalam menghadapi hari ulang tahun adalah: tidak mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa dalam menghindari perayaan semacam itu. Mensyukuri nikmat Allah berupa kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap saat bukan setiap tahun. Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau acara khusus, Allah Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di dalam dada. Demikian juga refleksi diri, mengoreksi apa yang kurang dan apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita selayaknya menjadi renungan harian setiap muslim, bukan renungan tahunan.
Wallahu’alam.

Sumber: http://www.almanhaj.or.id/content/1584/slash/0 dan http://www.saaid.net/Doat/alarbi/6.htm

Penulis: Yulian Purnama

Artikel www.muslim.or.id

 Alhamdulillah berman

Bulan Haji

Bulan Dzulhijah

Asal Penamaan Secara bahasa, Dzulhijjah arab: ذو الحجة terdiri dari dua kata: Dzul arab: ذو , yang artinya pemilik dan Al Hijjah arab: الحجة , yang artinya …

By Ummu Sa'id October 26, 2011

 142  5

Asal Penamaan

Secara bahasa, Dzulhijjah [arab: ذو الحجة ] terdiri dari dua kata: Dzul [arab: ذو ], yang artinya pemilik dan Al Hijjah [arab: الحجة ], yang artinya haji. Dinamakan bulan Dzulhijjah, karena orang arab, sejak zaman jahiliyah, melakukan ibadah haji di bulan ini. Orang arab melakukan ibadah haji sebagai bentuk pelestarian terhadap ajaran Nabi Ibrahim shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Tahdzibul Asma’, 4/156)

Ada beberapa hari khusus di bulan Dzulhijjah. Hari-hari khsusus ini memiliki nama khusus, diantaranya adalah:

Hari tarwiyah [arab: التروية ] : tanggal 8 Dzulhijjah. Disebut hari tarwiyah, dari kata irtawa – yartawi [arab: ارتوى – يرتوي ], yang artinya banyak minum. Karena pada hari ini, masyarakat banyak minum dan membawa air untuk perbekalan hari setelahnya. Ada juga yang mengatakan, tarwiyah dari kata ar-rawiyah [arab: الرَّوِيَّةُ ], yang artinya berfikir atau merenung. Disebut tarwiyah, karena pada tanggal 8 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berfikir dan merenungkan isi mimpinya. (Al Qamus Al Muhit, kata: ra-wi-ya)Hari arafah [arab: عرفة ] : tanggal 9 Dzulhijjah. Disebut hari ‘arafah, karena pada tanggal ini, jamaah haji melakukan wukuf di ‘arafah. (Al Mu’jam Al Wasith, kata: ‘arafah). Dengan demikian, hadis yang menyebutkan anjuran berpuasa ‘arafah adalah puasa di tanggal 9 Dzulhijjah.Hari An Nahr [arab: النحر :menyembelih) : tanggal 10 Dzulhijjah. Kata An Nahr secara bahasa artinya menyembelih binatang di bagian pangkal lehernya (tempat kalung). Ini merupakan cara yang digunakan dalam menyembelih onta. Karena onta terlalu sulit untuk disembelih di bagian ujung leher. Disebut hari Nahr, karena pada hari ini banyak orang yang menyembelih onta qurban. (Al-Qamus Al Muhit, kata: An Nahr)

Hadis Shahih Seputar Dzulhijjah

Dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Sesungguhnya zaman berputar sebagai mana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar, antara Jumadi Tsani dan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari & Muslim)

Dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

شَهْرَانِ لاَ يَنْقُصَانِ شَهْرَا عِيدٍ رَمَضَانُ وَذُو الْحَجَّةِ

“Ada dua bulan yang pahala amalnya tidak pernah berkurang, kedua bulan itu adalah bulan id: bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijjah.” (HR. Al Bukhari & Muslim)

Dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ

“Tidak ada hari dimana suatu amal shaleh lebih dicintai Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan di sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah, pen.).” Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad fi sabilillah? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Termasuk lebih utama dibanding jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak ada satupun yang kembali (mati dan hartanya diambil musuh, pen).”(HR. Al Bukhari, Ahmad, Abu Daud, dan At Turmudzi)

