Senin, 14 September 2015

YA'JŪJ DAN MA'JŪJ (BAGIAN 2)

�� BimbinganIslam.com
Kamis, 26 Dzulqa'dah 1436 H / 10 September 2015 M
�� Ustadz Abdullāh Roy, MA
�� Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir
�� Halaqah 21 | Ya'jūj dan Ma'jūj (bagian 2)
⬇ Download Audio
https://drive.google.com/file/d/0B1e0BM9z9hzYdmlCeWtJcS1sY2s/view?usp=docslist_api
~~~~~~~~~~~~~~~

YA'JŪJ DAN MA'JŪJ (BAGIAN 2)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول لله و على آله و صحبه أجمعين

Halaqah yang ke-21 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang "Ya'jūj dan Ma'jūj bagian yang ke-2."

Ya'jūj dan Ma'jūj keluar setelah binasanya Dajjāl.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla mewahyukan kepada Nabi 'Īsā 'alayhissalām:

إِنِّي قَدْ أَخْرَجْتُ عِبَادًا لِي لَا يدَان لِأَحَدٍ بِقِتَالِهِمْ ، فَحَرِّزْ عِبَادِي إِلَى الطُّورِ

“Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hambaKu (yaitu Ya'jūj dan Ma'jūj) yang tidak seorang pun bisa melawan mereka.

Maka kumpulkanlah hamba-hambaKu (yaitu kaum muslimin) ke gunung Thūr.”

(HR. Muslim )

Jumlah mereka sangat banyak.

Ketika orang-orang yang ada di bagian depan melewati sebuah sungai dan meminumnya maka yang berada di akhir tidak mendapatkan air tersebut dan mengatakan:

"Dahulu di sini ada airnya." (HR. Muslim)

Manusia lari dari Ya'jūj dan Ma'jūj dan bersembunyi di benteng-benteng mereka.

Setelah banyak membuat kerusakan di muka bumi maka Ya'jūj dan Ma'jūj berkata:

"Kita telah membunuh penduduk bumi maka marilah kita  membunuh penduduk langit."

Mereka pun mengarahkan anak panah mereka ke langit, kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengembalikan anak panah mereka tersebut ke bumi dalam keadaan berlumuran darah.

Mereka pun mengatakan:

"Kita telah mengalahkan penduduk langit."

(Hadits shahīh, riwayat Tirmidzi dan Ibnu Mājah)

Ya'jūj dan Ma'jūj mengepung Nabi 'Īsā 'alayhissalām salam dan para sahabatnya di gunung Thūr.

Akhirnya beliau berdo'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka Allāh menurunkan ulat di leher-leher Ya'jūj dan Ma'jūj, meninggal lah mereka dalam satu waktu.

Kemudian turunlah Nabi 'Īsā 'alayhissalām dan pengikutnya dan mereka tidak mendapatkan satu jengkal tanah kecuali di situ ada bangkai Ya'jūj dan Ma'jūj.

Mereka pun meminta kepada Allāh supaya Allāh Subhānahu wa Ta'āla membersihkan.

Akhirnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengirimkan burung yang membawa bangkai-bangkai mereka.

Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla menurunkan hujan yang membersihkan bumi.

(Hadits shahīh, riwayat Muslim)

Dalam hadits shahīh yang lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Mājah, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda :

“Kaum muslimin akan menggunakan bekas busur, anak panah dan tameng kayu Ya'jūj dan Ma'jūj sebagai kayu bakar selama tujuh tahun.”

Ini menunjukkan banyaknya jumlah Ya'jūj dan juga Ma'jūj.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

'Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

Ditranskrip oleh:
Tim Transkrip BiAS
➖➖➖➖➖➖➖

bolehkah seorang wanita menawarkan dirinya kepada lelaki untuk menikahinya?

Ustadz, bolehkah seorang wanita menawarkan dirinya kepada lelaki untuk menikahinya?? Syukron

Jawab: Al-Imam Al-Bukhari dalam shahihnya, "Kitaabun Nikaah", meletakkan satu bab khusus yang berjudul:

باب عرض المرءة نفسها على الرجل الصالح

"Bab Seorang Wanita Menawarkan Dirinya Kepada Lelaki yang Shaalih"

Judul bab yang diletakkan oleh Al-Imam Al-Bukhari di atas bukanlah sembarang judul. Akan tetapi itu merupakan cerminan fiqh (pemahaman) beliau setelah menelaah berbagai riwayat secara ilmiyyah. 

Kemudian beliau menyampaikan riwayat Sa’iid Al-Bunaani, ia berkata, “Dahulu aku bersama Anas dan ada anak perempuannya di sisi beliau. Anas berkata, “Datang seorang perempuan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengatakan, “Wahai Rasulullah apakah engkau berhajat untuk menikah denganku?”. Anak perempuan Anas berkata, “Betapa kurang rasa malunya! (sambil menyebutkan ungkapan tidak senang). Lantas Anas berkata, “Dia lebih baik darimu, dia menginginkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka dia menawarkan dirinya kepada beliau."

Maka diperbolehkan seorang wanita menawarkan dirinya kepada lelaki yang baik agamanya dan dikenal keshalihannya. Hal itu bukanlah aib, yang tercela bila ia melakukan itu karena semata-mata orientasi dunia sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-Imam Al-'Aini dan para Ulama lainnya, wa billaahit tawfiq.

Fikri Abul Hasan
WhatsApp | المدرسة السلفية

♻Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
��Grup WA & TG Dakwah Islam
��Subscribe @DakwahIslamBot

Share yuk semoga teman anda mendapat faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka pintu amal kebaikan bagi anda. َآمِينَ يَا رَبَّ الْعَالَمِين.

#DakwahSunnah
#SyiahBukanIslam
#IndonesiaBertauhid

Hukum Thawaf dengan Sekuter Elektrik (segway board)

Hukum Thawaf dengan Sekuter Elektrik (segway board)

Bagaimana hukum thawaf menggunakan segway board, semacam sekuter elektrik? Ada rekaman video orang thawaf dengan menggunakan alat semacam ini, dan sempat ramai di kalangan netizen.. bahkan diangkat di beberapa media massa, dg kritik kpd ulama saudi yang mendiamkan keadaan ini. Mohon pencerahannya..

Jawaban:

Untuk kesekian kalinya kita mengingatkan sebuah pepatah yang mengatakan,

الناس أعداء ما جَهلوا

“Manusia akan memusuhi sesuatu yang tidak dia kenal.”

Orang indonesia menyebutnya, tak kenal maka tak sayang. Karena jiwa kita bisa berinteraksi akrab dengan sesuatu yang telah dia kenal.

Dalam al-Quran Allah menyinggung kebiasaan buruk ini. Allah menceritakan keadaan orang kafir yang membantah nabi mereka. Karena mereka tidak kenal dengan kebenaran ajaran nabinya. Allah menngatakan,

وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ

“Karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata: “Ini adalah dusta yang lama.” (QS. al-Ahqaf: 11).

Pada saat orang kafir mendengar ajakan dan dakwah nabi mereka, mereka menyalahkannya dan menuduhnya pendusta, memalsu wahyu, dst. Tentu saja yang bermasalah bukan dakwah nabinya, namun kebodohan orang kafir tentang kebenaran, lantaran mereka tidak mendapatkan petunjuk tentang itu, lalu mereka mengingkarinya.

Sayangnya kebiasaan jahiliyah semacam ini, terkadang ditiru sebagian kaum muslimin. Terutama mereka yang berjiwa sensitif di dunia maya. Lempar komentar buang muka, yang penting kan tidak sama-sama kenal.

Dua Pesan

Izinkan saya menyamaikan dua pesan kepada pembaca konsultasi syariah. Semoga pesan ini bermanfaat selama anda berselancar di dunia maya,

Pertama, jangan komentar ketika tidak tahu.

Terutama orang yang gatal dengan komentar. Tidak tahu, menjadi pemicu terbesar orang nekat berkomentar miring. Saling mencela, menghina, memaki, atau memotivasi untuk menolak kebenaran, membela kebatilan.

Seharusnya kita berfikir, tidak ada istilah gratis untuk setiap komentar yang kita cantumkan. Semua akan dipertanggung jawabkan di akhirat.

Barangkali saat ini kita tidak pernah merasa komentar itu akan menjadi masalah besar bagi kita. Tapi kita tidak boleh merasa aman, bisa jadi yang saat ini tidak terbayang, ternyata Allah wujudkan di akhirat sebagai tumpukan dosa yang sangat besar,

وَبَدَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ

“Lalu itampakkan dengan jelas bagi mereka, azab dari Allah yang belum pernah mereka bayangkan.” (QS. az-Zumar: 47)

Muhammad bin al-Munkadir – ulama besar zaman tabiin – pernah mengalami ketakutan ketika sakit. Ketika beliau ditanya sebabnya, beliau menjawab,

أخاف آية من كتاب الله “وبدا لهم من الله ما لم يكونوا يحتسبون” فأنا أخشى أن يبدو لي ما لم أكن أحتسب

Saya takut ayat Allah yang menyatakan, “Lalu itampakkan dengan jelas bagi mereka, azab dari Allah yang belum pernah mereka bayangkan”, Saya takut, jangan-jangan ditampakkan dosa yang belum pernah terbayang olehku.