Dari Abu Qatadah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَه

“…puasa hari ‘arafah, saya berharap kepada Allah agar menjadikan puasa ini sebagai kaffarah satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya..”(HR. Ahmad & Muslim)

Dari Uqbah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يوم عرفة ، ويوم النحر ، وأيام التشريق ، عيدنا أهل الإسلام وهي أيام أكل وشرب

“Hari Arafah, hari berqurban, dan hari tasyriq adalah hari raya kita, wahai kaum muslimin. Itu adalah hari makan dan minum.”(HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud, & Turmudzi)

Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ

“Tidak satu hari dimana Allah paling banyak membebaskan seseorang dari neraka melebihi hari arafah. Sesungguhnya Dia mendekat, kemudian Dia membangga-banggakan mereka (manusia) di hadapan malaikat. Dia berfirman: Apa yang mereka inginkan?” (HR. Muslim, An Nasa’i, dan Al Hakim)

Hadis Dhaif Seputar Dzulhijjah

Hadis: Siapa yang berpuasa hari terakhir bulan Dzulhijjah dan hari pertama bulan Muharram, berarti dia telah mengakhiri penghujung tahun dan mengawali tahun baru dengan puasa. Allah jadikan puasanya ini sebagai kaffarah selama lima tahun. (Hadis dusta, karena di sanadnya da dua pendusta, sebagaimana keterangan As Syaukani dalam Al Fawaid Al Majmu’ah, hal. 45)Hadis: Ada seorang pemuda yang suka berpuasa di bulan Dzulhijjah. Kemudian Nabishallallahu ‘alaihi wa sallambersabda kepadanya: “Untuk setiap hari puasamu, seperti membebaskan seratus budak.” (Hadis Dhaif sekali. Karena dalam sanadnya ada seorang perawi bernama: Muhammad bin Al Muharram. Kata Ibn Jauzi (Al Maudlu’at, 2/198): Dia adalah manusia paling pendusta, demikian pula keterangan dalam Al Lali Al Masnu’ah, 1/228)Hadis: Jangan mengqadla bulan Ramadhan pada sepuluh pertama Dzulhijjah. (Jumlah min Al Ahadits Ad Dhaifah, no. 232)Hadis: Tidak ada satu hari yang lebih dicintai Allah untuk dijadikan sebagai waktu beribadah melebihi sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Puasa sehari pada hari tersebut senilai dengan puasa setahun, sedangkan beribadah di malam hari pada 10 hari pertama Dzulhijjah senilai beribadah pada saat Lailatul Qadar. (Hadis dhaif, sebagaimana keteranga Al Albani dalam Dhaif At Targhib wa At Tarhib, no. 734)Hadis: Orang yang berpuasa pada hari tarwiyah maka baginya pahala puasa satu tahun. (Hadits palsusebagaimana ditegaskan oleh Ibnul Jauzi dalam Al Maudhu’at,2/198, As Suyuthi dalam Al Lali’ Al Masnu’ah 2/107)Hadis: Siapa yang shalat pada hari arafah (9 Dzulhijjah) empat rakaat pada waktu antara dluhur dan asar, setiap rakaat dia membaca Al Fatihah sekali dan surat Al Ikhlas 50 kali, maka Allah akan mencatat untuknya sejuta kebaikan. (Hadis palsu, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul Jauzi dalam Al Maudlu’at, 2/132 dan As Syaukani dalam Al Fawaid Al Majmu’ah, hal. 53)Hadis: Barangsiapa yang shalat dua rakaat pada hari arafah, di setiap rakaat dia membaca Al Fatihah tiga kali …. maka Allah akan berfirman: Saya bersaksi di hadapan kalian, bahwa saya telah mengampuni orang ini. (Hadis palsu, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul Jauzi dalam Al Maudlu’at, 2/133 dan As Syaukani dalam Al Fawaid Al Majmu’ah, hal. 53)Hadis: Siapa yang shalat pada malam idul adha dua rakaat. Setiap rakaat dia membaca Al Fatihah 15 kali dan surat Al Ikhlas 15 kali maka Allah akan jadikan namanya termasuk penghuni surga. (Hadis palsu, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul Jauzi dalam Al Maudlu’at, 2/133 – 134, dan As Syaukani dalam Al Fawaid Al Majmu’ah, hal. 53)Hadis: Apabila datang hari arafah maka Allah mengampuni orang yang melaksanakan haji. Dan apabila datang malam Muzdalifah, Allah mengampuni para pedagang. (Hadis palsu, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul Jauzi dalam Al Maudlu’at, 2/215 dan As Suyuthi dalam Al Lali’ Al Mashnu’ah, 2/124)

Bulan Haji

Bulan Dzulhijah

Asal Penamaan Secara bahasa, Dzulhijjah arab: ذو الحجة terdiri dari dua kata: Dzul arab: ذو , yang artinya pemilik dan Al Hijjah arab: الحجة , yang artinya …

By Ummu Sa'id October 26, 2011

 142  5

Asal Penamaan

Secara bahasa, Dzulhijjah [arab: ذو الحجة ] terdiri dari dua kata: Dzul [arab: ذو ], yang artinya pemilik dan Al Hijjah [arab: الحجة ], yang artinya haji. Dinamakan bulan Dzulhijjah, karena orang arab, sejak zaman jahiliyah, melakukan ibadah haji di bulan ini. Orang arab melakukan ibadah haji sebagai bentuk pelestarian terhadap ajaran Nabi Ibrahim shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Tahdzibul Asma’, 4/156)

Ada beberapa hari khusus di bulan Dzulhijjah. Hari-hari khsusus ini memiliki nama khusus, diantaranya adalah:

Hari tarwiyah [arab: التروية ] : tanggal 8 Dzulhijjah. Disebut hari tarwiyah, dari kata irtawa – yartawi [arab: ارتوى – يرتوي ], yang artinya banyak minum. Karena pada hari ini, masyarakat banyak minum dan membawa air untuk perbekalan hari setelahnya. Ada juga yang mengatakan, tarwiyah dari kata ar-rawiyah [arab: الرَّوِيَّةُ ], yang artinya berfikir atau merenung. Disebut tarwiyah, karena pada tanggal 8 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berfikir dan merenungkan isi mimpinya. (Al Qamus Al Muhit, kata: ra-wi-ya)Hari arafah [arab: عرفة ] : tanggal 9 Dzulhijjah. Disebut hari ‘arafah, karena pada tanggal ini, jamaah haji melakukan wukuf di ‘arafah. (Al Mu’jam Al Wasith, kata: ‘arafah). Dengan demikian, hadis yang menyebutkan anjuran berpuasa ‘arafah adalah puasa di tanggal 9 Dzulhijjah.Hari An Nahr [arab: النحر :menyembelih) : tanggal 10 Dzulhijjah. Kata An Nahr secara bahasa artinya menyembelih binatang di bagian pangkal lehernya (tempat kalung). Ini merupakan cara yang digunakan dalam menyembelih onta. Karena onta terlalu sulit untuk disembelih di bagian ujung leher. Disebut hari Nahr, karena pada hari ini banyak orang yang menyembelih onta qurban. (Al-Qamus Al Muhit, kata: An Nahr)

Hadis Shahih Seputar Dzulhijjah

Dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Sesungguhnya zaman berputar sebagai mana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar, antara Jumadi Tsani dan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari & Muslim)

Dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

شَهْرَانِ لاَ يَنْقُصَانِ شَهْرَا عِيدٍ رَمَضَانُ وَذُو الْحَجَّةِ

“Ada dua bulan yang pahala amalnya tidak pernah berkurang, kedua bulan itu adalah bulan id: bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijjah.” (HR. Al Bukhari & Muslim)

Dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ

“Tidak ada hari dimana suatu amal shaleh lebih dicintai Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan di sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah, pen.).” Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad fi sabilillah? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Termasuk lebih utama dibanding jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak ada satupun yang kembali (mati dan hartanya diambil musuh, pen).”(HR. Al Bukhari, Ahmad, Abu Daud, dan At Turmudzi)