Kedua, jangan pernah mengambil kesimpulan masalah agama dari media massa

Mereka bukan tempat belajar. Masih sangat rentan dengan wartawan asmuni (asal muni), yang penting memenuhi target berita dan tulisan. Terlebih untuk media berwawasan liberal, mereka buat itu berita sebagai sarana untuk menyudutkan kaum muslimin. Tentu saja tidak lepas dari pemlintiran dan penyelewengan fakta.

Kecuali jika anda bersedia untuk mengikuti rujukan yang keliru,

وَمَنْ يَكُنِ الْغُرَابُ لَهُ دَلِيْلاً

يَمُرُّ بِهِ عَلَى جِيَفِ الْكِلاَبِ

Barangsiapa yang burung gagak sebagai petunjuk jalannya

Pasti dia akan mengantarkan jalan melewati bangkai-bangkai anjing. (Al-Mustathraf 1/79)

Dari mana media massa itu tahu kalau ulama saudi mendiamkannya??

Apakah mereka merasa lebih sensitif dalam masalah ibadah dari pada ulama?

Andai orang yang minim pengetahuan agama itu diam, niscaya kebodohannya tidak akan terbongkar,

كم جاهل متواضع ستر التواضع جهله

‘Betapa banyak orang bodoh yang rendah hati, sehingga kerendahan hatinya menutupi kebodohannya’

Hukum Thawaf dengan Segway (Sekuter Elektrik)

Mengenai thawaf dengan segway, telah lama ulama membahasnya. Karena ini tidak berbeda dengan hukum thawaf di atas hewan tunggangan.

Ulama telah membahas masalah ini, hukum thawaf di atas kendaraan.

Sebelumnya kita sebutkan beberapa hadis yang menceritakan hal ini,

Pertama, hadis dari Abu Thufail, Amir bin Watsilah radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,

رَأَيْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَطُوفُ بِالْبَيْتِ عَلَى رَاحِلَتِهِ يَسْتَلِمُ الرُّكْنَ بِمِحْجَنِهِ ثُمَّ يُقَبِّلُهُ

Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam thawaf di atas tunggangannya. Beliau menyentuh ruku hajar aswad dengan tongkatnya, lalu beliau menciium tongkat itu. (HR. Ahmad 23798, Abu Daud 1881, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Kedua, hadis dari Jabir bin Abdillahradhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan,

طَافَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِالْبَيْتِ، وَبِالصَّفَا وَالْمَرْوَةِ، لِيَرَاهُ النَّاسُ وَلِيُشْرِفَ، وَلِيَسْأَلُوهُ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammelakukan thawaf di ka’bah ketika haji wada’ di atas tunggangannya. Beliau juga melakukan sai antara shafa dan marwah di atas tunggangan, agar dilihat banyak orang, beliau tampakan dirinya agar mereka bertanya kepada beliau. (HR. Ahmad 14415 dan Muslim 3134)

Ketiga, hadis dari Ummu Salamahradhiyallahu ‘anha, bahwa beliau mengalami sakit ketika haji. Kemudian beliau bertanya kepada Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabishallallahu ‘alaihi wa sallammenyuruhnya,

طُوفِي مِنْ وَرَاءِ النَّاسِ وَأَنْتِ رَاكِبَةٌ

“Lakukanlah thawaf di belakang jamaah sambil naik tunggangan.” (HR. Ahmad 26485, Bukhari 464, dan Muslim 3137).

Keempat, hadis dari Ibnu Abbasradhiyallahu ‘anhuma,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- طَافَ فِى حَجَّةِ الْوَدَاعِ عَلَى بَعِيرٍ يَسْتَلِمُ الرُّكْنَ بِمِحْجَنٍ

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan thawaf ketika haji wada’ di atas onta beliau. Beliau menyentuh hajar aswad dengan tongkatnya. (HR. Muslim 3132, Nasai 2967 dan yang lainnya.)

Berdasarkan beberapa hadis di atas, kita akan sebutkan kesimpulan ulama,

Pertama, mereka sepakat bahwa orang sakit atau memiliki udzur, boleh thawaf di atas kendaraan, tunggangan, kursi roda atau alat lainnya.

Dalam Ensiklopedi Fiqh dinyatakan,

لا خلاف بين الفقهاء في صحة طواف الراكب إذا كان له عذر

Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang keabsahan thawaf di atas kendaraan bagi yang memiliki udzur. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 23/123).

Mereka berdalil dengan hadis Ummu Salamah yang disarankan oleh Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam untuk thawaf dengan naik hewan tunggangan, karena sakit.

Termasuk udzur adalah adanya kebutuhan dan maslahat besar dengan naik kendaraan ketika thawaf. Sebagaimana yang dilakukan Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam seperti yang diceritakan sahabat Jabir. Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam thawaf dan sai di atas kendaraan, agar beliau bisa dilihat banyak orang sehingga mereka mengetahui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya kepada beliau tentang masalah agama.

Kedua, ulama berbeda pendapat mengenai hukum thawaf di atas kendaraan bagi yang tidak memiliki udzur.

Pendapat pertama, thawaf wajib dilakukan dengan jalan kaki bagi yang mampu dan tidak ada udzur

Ini pendapat Hanafiyah, Malikiyah, dan Imam Ahmad dalam salah satu riwayat.

Dalam Ensiklopedi Fiqh dinyatakan,

وذهب الحنفية والمالكية وأحمد في إحدى الروايات عنه، إلى أن المشي في الطواف من واجبات الطواف، فإن طاف راكبا بلا عذر وهو قادر على المشي وجب عليه دم

Hanafiyah, Malikiyah, dan salah satu riwayat dari Imam Ahmad menyatakan pendapat bahwa berjalan merupakan bagian kewajiban dalam thawaf. Jika ada orang yang thawaf di atas kendaraan tanpa udzur, dan dia mampu berjalan, maka wajib bayar dam.

Diantara dalil yang mendukung pendapat ini,

Alasan pertama,  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyamakan thawaf dengan shalat. Seagaimana orang shalat fardhu harus dilakukan sambil berdiri, thawaf juga harus dilakukan dengan jalan kaki.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ بِمَنْزِلَةِ الصَّلاَةِ

“Thawaf di ka’bah itu seperti shalat.” (HR. Hakim 2/267 dan dishahihkan ad-Dzahabi)

Alasan kedua, bahwa thawaf adalah ibadah yang terkait dengan ka’bah. Sehingga tidak boleh dilakukan di atas kendaraan, tanpa udzur seperti shalat. Ketika dilakukan di atas kendaraan, ada yang kurang dalam thawafnya, sehingga harus ditutupi dengan bayar dam.

Hanya saja, menurut hanafiyah, ada sedikit beda, thawaf di atas kendaraan tanpa udzur, wajib diulang jika masih di Mekah dan wajib bayar dam jika sudah pulang.

Pendapat kedua, thawaf di atas kendaraan tanpa udzur hukumya sah dan tidak wajib bayar dam.

Ini merupakan pendapat Syafiiyah dan Imam salah satu riwayat. Hanya saja Imam as-Syafii memakruhkan, jika hewan tunggangan yang dibawa bisa mengotori masjidil haram.

Dalam Hasyiyah al-Qolyubi dinyatakan,

ولو طاف راكبا بلا عذر جاز بلا كراهة .قال الإمام : وإدخال البهيمة التي لا يؤمن تلويثها المسجد مكروه

Orang yang thawaf dengan berkendaraan tanpa udzur, hukumnya boleh dan tidak makruh. Imam as-Syafii mengatakan, “Membawa hewan tunggangan yang bisa mengotori masjid, makruh.” (Hasyiyah al-Qolyubi wa Umairah, 6/57)

Alasan pendapat ini,

Alasan pertama, hadis Ibnu Abbasradhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan thawaf di atas onta beliau dan hadis jabir dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammenampakkan dirinya di hadapan banyak sahabat, bahwa beliau thawaf dan sai di atas tunggangan beliau.

Alasan kedua, bahwa Allah perintahkan manusia untuk melakukan thawaf, tanpa menjelaskan tata caranya.

Allah berfirman,

وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ

“Lakukanlah thawaf di rumah tua (ka’bah)”. (QS. al-Hajj: 29)

Ulama syafiiyah menjelaskan bahwa perintah mutlak (tanpa batasan). Artinya, dilakukan dengan cara bagaimanapun statusnya sah. Karena inti dari thawaf adalah mengelilingi ka’bah sebanyak 7 kali, dengan niat ibadah. Sementara kita tidak boleh memberikan batasan mengenai tata cara thawaf, tanpa dalil.

Alasan ketiga, bahwa yang dimaksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Thawaf itu seperti shalat” maksudnya adalah thawaf harus dilakukan dalam kondisi suci dari hadats besar dan kecil, seperti orang yang shalat. Sehingga tidak ada hubungannya dengan berjalan dan berkendaraan.

(al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 23/124)

Berdasarkan keteranan di atas,insyaaAllah pendapat yang lebih kuat adalah thawaf dengan menggunakan sekuter listri hukumnya boleh, selama tidak mengganggu orang lain dan tidak mengotori masjid.