Dari Abu Qatadah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَه

“…puasa hari ‘arafah, saya berharap kepada Allah agar menjadikan puasa ini sebagai kaffarah satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya..”(HR. Ahmad & Muslim)

Dari Uqbah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يوم عرفة ، ويوم النحر ، وأيام التشريق ، عيدنا أهل الإسلام وهي أيام أكل وشرب

“Hari Arafah, hari berqurban, dan hari tasyriq adalah hari raya kita, wahai kaum muslimin. Itu adalah hari makan dan minum.”(HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud, & Turmudzi)

Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ

“Tidak satu hari dimana Allah paling banyak membebaskan seseorang dari neraka melebihi hari arafah. Sesungguhnya Dia mendekat, kemudian Dia membangga-banggakan mereka (manusia) di hadapan malaikat. Dia berfirman: Apa yang mereka inginkan?” (HR. Muslim, An Nasa’i, dan Al Hakim)

Hadis Dhaif Seputar Dzulhijjah

Hadis: Siapa yang berpuasa hari terakhir bulan Dzulhijjah dan hari pertama bulan Muharram, berarti dia telah mengakhiri penghujung tahun dan mengawali tahun baru dengan puasa. Allah jadikan puasanya ini sebagai kaffarah selama lima tahun. (Hadis dusta, karena di sanadnya da dua pendusta, sebagaimana keterangan As Syaukani dalam Al Fawaid Al Majmu’ah, hal. 45)Hadis: Ada seorang pemuda yang suka berpuasa di bulan Dzulhijjah. Kemudian Nabishallallahu ‘alaihi wa sallambersabda kepadanya: “Untuk setiap hari puasamu, seperti membebaskan seratus budak.” (Hadis Dhaif sekali. Karena dalam sanadnya ada seorang perawi bernama: Muhammad bin Al Muharram. Kata Ibn Jauzi (Al Maudlu’at, 2/198): Dia adalah manusia paling pendusta, demikian pula keterangan dalam Al Lali Al Masnu’ah, 1/228)Hadis: Jangan mengqadla bulan Ramadhan pada sepuluh pertama Dzulhijjah. (Jumlah min Al Ahadits Ad Dhaifah, no. 232)Hadis: Tidak ada satu hari yang lebih dicintai Allah untuk dijadikan sebagai waktu beribadah melebihi sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Puasa sehari pada hari tersebut senilai dengan puasa setahun, sedangkan beribadah di malam hari pada 10 hari pertama Dzulhijjah senilai beribadah pada saat Lailatul Qadar. (Hadis dhaif, sebagaimana keteranga Al Albani dalam Dhaif At Targhib wa At Tarhib, no. 734)Hadis: Orang yang berpuasa pada hari tarwiyah maka baginya pahala puasa satu tahun. (Hadits palsusebagaimana ditegaskan oleh Ibnul Jauzi dalam Al Maudhu’at,2/198, As Suyuthi dalam Al Lali’ Al Masnu’ah 2/107)Hadis: Siapa yang shalat pada hari arafah (9 Dzulhijjah) empat rakaat pada waktu antara dluhur dan asar, setiap rakaat dia membaca Al Fatihah sekali dan surat Al Ikhlas 50 kali, maka Allah akan mencatat untuknya sejuta kebaikan. (Hadis palsu, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul Jauzi dalam Al Maudlu’at, 2/132 dan As Syaukani dalam Al Fawaid Al Majmu’ah, hal. 53)Hadis: Barangsiapa yang shalat dua rakaat pada hari arafah, di setiap rakaat dia membaca Al Fatihah tiga kali …. maka Allah akan berfirman: Saya bersaksi di hadapan kalian, bahwa saya telah mengampuni orang ini. (Hadis palsu, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul Jauzi dalam Al Maudlu’at, 2/133 dan As Syaukani dalam Al Fawaid Al Majmu’ah, hal. 53)Hadis: Siapa yang shalat pada malam idul adha dua rakaat. Setiap rakaat dia membaca Al Fatihah 15 kali dan surat Al Ikhlas 15 kali maka Allah akan jadikan namanya termasuk penghuni surga. (Hadis palsu, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul Jauzi dalam Al Maudlu’at, 2/133 – 134, dan As Syaukani dalam Al Fawaid Al Majmu’ah, hal. 53)Hadis: Apabila datang hari arafah maka Allah mengampuni orang yang melaksanakan haji. Dan apabila datang malam Muzdalifah, Allah mengampuni para pedagang. (Hadis palsu, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul Jauzi dalam Al Maudlu’at, 2/215 dan As Suyuthi dalam Al Lali’ Al Mashnu’ah, 2/124)

NIAT

✔️ NIAT

Niat itu tidak dapat menggantikan takbir.
Niat itu tiada memadai, selain bahwa ada bersama takbir.
Ia tidak mendahului takbir dan tidak sesudah takbir.

Siapa Penggagas Niat ?
Lafadz niat sangat masyhur dinisbatkan kepada mazhab Syafi'i, hal ini karena Abu Abdillah Al Zubairi yang masih termasuk dalam ulama mazhab Syafi'I telah menyangka bahwa Imam Asy Syafi'i rahimahullah telah mewajibkan untuk melafazkan niat ketika shalat.

Sebabnya adalah pemahamannya yang keliru dalam mengiterpretasikan perkataan Imam Syafi'i yakni redaksi sebagai berikut:" Jika seseorang berniat menunaikan ibadah haji atau umrah dianggap cukup sekalipun tidak dilafazkan.

Tidak seperti shalat, tidak dianggap sah kecuali dengan AL NUTHQ (diartikan oleh Al Zubairi dengan melafazkan, sedangkan yang dimaksud dengan AL NUTHQ disini adalah takbir) [al Majmuu' II/43] An Nawawi (seorang ulama pembesar mazhab Syafi'i) berkata: "Beberapa rekan kami berkata: "Orang yang mengatakan hal itu telah keliru. Bukan itu yang dikehendaki oleh As Syafi'I dengan kata AL NUTHQ di dalam shalat, melainkan yang dimaksud dengan AL NUTHQ oleh beliau adalah takbir. [al Majmuu' II/43; lihat juga al Ta'aalaim :syaikh Bakar Abu Zaid:100]

Ibn Abi Izz Al Hanafi berkata :"Tidak ada seorang ulamapun dari imam 4 (mazhab), tidak juga Imam Syafi'i atau yang lainnya yang mensyaratkan lafaz niat.
Menurut kesepakatan mereka, niat itu tempatnya dihati.

Hanya saja sebagian ulama belakangan mewajibkan seseorang melafazkan niatnya dalam shalat.
Dan pendapat ini dinisbatkan sebagai mazhab Syafi'i. Imam An Nawawi rahimahullahu berkata :"Itu tidak benar" (Al Itbaa' :62)

Ibn Qoyyim berkata :"Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam jika hendak mengerjakan shalat,maka dia mengucapkan Allahu Akbar.

Dan beliau tidak mengucapkan lafaz apapun sebelum itu dan tidak pernah melafazkan niat sama sekali.

Beliau juga tidak mengucapkan :“Ushali lillah shalaata kadzaa mustaqbilal qiblah arba'a raka'at imaaman aw ma'muuman "(artinya :aku berniat mengerjakan shalat ini dan itu karena Allah, menghadap kiblat sebanyak 4 raka'at sebagai imam atau makmum).

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam tidak pernah mengatakan adaa'aa atau qadhaa'an (artinya melakukannya secara tepat waktu atau qadha').

Dan tidak pernah juga menyebutkan kefardhuan waktu shalat. Semua itu adalah bid'ah yang tidak ada sumbernya dari seorangpun baik dengan sanad yang sahih, dhaif, musnad (bersambung sanadnya), ataupun mursal (ada perawi yang gugur dalam sanadnya).

Bahkan tidak juga dinukil dari seorang sahabat nabi,para tabi'in dan imam 4 (mazhab).

Pendapat ini muncul akibat sebagian ulama belakangan yang terkecoh dengan perkataan Imam Syafi'I radhiallahu anhu didalam masalah shalat.