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Gupak Pulute, Ora Mangan Nangkane

Gupak Pulute, Ora Mangan Nangkane

Alhamdulillâh, wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillah…

Kalau diterjemahkan secara harfiah, pepatah jawa di atas artinya: terkena getahnya (pulut) tidak makan nangkanya. Pada masa nangka belum dijual di supermarket dalam kemasan “siap makan”, jika kita ingin makan nangka maka harus berjuang dulu. Membuka buahnya yang besar, kemudian melepas isi yang dapat kita makan. Kita tidak akan pernah makan nangka tanpa “gupak pulut”nya dulu. Adapun membersihkan “pulut” (getah) harus pakai minyak kelapa, kemudian dibilas pakai sabun.

Adapun secara luas, pepatah Jawa ini ingin menunjukkan sebuah peristiwa atau kiasan yang menggambarkan akan kesialan seseorang, karena iatidak menikmati hasil pekerjaannya, tetapi justru menerima resiko buruknya.

Dalam konteks keagamaan, contoh manusia tersebut dalam pepatah di atas banyak. Mengenai masalah puasa misalnya, Rasulullahshallallahu’alaihiwasallam menerangkan,

“رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ”

“Betapa banyak orang berpuasa yang hanya memetik lapar dan dahaga”. HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Al-Hakim menilainya sahih..

Walaupun mereka telah letih berpuasa, namun ternyata bukan buah manis pahala yang didapatkannya! Hal itu dikarenakan antara lain, mereka tidak ikhlas dalam puasanya, atau tidak memenuhi rukun dan syaratnya.

Contoh lain yang tidak kalah maraknya di masyarakat adalah menjalankan amalan yang tidak diajarkan Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam.Sekalipun amalan tersebut berat, panjang dan telah membudaya dengan luas. Alih-alih meraih pundi-pundi pahala, malah justru mereka terancam dengan siksaan di neraka kelak.

Allah ta’ala menegaskan,

“هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ (1) وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ (2) عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ (3) تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً (4)”.

Artinya: “Sudahkah sampai kepadamu berita tentang hari kiamat? Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk hina. (Padahal) mereka beramal berat lagi kepayahan. Mereka memasuki api yang sangat panas (neraka)”. QS. Al-Ghasyiyah (88): 2-4.

Dalam Tafsîr at-Tustury dijelaskan bahwa orang-orang yang bernasib sial yang dimaksud di dalam ayat-ayat di atas, adalah mereka yang menjalankan amalan yang tidak ada tuntunannya.

Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam juga telah mengingatkan,

“مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ”.

“Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan petunjukku, maka amalan itu akan ditolak”. HR. Muslim dari Aisyahradhiyallahu’anha.

Maka, hendaknya kita berhati-hati dalam beramal. Jangan sekedar memperhatikan kuantitasnya saja. Namun jadikanlah kualitas amalan sebagai prioritas kita. Dalam arti amalan tersebut diusahakan harus ikhlas karena Allah semata dan sesuai dengan tuntunan Rasul shallallahu’alaihiwasallam. Bila tidak, bersiap-siaplah untuk ’gupak pulute, ora mangan nangkane’!

Oleh: Abdullah Zaen, Lc., MA

Amalan yang Pahalanya Mengalir Sampai Hari

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

����Amalan yang Pahalanya Mengalir Sampai Hari ����Kiamat

☑#  Ilmu yang disebarluaskan.

Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, baik melalui pendidikan ceramah, dakwah dan sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah menulis buku, artikel dan pesan-pesan yang bermanfaat yang bisa kita sebarkan melalui media-media yang ada seperti media sosial dan lain sebagainya.

☑#  Anak soleh yang ditinggalkan.

Didiklah anak mu menjadi anak yang soleh, karena Anak yang soleh akan selalu berbuat kebaikan di dunia dan selalu mendo'akan orangtuanya.

☑#  Membangun rumah Allah

"Barangsiapa yang membangunkan sebuah masjid kerana Allah walau sekecil apa pun, maka Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di syurga." (Bukhari dan Muslim)

☑#  Harta yang disedekahkan di jalan Alloh.

Janganlah bakhil untuk bersedekah. Sedekah yang diberikan secara ikhlas akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda.
Demikian beberapa amalan yang pahalanya akan terus mengalir bagi yang mengamalkannya. Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk mengamalkan hal-hal tersebut. Amiin.

�� Mohon disebarkan. Semoga bermanfaat, wallahu ta’ala a’lam.��
______________
��Pesan ini disebarkan oleh:
♻ Tim Dakwah WhatsApp Al-Hisbah
�� Untuk berlangganan, caranya ��

✅ Simpan nomor WA Al-Hisbah +6283811888118 ke kontak Anda.
✅ Ketik �� L/P<spasi>Kota<spasi>Nama
✅ Contoh �� L Jakarta Abdurrahman
✅ Kirim ke nomor tersebut.
��Atau invite pin BBM 545FFDA2

Hadist Adzan saat bayi lahir

و عليكم السلام و رحمة الله و بركاته

Ada sebuah hadis yang disandarkan kepada Rasulllahshallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mengadzani atau iqamah bayi yang banyak tersebar dan diamalkan oleh masyarakat nusantara. Namun hadis ini diragukan oleh para ulama mengenai keshahihannya. Berikut pembahasannya:

“Barang siapa yang kelahiran anak, lalu adzan di telinga kanannya dan iqomat di telinga kirinya, maka setan tidak akan membahayakannya.”

Derajat hadis : Palsu

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la (6780), Ibnu Sunni (623), Ibnu Adi (7:2656), Baihaqi dalam Syu’ab (8619), dan Ibnu Asakir (57:280), dari Yahya bin Ala, dari Marwa bin Salim, dari Tholhah bin Ubaidillah, dari Husain secara marfu'.

Sisi kelemahannya adalah Yahya bin Ala’ yang dituduh para ulama sebagai pemalsu hadis. Juga Marwan bin Salim, seorang yang tertuduh berdusta dan hadisnya sangat munkar sekali. Oleh karena itu, hadis ini dilemahkan oleh Ibnu Adi, Baihaqi, dan Al-Haitsami, serta dianggap palsu oleh Al-Munawi dan Al-Albani.

Yang mirip juga dengan hadis ini adalah:

“Dari Abu Rofi’ maula Rasulullah berkata, “Saya melihat Rasulullah shalallahu ''alaihi wa sallam adzan sebagaimana untuk shalat di telinga Hasan bin Ali saat dilahirkan oleh Fathimah.”

Derajat: Lemah

Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq (7986), Ahmad (6:90), Abu Dawud (5105), Tirmidzi (1514), dan lainnya. Sisi kelemahan hadis ini adalah Ashim bin Ubaidillah, orang yang lemah. Inilah cacat hadis ini sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hibban, Baihaqi, Mundziri, Adz-Dzahabi, Ibnu Turkumani, dan Al-Albani.

Oleh karena itu, apa yang dikatakan oleh Imam Tirmidzi sebagai hadis hasan dan Imam Hakim berkata bahwa sanadnya shahih, yang benar adalah tidak hasan dan tidak shahih.

(Lihat Takhrij Adzkar, Hal. 512)

Sumber: Hadis Lemah dan Palsu yang Populer di Indonesia, Ahamad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Pustaka Al Furqon, Cetakan: III 1430 H.

MENGENAL SYAIKH IBNU BAZ ULAMA DARI HIJAZ

MENGENAL
SYAIKH IBNU BAZ
ULAMA DARI
HIJAZ
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata
kepada para sahabatnya, “Sesungguhnya kalian
sekarang ini berada di masa para ulamanya
masih banyak dan tukang ceramahnya sedikit.
Dan akan datang suatu masa setelah kalian
dimana tukang ceramahnya banyak namun
ulamanya amat sedikit.” ( Qowa’id fi at-Ta’amul
ma’al ‘Ulama , hal. 40).
Apa yang dikatakan Ibnu Mas’ud sama sekali
tidak meleset. Sekarang kita berada di zaman
yang beliau katakan itu. Ulamanya sedikit dan
para penceramah (orang yang pandai
berbiacaranya) banyak. Sedikitnya ulama tentu
memiliki dampak besar terhadap umat. Dalam
keadaan tersebut penyebaran ilmu tentu berbeda
dengan ketika ulama banyak. Keadaan demikian
diperburuk dengan pembunuhan karakter
terhadap para ulama. Sehingga kaum muslimin
semakin bingung, ulama mana yang harus
mereka teladani. Kian beratlah ujian. Ujian
memilih ulama rabbani yang bisa membimbing
kita pada jalan kebenaran.
Di antara ulama rabbani yang membimbing umat
adalah Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
rahimahullah. Atau yang sering disebut dengan
Syaikh Ibnu Baz. Sedikit tentang akhlak beliau
telah pembaca simak di artikel Mencuri di Rumah
Seorang Mufti . Kisah akhlak yang mengagumkan.
Yang menimbulkan keingintahuan tentang
siapakah mufti yang mulia itu.
Siapakah Ibnu Baz?
Beliau adalah Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz.
Dilahirkan di bulan Dzul Hijjah tahun 1330 H, di
Kota Riyadh. Syaikh Ibnu Baz terlahir dalam
keadaan sehat dan normal. Kemudian pada tahun
1346 H, pandangannya mulai rabun. Dan pada
tahun 1350 H, beliau mengalami kebutaan secara
total. Abdul Aziz kecil telah menghafalkan
Alquran secara sempurna sebelum ia menginjak
usia baligh ( Jawanib min Sirati al-Imam Abdul Aziz
bin Baz oleh Muhammad al-Hamd, Hal. 33).
Kiranya inilah jalan hidup para ulama. Mereka
membuka pintu ilmu dan hikmah dengan
menghafalkan Alquran sedari kecil.
Semangat Ibnu Baz dalam mempelajari agama
sudah muncul sejak kecil. Di masa kanak-
kanaknya, ia telah belajar kepada para ulama
besar di Kerajaan Arab Saudi. Di antara guru-
gurunya adalah:
Syaikh Muhammad bin Abdul Lathif bin
Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin
Abdul Wahhab,
Syaikh Shaleh bin Abdul Wahhab,
Syaikh Saad bin Hamd bin Athiq,
Syaikh Hamd bin Faris,
Syaikh Muhammad bin Ibrahim alu asy-Syaikh.
Ibnu Baz hadir di majelisnya setiap pagi dan sore
dan mempelajari banyak cabang ilmu syariat
sejak tahun 1347 H-1357 H.
Syaikh Saad Waqqash al-Bukhari sebagai guru
tajwidnya.
Ilmu Yang Dihiasi Akhlak Mulia
Sudah selayaknya orang yang berilmu itu memiliki
akhlak yang mulia. Akhlak yang terbimbing dari
apa yang sudah diketahuinya. Demikian pula
dengan Ibnu Baz rahimahullah. Beliau dikenal
dengan kelemah-lembutannya. Mudah tersentuh
hatinya dan meneteskan air mata saat
mendengar bacaan Alquran. Mendengar hadits-
hadits Nabi ﷺ . Mendengar kisah-
kisah kehidupan para ulama. Mendengar kabar
tentang kaum muslimin. Atau bahkan mendengar
sebuah syair.
Ilmunya tidak ia gunakan untuk mendebat orang
yang berilmu dan para guru. Ia adalah seorang
yang sangat rendah hati. Walaupun
kedudukannya tinggi. Seorang yang tenang dan
tidak tergesa-gesa dalam bersikap dan
mengambil keputusan. Ia dikenal sebagai seorang
yang dermawan dalam harta, waktu, ilmu,
kebaikan, dan pertolongan. Tentu tidak mungkin
tulisan singkat ini menguraikan contoh dari
masing-masing sifat tersebut.
Daya ingatnya sangat kuat. Semakin bertambah
usia, makin kuat pual hafalannya. Di antara ciri
orang besar dan sukses adalah mereka memiliki
semangat dan ketekunan yang luar biasa. Sifat
itu pula yang dimiliki Syaikh Ibnu Baz. Ia
senantiasa menjadi penengah dalam banyak
permasalahan. Karena ia dikenal adil, bijak, dan
sangat teguh memegang prinsip kebenaran.
Dengan padatnya kegiatan, Syaikh tetaplah
seseorang yang menepati janjinya.
Berkhdimat Kepada Umat
Pada tahun 1357-1371 H, Syaikh Ibnu Baz diberi
amanah oleh kerajaan sebagai imam dan khotib
di Kota al-Kharj. Di sana juga beliau memiliki
majelis pengajian 5 hari sepekan. Hanya hari
Selasa dan Jumat saja tidak ada majelis beliau.
Kemudian beliau pindah ke Kota Riyadh pada
tahun 1372 H. Di ibu kota kerajaan ini beliau
mengajar di Ma’had ar-Riyadh al-Ilmi. Perhatian
beliau terhadap perkembangan ilmu agama di
Riaydh sangatlah besar. Beliau mengembangkan
halaqah belajar di al-Jami al-Kabir di Riyadh.
Pada tahun 1381 H, beliau diangkat menjadi
wakil rektor Universitas Islam Madinah.
Kemudian menjadi rektor pada tahun 1390-1395
H. Dan beliau menginisiasi halaqah belajar di
Masjid Nabawi ( Jawanib min Sirati al-Imam Abdul
Aziz bin Baz , Hal. 45-48).
Dengan keterbatasannya, beliau tetap
menunaikan haji. Rukun Islam yang kelima itu
beliau laksanakan sebanyak 42 kali dalam
hidupnya. Haji pertama dilaksanakan pada tahun
1349 H. Setelah itu dilaksanakan empat kali haji
tidak berturut-turut. Berikutnya, 37 kali haji
dilaksanakan secara berturut-turut. Antara tahun
1372-1418 H ( Jawanib min Sirati al-Imam Abdul
Aziz bin Baz , Hal. 113).
Di dunia akademik modern, kita menyaksikan
biasanya seseorang hanya mengambil satu
bidang kajian khusus untuk ia dalami. Karenanya,
ketika ia berbicara tentang bidang kajiannya, ia
akan terlihat sangat mumpuni. Namun jika
berbicara di luar bidangnya, ia sama seperti
orang awam lainnya atau hanya mengetahui
secara general saja. Adapun Syaikh Ibnu Baz,
beliau pakar dalam banyak cabang ilmu agama.
Ketika Syaikh Ibnu Baz berbicara dalam satu
cabang di antara cabang-cabang ilmu agama,
maka orang yang mendengarnya akan
menyangka ia memiliki spesialisasi di bidang
tersebut. Namun ternyata hal itu sama ketika
beliau berbicara di cabang ilmu yang lain. Ketika
ia berbicara tentang hadits; pengenalan tentang
rijalul hadits dan rawi-rawinya, tentang shahih
dan dhaif-nya, orang akan menyangkanya sebagai
ahli hadits. Ketika beliau berbicara tentang
akidah, maka orang menyangka dialah pakarnya.
Demikian juga dalam ilmu tafsir, fikih, dan yang
lainnya. Para pendengar akan dibuat kagum akan
kedalaman ilmunya.
Warisan Ibnu Baz
Syaikh Ibnu Baz banyak mewariskan karya ilmiah.
Ada yang dalam bentuk tulisan. Ada pula dalam
bentuk rekaman ceramah dan seminar. Karya
tulis Syaikh Ibnu Baz adalah hasil transkrip dari
ceramah-ceramah atau ucapan yang beliau
diktekan kepada murid-muridnya.
Karya-karya beliau sangat menekankan koreksi
ritual ibadah. Karena tidak kita pungkiri, banyak
praktik-praktik ibadah yang menyelisihi tuntuntan
Rasulullah ﷺ. Seperti bagaimana
haji dan umrah yang sesuai dengan tuntunan
sunnah Rasulullah ﷺ. Tentang
bagaimana shalat sesuai bimbingan Nabi
ﷺ . Tentang bagaimana puasa dan
zakat. Beliau juga memiliki kumpulan fatwa yang
telah dikumpulkan oleh Muhammad bin Saad asy-
Syuwai’ir dalam 18 jilid tebal.
Beliau juga memiliki perhatian besar dengan
akidah yang shahih. Berpegang kepada Sunnah
dan memperingatkan masyarakat dari bahaya
bid’ah. Kemudian tentang dakwah dan akhlak.
Tentang hijab dan nikah. Memperingatkan
buruknya fanatisme kearaban. Tentang jihad di
jalan Allah, dll.
Kasih Sayang Sesama Muslim
Terlalu banyak kisah-kisah betapa kasihnya
Syaikh Ibnu Baz terhadap umat Islam di belahan
dunia. Bahkan tidak jarang orang-orang yang
telah berputus asa di negerinya, mengirim surat
ke Arab Saudi, kepada Syaikh Ibnu Baz, untuk
memohon bantuan. Tidak hanya dari negara
Arab. Surat permohonan tersebut juga datang
dari negeri-negeri di Asia Tenggara.
Mungkin orang mengira, karena Syaikh Ibnu Baz
adalah tokoh dakwah salaf di masa sekarang,
beliau tidak peduli dengan tokoh-tokoh
pergerakan. Beliau memang tegas dalam hal-hal
yang menyelisihi sunnah, namun beliau juga
memegang teguh prinsip persaudaraan dan kasih
sayang sesama muslim. Mungkin tidak banyak
yang tahu kalau Syaikh Ibnu Baz meminta
pemerintah Mesir untuk tidak menghukum mati
Sayid Qutb rahimahullah.
Syaikh Muhammad Majdzub –salah seorang
ulama Maroko- mengisahkan tentang kemarahan
Syaikh Ibnu Baz kepada pemerintah Mesir yang
memvonis mati Sayid Qutb. Beliau mengirim
surat kepada pemerintah Mesir agar
membatalkan vonis tersebut. Ia menyebut Sayid
Qutb adalah saudaranya. Beliau menutup
suratnya dengan mencantumkan ayat:
ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﻘْﺘُﻞْ ﻣُﺆْﻣِﻨًﺎ ﻣُﺘَﻌَﻤِّﺪًﺍ
ﻓَﺠَﺰَﺍﺅُﻩُ ﺟَﻬَﻨَّﻢُ ﺧَﺎﻟِﺪًﺍ ﻓِﻴﻬَﺎ
ﻭَﻏَﻀِﺐَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻟَﻌَﻨَﻪُ ﻭَﺃَﻋَﺪَّ
ﻟَﻪُ ﻋَﺬَﺍﺑًﺎ ﻋَﻈِﻴﻤًﺎ
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang
mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah
Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka
kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan
azab yang besar baginya.” (QS:An-Nisaa | Ayat:
93) ( Ulama wa Mufakkirun Araftuhum oleh
Muhammad Majdzub, 1: 77-106).