Redaksinya sebagai berikut:"Sesungguhnya shalat tidak sama dengan puasa.Tidak ada seorangpun yang akan memasuki shalat kecuali dengan DZIKIR."

Kata dzikir disini dikira pe-lafaz-an niat oleh orang yang shalat.
Padahal yang dimaksud oleh Imam Syafi'i dengan kata dzikir disini adalah TAKBIRATUL IHRAM.

Bagaimana mungkin Imam Syafi'I mensunahkan sesuatu yang tidak pernah dikerjakan oleh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam, tidak juga oleh para khulafa'nya, dan para shahabatnya.

Demikianlah jalan hidup dan petunjuk yang mereka ajarkan,jika memang ada seseorang membawa berita satu huruf saja yang berasal dari beliau,
maka kita akan menerimanya karena tidak ada petunjuk yang lebih sempurna dari petunjuk mereka dan tidak ada sunnah kecuali yang diambil dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam [Zaadul Ma'aad I/201;Ighatsatul Lahfaan I/136-139;I'laamul Muwaqqi'iin II/371;Tuhfatul Maulud :93]

Syaikh Abul Hasan Musthafa bin Ismail Sulaiman al-Mishri [2] berkata : "Perbuatan seperti ini tidak benar. Tidak ada dalil dari Qur'an dan Sunnah, tidak pula dari ijma' dan qiyas jali (qiyas yang jelas dan benar) untuk perbuatan tersebut sebab tempat niat adalah di dalam hati.

Adapun anjuran Rasululloh Shalallahu 'alaihi wa sallam untuk menghadirkan niat di dalam  segala amalan, yaitu hadist beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam: "Sesungguhnya seluruh amal shaleh hanya diterima dengan niat yang ikhlas dan bagi setiap orang mendapatkan sesuai yang ia niatkan."Maksudnya bukan melafalkan niat dengan lisan kita, baik dengan melirihkan ataupun mengeraskannya.

Tidak ada satu riwayat pun yang dinukil dari beliau bahwa beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam melafalkan niat ketika hendak shalat dan berpuasa.

Tidak pernah beliau mengucapkan : "Sengaja aku berpuasa di bulan ramadhan pada tahun ini secara sempurna tanpa kekurangan…" dan mengulang-ngulanginya setiap malam ketika bersahur atau setelah shalat tarawih.

Demikian pula dalam ibadah zakat dan lainnya.Untuk lebih jelasnya, baiklah kita coba simak uraian pendapat para ulama salaf, sebagai orang-orang yg mengerti dan paham ttg sunnah dan perkataan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam serta mereka adalah para mufassirin (penafsir) makna ayat qur'an maupun hadist, mengenai LAFADZ NIAT (makna lafadz niat ini secara umum meliputi niat sholat, puasa, zakat, haji, dan ibadah lainnya).

(http://abuayaz.blogspot.com/2010/12/apa-kata-imam-syafii-mengenai-masalah.html?m=1)

Semoga bermanfaat.
Barakallah fiikum.

�� Resposted dari WA grup Islamadina 08778 2400 868, silahkan berbagi.

Jenggot

Membenci Semua Orang Berjenggot, Dosa?

Bagaimana jika ada orang yang mengatakan, ‘Saya membenci semua orang yang berjenggot’ apakah dia masih muslim?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Seharusnya setiap manusia mempertimbangkan setiap kalimat yang keluar dari lisannya. Bisa jadi kita menganggap itu biasa, padahal hakekatnya itu musibah besar baginya di akhirat.

Allah berfirman,

وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ

“Kalian menyangka itu remeh, padahal itu masalah besar di sisi Allah.” (QS. an-Nur: 15)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengingatkan, ada sebagian hamba Allah yang dia terjerumus ke dalam neraka, hanya gara-gara satu kalimat yang dia anggap remeh.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا ، يَزِلُّ بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ الْمَشْرِقِ

Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat tertentu, yang tidak dia pikirkan akibatnya, namun menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka, yang dalamnya sejauh timur dan barat. (HR. Ahmad 9157 & Bukhari 6477)

Kebencian, Bisa Jadi Sumber Petaka

Ini termasuk senjata bagi setan untuk menyulut sejuta permusuhan.    Orang yang benci karena nafsu, lebih berpotensi untuk mengucapkan kalimat jelek, jahat, dst. Karena itulah, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam sering memohon kepada Allah, agar beliau dibimbing untuk selalu mengucapkan kalimat yang baik ketika sedang cinta atau benci.