Namun sayang, ulama Rabbani ini tidak dibiarkan
populer dan mendapatkan hati di masyarakat.
tidak sedikit media yang berusaha membunuh
karakter beliau. Baik media Islam apalagi media
non-Islam. Dan masih banyak kisah-kisah lainnya
tentang hubunga beliau bersama tokoh-tokoh
dakwah lainnya. Karena itu, pujian terhadap
beliau datang dari lawan apalagi kawan. Orang-
orang yang berbeda pemikiran dan jalan
dakwahnya pun tidak sedikit yang datang kepada
beliau untuk berkonsultasi. Masyarakat awam
sangat menghormati dan mendengarkan
pendapatnya. Beliau mendapat tempat di hati
semua kalangan.
Syaikh Abdullah bin Sulaiman al-Mani’
menyatakan Syaikh Ibnu Baz adalah sebaik-baik
hakim. Ia adalah hakim yang adil. Hakim yang
berilmu. Hakim yang diridhai putusannya.
Diterima dan menenangkan masyarakat ( Ulama
wa Mufakkirun Araftuhum oleh Muhammad
Majdzub, 1: 77-106).
Jabatan-jabatan Semasa Hidupnya
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah pernah menjabat
sebagai ketua Idarah al-Buhuts al-Ilmiyah wa al-
Ifta wa ad-Dakwah wa al-Irsyad. Kemudian
menjabat Grand Mufti Kerajaan Arab Saudi dan
pimpinan Hai-ah Kibar al-Ulama wa Idarah al-
Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta.
Beliau juga adalah pimpinan dan anggota al-
Majlis at-Ta’sisi Li Rabithah al-Alam al-Islami dan
pimpinan Majlis al-A’la al-Alami lil Masajid.
Beliau juga mengemban amanah sebagai ketua
al-Majma’ al-Islami di Mekah al-Mukarrmah dan
anggota majelis tinggi Jami’ah Islamiyah di
Madinah.
Wafatnya Sang Alim
Syaikh Ibnu Baz wafat pada hari Kamis, 27
Muharam 1420 H di usia 80 tahun. Beliau telah
menghabiskan umurnya untuk ilmu, belajar,
mengajar, berbakti kepada Islam dan kaum
muslimin. Semoga Allah memberikan rahmat
yang luas kepada beliau. Dan membalas
kebaikannya dengan sebaik-baik balasan
( Jawanib min Sirati al-Imam Abdul Aziz bin Baz
oleh Muhammad al-Hamd, Hal. 587).
~kisah muslim~

UKASYAH

����UKASYAH ����

Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum meninggal.
Rasulullah SAW telah jatuh sakit agak lama, sehingga kondisi beliau sangat lemah.

Pada suatu hari Rasulullah SAW meminta Bilal mema nggil semua sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kmdn, penuhlah Masjid dg para sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendpt taushiyah dr Rasulullah SAW.

Beliau duduk dg lemah di atas mimbar. Wajahnya terlihat pucat, menahan sakit yg tengah dilderitanya.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Wahai sahabat2 ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu2nya Tuhan yg layak di sembah?"
Semua sahabat menjawab dg suara bersemangat, " Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kpd kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu2nya Tuhan yg layak disembah."

Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
"Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kpd mereka."
Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yg Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.

Akhirnya sampailah kepada satu pertanyaan yg menjadikan para sahabat sedih dan terharu.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dg manusia. Maka aku ingin bertanya kpd kalian semua.
Adakah aku berhutang kpd kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tsb. Karena aku tidak mau bertemu dg Allah dlm keadaan berhutang dg manusia."
Ketika itu semua sahabat diam, dan dlm hati masing2 berkata "Mana ada Rasullullah SAW berhutang dg kita? Kamilah yg banyak berhutang kpd Rasulullah".
Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.

Tiba2 bangun seorang lelaki yg bernama UKASYAH, seorang sahabat mantan preman sblm masuk Islam, dia berkata:
"Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa".
Rasulullah SAW berkata: "Sampaikanlah wahai Ukasyah".
Maka Ukasyah pun mulai bercerita:
"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, satu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cambuk ke belakang kuda. Tetapi cambuk tsb tidak kena pada belakang kuda, tapi justru terkena pada dadaku, karena ketika itu aku berdiri di
belakang kuda yg engkau tunggangi wahai Rasulullah".

Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata: "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yg sama."
Dengan suara yg agak tinggi, Ukasyah berkata: "Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah."
Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan demikian.
Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak marah pd Ukasyah. "Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah. bukankah Baginda sedang sakit..!?"
Ukasyah tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk di rumah anaknya Fatimah.
Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah, kemudian Fatimah bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?"
Bilal menjawab dg nada sedih: "Cambuk ini akan digunakan Ukasyah utk memukul Rasulullah"
Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata:
"Kenapa Ukasyah hendak pukul ayahku Rasulullah? Ayahku sdg sakit, kalau mau mukul, pukullah aku anaknya".
Bilal menjawab: "Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua".
Bilal membawa cambuk tsb ke Masjid lalu diberikan kpd Ukasyah.

Setelah mengambil cambuk, Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah.

Tiba2 Abu bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil
berkata: "Ukasyah..! kalau kamu hendak memukul, pukullah aku. Aku orang yg pertama beriman dg apa yg Rasulullah SAW sampaikan. Akulah sahabtnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul, maka pukullah aku".
Rasulullah SAW: "Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dg Ukasyah".
Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah.

Kemudian Umar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:
"Ukasyah..! kalau engkau mau mukul, pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya, itu dulu. Sekarang tidak boleh ada seorangpun yg boleh menyakiti Rasulullah Muhammad. Kalau engkau berani menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu mayatku..!."
Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dg Ukasyah".
Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah,

Tiba2 berdiri Ali bin Abu Talib sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW.
Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah, pukullah aku saja. Darah yg sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah".
Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dg Ukasyah" .
Ukasyah semakin dekat dg Rasulullah.

Tiba2 tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen.
Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah sambil memohon. "Wahai Paman, pukullah kami Paman. Kakek kami sedang sakit, pukullah kami saja wahai Paman. Sesungguhnya kami ini cucu kesayangan Rasulullah, dg memukul kami sesungguhnya itu sama dg menyakIiti kakek kami, wahai Paman."
Lalu Rasulullah SAW berkata: "Wahai cucu2 kesayanganku duduklah kalian. Ini urusan Kakek dg Paman Ukasyah".

Begitu sampai di tangga mimbar, dg lantang Ukasyah berkata:
"Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah sini."
Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta bbrp sahabat memapahnya ke bawah.

Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara tegas Ukasyah berkata lagi:
"Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju, Ya Rasulullah"
Para sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah.
Tanpa berlama2 dlm keadaan lemah,
Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yg sangat indah, sedang bbrp batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.
Kemudian Rasulullah SAW berkata:
"Wahai Ukasyah, segeralah dan janganlah kamu berlebih2an. Nanti Allah akan murka padamu."

Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW, cambuk di tangannya ia buang jauh2, kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW seerat-eratnya. Sambil menangis sejadi2nya,
Ukasyah berkata:
"Ya Rasulullah, ampuni aku, maafkan aku, mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah.
Sengaja aku melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dg tubuhmu.
Seumur hidupku aku bercita2 dapat memelukmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka.
Dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah..."
Rasulullah SAW dg senyum berkata:
"Wahai sahabat2ku semua, kalau kalian ingin melihat ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!"
Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat
bergantian memeluk Rasulullah SAW.
*****
Meski sudah sering membaca dan mendengar kisah ini berulang-ulang, tetap saja aku menangis.
Semoga tetesan air mata ini membuktikan kecintaan kita kepada kekasih Allah SWT....
Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad

ERHAJI DI LUAR MEKKAH

✔️ BERHAJI DI LUAR MEKKAH

Adalah ulama Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al Marwazi ulama terkenal di makkah yang menceritakan riwayat ini.

Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia beristirahat dan tertidur.

Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka,

“Berapa banyak yang datang tahun ini?” tanya malaikat kepada malaikat lainnya.

“Tujuh ratus ribu,” jawab malaikat lainnya.

“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”

“Tidak satupun”

Percakapan ini membuat Abdullah gemetar.
“Apa?” ia menangis dalam mimpinya.

“Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”

Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua malaikat itu.

“Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni . Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.”

“Kok bisa?"

“Itu Kehendak Allah”

“Siapa orang tersebut?”

“Sa’id bin Muhafah, tukang sol sepatu di kota Damsyiq (damaskus sekarang)”

Mendengar ucapan itu, ulama itu langsung terbangun.

Sepulang haji, ia tidak langsung pulang kerumah, tapi langsung menuju kota Damaskus, Siria.

Sampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya.

Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namannya Sa’id bin Muhafah.

“Ada, ditepi kota” Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya.

Sesampai disana ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh,

“Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Ulama itu
“Betul, siapa tuan?”
“Aku Abdullah bin Mubarak”

Said pun terharu, "Bapak adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?”

Sejenak Ulama itu kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaannya, akhirnya iapun menceritakan perihal mimpinya.

“Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?”

“Wah saya sendiri tidak tahu!”

“Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini"

Maka Sa’id bin Muhafah bercerita.
“Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar :
Labbaika Allahumma labbaika.
Labbaika la syarika laka labbaika.
Innal hamda wanni’mata laka wal mulka.
laa syarika laka.
Ya Allah, aku datang karena panggilanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Segala ni’mat dan puji adalah kepunyanMu dan kekuasaanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis
Ya allah aku rindu Mekah
Ya Allah aku rindu melihat kabah
Ijinkan aku datang…..
ijinkan aku datang ya Allah..

Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan.

Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 dirham, cukup untuk saya berhaji.
“Saya sudah siap berhaji”

“Tapi anda batal berangkat haji”

“Benar”

“Apa yang terjadi?”

“Istri saya hamil, dan sering ngidam. Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat”

“Suami ku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini?
“ya sayang”
“Cobalah kau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini. Mintalah sedikit untukku”

"Ustadz, sayapun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh.

Disitu ada seorang janda dan enam anaknya.
Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit.

Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya

Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan “tidak boleh tuan”
“Dijual berapapun akan saya beli”
“Makanan itu tidak dijual, tuan” katanya sambil berlinang mata.

Akhirnya saya tanya kenapa?

Sambil menangis, janda itu berkata “daging ini halal untuk kami dan haram untuk tuan” katanya.

Dalam hati saya : Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim?

Karena itu saya mendesaknya lagi “Kenapa?”

“Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Dirumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak.

Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati
kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram".

Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis, lalu saya pulang.

Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun menangis, kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.

“Ini masakan untuk mu”
"Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka.”
"Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga. Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi”

Ya Allah……… disinilah Hajiku
Ya Allah……… disinilah Mekahku.

Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak tak bisa menahan air mAta.

Fi kitab irsyadul ibad ila sabiila rosyad.

Tak bosan membaca kisah ini berulang ulang, untul mengingatkan diri sendiri, untuk yang sedang beribadah haji sebagai bahan tadzkiroh...

Semoga hajjan mabruuron....
Aamiin.

�� Repost dari WA grup Islamadina 08778 2400 868, silahkan berbagi.

Orang Barat Telah Sampai di Bulan.. Bagaimana dengan Orang Islam..?

Taushiyah ke 208, Sabtu 28 Dzulqa'dah 1436 / 12 September 2015

Orang Barat Telah Sampai di Bulan.. Bagaimana dengan Orang Islam..?!

Al-Kisah.. Seseorang menemui seorang Syaikh yang sedang mengajarkan kepada murid-muridnya Kitab Shahih Al-Bukhari dan Muslim, lalu orang itu berkata:
"Wahai Syaikh, orang Barat telah sampai di Bulan sedang Anda masih disini saja?!"

Syaikh menjawab: "Apa yang istimewa dengan mereka sampai ke Bulan?! Makhluk sampai ke makhluk!! Adapun kita, maka kita berharap sampai ke Al-Khaliq, Pencipta semua makhluk!!"
-----------

Nasehat Emas

Banyak manusia menyangka kendaraan sebagai sarana pamer status sosial dan berbangga-banggaan, padahal tujuan intinya adalah sebagai transportasi..!

Banyak manusia menyangka pakaian sebagai sarana pamer kekayaan dan kemuliaan, padahal tujuan intinya adalah menutup aurat..!

Banyak manusia menyangka rumah sebagai sarana pamer kekayaan dan mencari perhatian orang, padahal tujuan intinya adalah sebagai tempat tinggal..!

Banyak manusia menghukumi dan memvonis orang dari apa yang dilihatnya saja, padahal disana ada hati dan akal pikiran yang tidak tampak..!

Kita hidup ditengah masyarakat yang tenggelam dalam cinta penampilan dan pencitraan serta sibuk dengan kulit...

Kita harus memulai hidup qana'ah dan rela dengan apa yang diberikan Allah dalam kehidupan di dunia ini..
Pasti kita akan merasakan ketenangan dan kedamaian bahkan kebahagiaan..
Coba perhatikan orang terkaya di dunia ini ketika meninggal dunia, apakah ada selain kain kafan yang ia bawa..?!

Diterjemahkan secara bebas dari teks Arab oleh;
Akhukum Fillah
@AbdullahHadrami

���� WA MTDHK (Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah) kota Malang ����

�� Infaq kegiatan dakwah MTDHK bisa disalurkan melalui rekening a/n Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah;

�� BSM No: 7755555511
�� BNI No: 0362755494

���� Semoga Allah beri ganti dengan yang lebih baik dan barokah di dunia dan akhirat.

☝��️Kegiatan dakwah dan laporan keuangan ada di website kami www.mtdhk.com.

�� Untuk berlangganan WA Taushiyah MTDHK ketik "GABUNG" kirim WA (bukan SMS) ke +6283848634832 (Anggota lama tidak perlu mendaftar lagi)

�� Silahkan disebarkan kiriman ini sebagaimana aslinya tanpa dirubah sedikitpun, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah.. Jazakumulloh khoiro.

Sabtu, 12 September 2015

Indahnya Akhlak Rosulullah

Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzul Hijjah

Taushiyah ke 207, Jum'at 27 Dzulqa'dah 1436 / 11 September 2015

Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzul Hijjah

Oleh: Abdullah Saleh Hadrami

1. Allah Ta’aala berfirman:

“Demi Fajar, dan malam-malam yang sepuluh.”  (QS. Al Fajr: 1-2).
Ibnu Katsir –Rahimahullah berkata: “ Yang dimaksud adalah sepuluh hari (pertama) bulan Dzul Hijjah”. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Az-Zubair, Mujahid dan tidak sedikit daripada Salaf dan Khalaf.

2. Allah Ta’aala berfirman:

“…dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari  yang telah ditentukan” (QS. Al Hajj: 28).
Ibnu Abbas –Radhialahu ‘Anhuma berkata: “ (Yang dimaksud adalah) sepuluh hari pertama (bulan Dzul Hijjah) “.

3. Dari Ibnu Abbas –Radhiallahu ‘Anhuma beliau berkata: Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
“Tidak ada hari dimana amal sholeh pada saat itu lebih dicintai Allah daripada hari-hari ini,  yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah. mereka (para sahabat) bertanya : Tidak juga jihad fi sabilillah (lebih utama dari itu) ?, beliau bersabda:  Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan jiwanya dan hartanya dan tidak kembali  dengan sesuatupun. (HR. Bukhari).

4. Dari Ibnu Umar –Radhiallahu ‘Anhuma berkata, Rasulullah–Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan tidak ada amal perbuatan yang lebih dicintai Allah selain pada sepuluh hari itu. Maka perbanyaklah pada hari-hari tersebut Tahlil, Takbir dan Tahmid “
(HR. Imam Ahmad dan Ath-Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir)

5. Sa’id bin Jubair –Rahimahullah dan beliau adalah yang meriwayatkan hadits Ibnu Abbas –Radhiallahu ‘Anhuma (poin 3) , jika telah datang sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah beliau (Sa’id bin Jubair –Rahimahullah) sangat bersungguh-sungguh (dalam beribadah dan beramal saleh) hingga hampir saja dia tidak kuasa (melaksanakannya) “
(Riwayat Ad-Darimi dengan sanad hasan)

6. Para Ulama –Rahimahumullah menyatakan: “ Sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah adalah hari-hari yang paling utama, sedangkan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan adalah malam-malam yang paling utama ”.

7. Ibnu Hajar –Rahimahullah berkata dalam kitabnya Fathul Baari: “ Tampaknya sebab mengapa sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah diistimewakan adalah karena pada hari-hari tersebut merupakan waktu berkumpulnya ibadah-ibadah utama; yaitu shalat, shaum, shadaqah dan haji dan tidak ada seperti itu pada waktu lainnya.”

MACAM – MACAM AMALAN YANG DISYARIATKAN :

1. Melaksanakan Ibadah Haji Dan Umrah

2. Berpuasa Selama Hari-Hari Tersebut Atau Pada Sebagiannya, Terutama Pada  Hari Arafah

Diriwayatkan dari Abu Qatadah bahwa Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda :“Berpuasa pada hari Arafah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya.”(HR. Muslim).

Dari Hunaidah bin Kholid dari isterinya, dari sebagian isteri-isteri Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, dia berkata: “Adalah Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam berpuasa pada sembilan (hari pertama) bulan  Dzul Hijjah, hari ‘Asyura (sepuluh Muharram) dan tiga hari setiap bulan.”(HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i).

Imam Nawawi –rahimahullah berkata tentang puasa sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah : “Sangat di sunnahkan.”

3. Disyariatkan Pada Hari-hari Itu Takbir Muthlak dan Muqoyyad

Takbir Muthlak dilakukan pada setiap saat, siang ataupun malam sampai Matahari terbenam tanggal 13 Dzul Hijjah.

Disyariatkan pula Takbir Muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai sholat fardhu dari sejak pagi hari ‘Arafah setelah shalat Subuh (9 Dzul Hijjah) sampai shalat Ashar akhir hari Tasyriq (13 Dzul Hijjah).

Imam Bukhari menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah –Radhiallahu ‘Anhum keluar ke pasar pada hari-hari sepuluh  (sepuluh hari pertama) dalam bulan Dzul Hijjah seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orang pun mengikuti takbirnya.