Dari Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering membaca doa berikut dalam shalat,

اَللَّهُمَّ نَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الحَقِّ فِي الرِضَا وَالغَضَبِ

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kalimat haq ketika ridha (sedang) dan marah. (HR. Nasai 1313 dan dishahihkan al-Albani).

Para Nabi ‘alahimus shalatu was salamBerjenggot

Realita yang perlu disadarkan kepada semua yang membenci jenggot, bahwa para Nabi dan Rasul, mereke berjenggot.

Ketika Allah menceritakan tentang Musa dengan Harus, Allah sebutkan bahwa Harun berjenggot.

قَالَ يَا ابْنَ أُمَّ لَا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِي وَلَا بِرَأْسِي إِنِّي خَشِيتُ أَن تَقُولَ فَرَّقْتَ بَيْنَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَمْ تَرْقُبْ قَوْلِي

“Harun menjawab’ “Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): “Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku.” (QS. Thaha: 94).

Ini terjadi ketika Bani Israil menyembah patung anak sapi, hingga Musa marah kepada Harun.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berjenggot

Junjungan kita yang mulia, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau memelihara jenggot.

Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhumenceritakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَدْ شَمِطَ مُقَدَّمُ رَأْسِهِ وَلِحْيَتِهِ وَكَانَ إِذَا ادَّهَنَ لَمْ يَتَبَيَّنْ وَإِذَا شَعِثَ رَأْسُهُ تَبَيَّنَ وَكَانَ كَثِيرَ شَعْرِ اللِّحْيَةِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamberuban di bagian depan rambut beliau dan jenggot beliau. Jika diberi minyak, tidak kelihatan. Jika lagi tidak tertata, uban itu kelihatan. Dan jenggot beliau lebat. (HR. Muslim 6230)

Hadis yang lain, dari al-Barra’ bin Azibradhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan ciri fisik Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- رَجِلاً مَرْبُوعًا عَرِيضَ مَا بَيْنَ الْمَنْكِبَيْنِ كَثَّ اللِّحْيَةِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lelaki yang tidak terlalu tinggi dan tidak pendek. Lebar dadanya, dan jenggotnya lebat. (HR. Nasa’i 5249)

Para nabi yang lain, memelihara jenggot. Memang tidak ada teks khusus yang menyebutkan nama mereka. Namun dinyatakan secara umum dalam hadis,

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَشْرٌ مِنَ الْفِطْرَةِ قَصُّ الشَّارِبِ وَإِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ وَالسِّوَاكُ وَاسْتِنْشَاقُ الْمَاءِ

“Ada 10  ajaran fitrah (diantaranya): mencukur kumis, membiarkan jenggot, bersiwak, membersihkan hidung dengan air…” (HR. Muslim 627, Nasai 5057, dan yang lainnya).

Diantara makna ajaran fitrtah adalah ajaran para nabi. Karena mereka mengajak manusia untuk kembali kepada fitrahnya atau mentauhidkan Allah dan mengikuti ajaran Allah.

Membenci Semua Orang yang Berjenggot

Membenci semua orang yang berjenggot, otomatis di dalamnya membenci Nabi Harun ‘alahis salam, membenci Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan bahkan membenci para nabi yang berjenggot.

Dia sangka ini kalimat remeh, padahal itu berat dalam syariat..

Tek jauh berbeda ketika menuduh jenggot bikin otak makin kacau, karena kecerdasannya ketarik ke jenggot. Kita semua jadi saksi atas ucapannya. Dan Allah Maha Tahu lagi Maha Kuasa..

Semoga Allah melindungi umat islam dari kejahatan kaum liberal.. amin.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)