4. Taubat Serta Meninggalkan Segala Maksiat Dan Dosa, Sehingga Akan Mendapatkan Ampunan Dan Rahmat Allah.

5. Memperbanyak Beramal Shalih.

6. Berkurban Pada Hari Raya Qurban dan Hari-hari Tasyriq.

7. Melaksanakan Shalat Idul Adha dan Mendengarkan Khutbahnya Dll.

Maraji’:

- “Fadhl ‘Asyr Dzil Hijjah Wa Ahkam ‘Iedil Adha Wa Ahkamil Udhhiyyah”. Abdul Malik Al-Qasim. Penerbit Darul Qasim.

- “Min Akhtho’ina Fil ‘Asyr”. Muhammad bin Rasyid Al-Ghufaili. Cetakan Pertama 1417 H. Penerbit Darul Masir, Riyadh.

- “Fadhlu Ayyam ‘Asyr Dzil Hijjah”. Muraja’ah Syaikh Abdullah bin Jibrin. Cetakan Pertama, Syawal 1413 H. Penerbit Maktabah Al-Ummah, Unaizah.

- “Talkhish Kitab Ahkamil Udhhiyyah Wa Adzdzakah”. Syaikhuna Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin –Rahimahullah. Cetakan Pertama 1413 H. Penerbit Darul Muslim.

Akhukum Fillah
@AbdullahHadrami

���� WA MTDHK (Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah) kota Malang ����

�� Infaq kegiatan dakwah MTDHK bisa disalurkan melalui rekening a/n Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah;

�� BSM No: 7755555511
�� BNI No: 0362755494

���� Semoga Allah beri ganti dengan yang lebih baik dan barokah di dunia dan akhirat.

☝��️Kegiatan dakwah dan laporan keuangan ada di website kami www.mtdhk.com.

�� Untuk berlangganan WA Taushiyah MTDHK ketik "GABUNG" kirim WA (bukan SMS) ke +6283848634832 (Anggota lama tidak perlu mendaftar lagi)

�� Silahkan disebarkan kiriman ini sebagaimana aslinya tanpa dirubah sedikitpun, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah.. Jazakumulloh khoiro.

Jumat, 11 September 2015

KEHIDUPAN SEHARI-HARI YANG ISLAMI

✔️ KEHIDUPAN SEHARI-HARI YANG ISLAMI

1. Apakah anda selalu shalat Shubuh berjamaah di masjid setiap sehari ?

2. Apakah anda selalu menjaga shalat yang lima waktu di masjid ?

3. Apakah anda hari ini membaca Al-Qur’an ?

4. Apakah anda rutin membaca dzikir setelah selesai melaksanakan shalat wajib ?

5. Akakah anda selalu menjaga shalat sunnah rawatib sebelum atau sesudah shalat wajib ?

6. Apakah anda hari ini khusyu dalam shalat, menghayati apa yang anda baca ?

7. Apakah anda (hari ini) mengingat mati dan kubur ?

8. Apakah anda (hari ini) mengingat hari kiamat, segala peristiwa dan kedahsyatannya ?

9. Apakah anda telah memohon kepada Allah sebanyak tiga kali agar memasukkan anda ke dalam surga?
Sesungguhnya barangsiapa yang memohon demikian, surga berkata; “Wahai Allah masukkanlah ia ke dalam surga”.

10. Apakah anda telah meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali?
Sesungguhnya barangsiapa yang berbuat demikian, neraka berkata; ”Wahai Allah peliharalah dia dari api neraka”.
(Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang artinya, “Barangsiapa yang memohon surga kepada Allah sebanyak tiga kali, surga berkata; “wahai Allah masukkanlah ia ke dalam surga.” Dan barangsiapa yang meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali, neraka berkata; “wahai Allah selamatkan ia dari api neraka”.
HR. Tirmidzi dishahihkan oleh syaikh Al Albani dalam shahih Al Jami’ no. 911.

11. Apakah anda (hari ini) membaca hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam?

12. Apakah anda pernah berfikir untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik?

13. Apakah anda telah berusaha untuk menghindari banyak tertawa dan bergurau?

14. Apakah anda hari ini menangis karena takut kepada Allah?

15. Apakah anda selalu membaca dzikir pagi dan sore hari?

16. Apakah anda hari ini telah memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosamu?

17. Apakah anda telah memohon kepada Allah dengan benar untuk mati syahid?
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya, “Barangsiapa yang memohon kepada Allah dengan benar untuk mati syahid, maka Allah akan memberikan kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal diatas tempat tidur”.
HR.Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al Hakim dan ia menshahihkannya.

18. Apakah anda telah berdoa kepada Allah agar Dia menetapkan hati anda di atas agamaNya ?

19. Apakah anda telah mengambil kesempatan untuk berdoa kepada Allah di waktu-waktu yang mustajab?

20. Apakah anda telah membeli buku-buku Islam untuk memahami agama?

21. Apakah anda telah memintakan ampun kepada Allah untuk saudara-saudara mukminin dan mukminah? karena setiap mendo’akan mereka engkau akan mendapatkan kebajikan pula.

22. Apakah anda telah memuji Allah dan bersyukur kepadaNya atas nikmat Islam?

23. Apakah anda telah memuji Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas nikmat mata, telinga, hati dan segala nikmat lainnya?

24. Apakah anda hari ini telah besedekah kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya ?

25. Apakah anda dapat menahan marah yang disebabkan urusan pribadi dan berusaha untuk marah apabila aturan-aturan Allah dilanggar?

26. Apakah anda telah menjauhi sikap sombong dan membanggakan diri sendiri?

27. Apakah anda telah mengunjungi saudara seagama, ikhlas karena Allah?

28. Apakah anda telah mendakwahi keluarga, saudara-saudara, tetangga dan siapa saja yang ada hubungannya dengan diri anda ?

29. Apakah anda termasuk orang yang berbakti kepada orang tua?

30. Apakah anda mengucapkan “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” jika mendapatkan musibah?

31. Apakah anda hari ini mengucapkan doa ini,

اللْهمَّ إنِيّ أعُوذ بِكَ أنْ أشْركَ بِكَ وَأنَا أعْلَمُ وَأسْتَغْفِركَ لِمَا لا أعْلَم

“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari menyekutukan Engkau sedangkan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepadaMu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui.”

Barangsiapa mengucapkan demikian, Allah akan menghilangkan darinya syirik besar dan syirik kecil. (Lihat Shahih Al Jami’ no 3625).

32. Apakah anda berbuat baik kepada tetangga?

33. Apakah anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad dan dengki?

34. Apakah anda telah membersihkan lisan dari dusta, mengumpat, mengadu domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata-kata yang tidak ada manfaatnya?

35. Apakah anda takut kepada adzab Allah sehingga hati-hati dalam hal penghasilan, makanan dan minuman serta pakaian?

36. Apakah anda selalu bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya disegala waktu atas segala dosa dan kesalahan?

Wahai saudaraku seiman…

Jawabalah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan perbuatan agar engkau menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat insya Allah.

[Dari buku saku “Zaad Al Muslim Al Yaumi” (Bekal Muslim Sehari-hari) dari hal. 51-55, bab “hayatu yaumi Islami” (Kehidupan Sehari-hari yang Islami)
Penulis, Syaikh Abdullah bin jaarullah bin Ibrahim Al Jaarullah rahimahullah.
Penerjemah: Fariq Gasim Anuz].

�� Resposted dari WA grup Islamadina 08778 2400 868, silahkan berbagi, silahkan bergabung.

Benarkah Celah Shaf itu Diisi Iblis?

Tanggapan dari ustadz
Ammi Nur Baits
Hafizhahullah
_________________________

Benarkah Celah Shaf itu Diisi Iblis?

Ada salah satu tokoh ormas besar menyatakan bahwa merapatkan shaf ketika shalat jamaah itu gak bener.

Klo iblis hadir di celah shaf, lalu dia bilang: “saya: alhamdulillah kalo Iblis mau jamaah…” videonya bisa disimak di https://youtu.be/lLwY4Eeeynw

Mohon pencerahannya..

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Sebelumnya kami ingatkan, semua setan bisa disebut Iblis, karena setan bertindak sesuai kemauan Iblis.

Kita akan membaca beberapa hadis yang berisi perintah merapatkan shaf ketika shalat berjamaah,

Pertama,
dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyiapkan shaf shalat jamaah dengan memerintahkan,

رُصُّوا صُفُوفَكُمْ وَقَارِبُوا بَيْنَهَا وَحَاذُوا بِالأَعْنَاقِ فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنِّى لأَرَى الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ كَأَنَّهَا الْحَذَفُ

“Rapatkan shaf kalian, rapatkan barisan kalian, luruskan pundak dengan pundak. Demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, Sungguh aku melihat setan masuk di sela-sela shaf, seperti anak kambing.”

(HR. Abu Daud 667, Ibn Hibban 2166, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Kedua,
hadis dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyiapkan shaf shalat jamaah
Beliau memerintahkan makmum,

أَقِيمُوا الصُّفُوفَ فَإِنَّمَا تَصُفُّونَ بِصُفُوفِ الْمَلاَئِكَةِ وَحَاذُوا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ وَسُدُّوا الْخَلَلَ وَلِينُوا فِى أَيْدِى إِخْوَانِكُمْ وَلاَ تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللَّهُ

Luruskan shaf, agar kalian bisa meniru shafnya malaikat. Luruskan pundak-pundak, tutup setiap celah, dan buat pundak kalian luwes untuk teman kalian. Serta jangan tinggalkan celah-celah untuk setan. Siapa yang menyambung shaf maka Allah Ta’ala akan menyambungnya dan siapa yang memutus shaf, Allah akan memutusnya.

(HR. Ahmad 5724, Abu Daud 666, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

Ketiga,
hadis dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika merapatkan shaf, beliau mengatakan,

وَسُدُّوا الْخَلَلَ؛ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ فِيمَا بَيْنَكُمْ بِمَنْزِلَةِ الْحَذَفِ

“Tutup setiap celah shaf, karena setan masuk di antara shaf kalian, seperti anak kambing.”

(HR. Ahmad 22263 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Wajib Diyakini!

Setan tidak bisa kita lihat. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa melihatnya. Sangat mudah bagi Allah untuk membuat Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa melihat setan.

Kita telah mengikrarkan syahadat, menyatakan beliau sebagai utusan Allah.

Konsekuensinya, kita wajib mengimani dan meyakini setiap informasi yang beliau sampaikan.

Ketika beliau menyatakan, “Setan masuk di celah shaf kalian ketika shalat, seperti anak kambing..” akankah kita tertawakan?

Di mana pengagungan kita kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Kita bisa bayangkan, andai tokoh ormas ini ada di tengah shaf sahabat, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhnya untuk merapatkan shafnya, agar tidak diisi setan. Lalu dia komentar, “Ya Rasulullah, alhamdulillah kalo setan mau jamaah…”

Di mana kira-kira pukulan Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu akan melayang??

Tujuan Setan Hadir di Tengah Shaf

Semua orang yang membaca tentu sadar, bahwa kehadiran setan di sela-sela shaf tentu saja bukan untuk ikut shalat jamaah. Kehadiran setan adalah untuk menggoda peserta shalat jamaah.

Kita simak hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا نُودِىَ لِلصَّلاَةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لاَ يَسْمَعَ التَّأْذِينَ ، فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ ، حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلاَةِ أَدْبَرَ ، حَتَّى إِذَا قَضَى التَّثْوِيبَ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطُرَ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ ، يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا ، اذْكُرْ كَذَا . لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ ، حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لاَ يَدْرِى كَمْ صَلَّى

Ketika adzan dikumandangkan, setan menjauh sambil terkentut-kentut, sehingga tidak mendengarkan adzan. Setelah adzan selesai, dia datang lagi. Ketika iqamah dikumandangkan, dia pergi. Setelah selesai iqamah, dia balik lagi, lalu membisikkan dalam hati orang yang shalat: ingat A, ingat B, menngingatkan sesuatu yang tidak terlintas dalam ingatan. Hingga dia lupa berapa jumlah rakaat yang dia kerjakan.

(HR. Ahmad 8361, Bukhari 608, Muslim 885 dan yang lainnya).

Disamping menggoda ingatan, setan juga menggoda konsentrasi dengan diganggu fisiknya, agar dia merasa telah berhadas,

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menasehatkan kepada orang yang suka was-was dengan hadas ketika shalat,

إنَّ الشَّيْطَانَ يَأْتِي أَحَدَكُمْ وَهُوَ فِي الصَّلاَة فَيَبَلُّ إحْلِيلَهُ حَتَّى يَرَى أَنَّهُ قَدْ أَحْدَثَ ، وَأَنَّهُ يَأْتِيهِ فَيَضْرِبُ دُبُرَهُ ، فَيُرِيهِ أَنَّهُ قَدْ أَحْدَثَ ، فَلاَ تَنْصَرِفُوا حَتَّى تَجِدُوا رِيحًا ، أَوْ تَجِدُوا بَلَلا

Sesungguhnya setan mendatangi kalian ketika shalat, lalu dia basahi tempat keluarnya kencing, hingga kalian merasa berhadas (ada kencing yang keluar). Dia juga datang dan menabok dubur kalian, sehingga kalian merasa telah berhadas (kentut). Karena itu, jangan kalian batalkan shalat, sampai mencium bau kentut atau ada yang basah di celana.

(HR. Ibnu Abi Syaibah, 8083)

Setan itu Bernama Khinzib

Dalam hadis dari Utsman bin Abil ‘Ash radhiallahu ‘anhu, Beliau mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengadukan gangguan yang dia alami ketika shalat. Kemudian, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خِنْزِبٌ فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلاَثًا

“Itu adalah setan. Namanya Khinzib. Jika kamu merasa diganggu, mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguannya dan meludahlah ke kiri tiga kali.”

Kata Utsman, “Aku pun melakukannya, kemudian Allah menghilangkan gangguan itu dariku.” (HR. Muslim 2203)

Benci Karena Nafsu, Menyebabkan Benci Kebenaran

Berkali-kali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kepada para sahabat akan kehadiran setan pada saat kita shalat. Dan tidak ada sahabat yang terbayang, setan ikut shalat jamaah…!

Kita sangat menyayangkan ketika setingkat tokoh ormas besar di Indonesia memiliki pemahaman konyol seperti itu.

Meskipun kami sangat yakin, tokoh ini tidak sebodoh yang kita bayangkan. Dia tahu hadisnya, dia paham sunahnya, tapi semangat kedengkian menutupi itu semua. Setelah dia menyebut wahabi (yang dia maksud salafy) berusaha merapatkan shaf ketika shalat jamaah, dia membencinya dan sekaligus membenci sunahnya.

Laa ilaaha illallaah.

Seperti itulah kebencian karena hawa nafsu. Akhirnnya yang menjadi sasaran kedengkiannya bukan hanya pelaku, sampai atribut kebenaran yang selalu dibawa pelaku.

Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari kejahatan pemikiran orang munafiq.

Allahu a’lam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

http://www.konsultasisyariah.com/celah-shaf-itu-diisi-setan/

AGAR MENGHAFAL AL-QUR’AN TERASA NIKMAT

[06:59, 9/10/2015] isma new: Izin share cara menghafal Al Qur'an.
[06:59, 9/10/2015] isma new: �� 8 HAL AGAR MENGHAFAL AL-QUR’AN TERASA NIKMAT ��

Berikut ini adalah 8 hal yg insya Allah membuat kita merasa nikmat menghafal Al-Qur’an.

Tips ini kami dapatkan dari ust. Deden Makhyaruddin yang menghafal 30 juz dalam 19 hari (setoran) dan 56 hari untuk melancarkan.

Tapi uniknya, beliau mengajak kita untuk berlama-lama dalam menghafal.

Pernah beliau menerima telepon dari seseorang yang ingin memondokkan anaknya di pesantren beliau.

“ustadz.. menghafal di tempat antum tu berapa lama untuk bisa hatam??”

“SEUMUR HIDUP” jawab ust. Deden dengan santai.

Meski bingung, Ibu itu tanya lagi “targetnya ustadz???”

“targetnya HUSNUL KHOTIMAH, MATI DALAM KEADAAN PUNYA HAFALAN” jawab ust. Deden.

“Mm.. kalo pencapaiannya ustadz???” Ibu itu terus bertanya.

“pencapaiannya adalah DEKAT DENGAN ALLAH” kata ust. Deden.

Menggelitik, tapi sarat makna. Prinsip beliau “CEPAT HAFAL itu datangnya dari ALLAH, INGIN CEPAT HAFAL (bisa jadi) datangnya dari hawa nafsu dan syaithan”…

(Sebelum membaca lebih jauh, saya harap anda punya komitmen terlebih dahulu untuk meluangkan waktu 1 jam per hari khusus untuk qur’an. Kapanpun itu, yg penting durasi 1 jam)

Mau tahu lebih lanjut, yuk kita pelajari 8 prinsip dari beliau beserta sedikit penjelasan dari saya.

1. MENGHAFAL TIDAK HARUS HAFAL

Allah memberi kemampuan menghafal dan mengingat yg berbeda2 pada tiap orang.

Bahkan imam besar dalam ilmu qiroat, guru dari Hafs -yg mana bacaan kita merujuk pada riwayatnya- yaitu Imam Asim menghafal Al-Quran dalam kurun waktu 20 tahun.

Target menghafal kita bukanlah ‘ujung ayat’ tapi bagaimana kita menghabiskan waktu (durasi) yg sudah kita agendakan HANYA untuk menghafal.

2. BUKAN UNTUK DIBURU-BURU, BUKAN UNTUK DITUNDA-TUNDA

Kalau kita sudah menetapkan durasi, bahwa dari jam 6 sampe jam 7 adalah WAKTU KHUSUS untuk menghafal misalnya,

Maka berapapun ayat yang dapat kita hafal tidak jadi masalah.

Jangan buru-buru pindah ke ayat ke-2 jika ayat pertama belum benar2 kita hafal.

Nikmati saja saat2 ini.. saat2 dimana kita bercengkrama dengan Allah.

1 jam lho.. untuk urusan duniawi 8 jam betah, hehe.

Toh 1 huruf 10 pahala bukan??

So jangan buru2… 
Tapi ingat!

Juga bukan untuk ditunda2.. habiskan saja durasi menghafal secara ‘PAS’

3. MENGHAFAL BUKAN UNTUK KHATAM, TAPI UNTUK SETIA BERSAMA QUR’AN.

Kondisi HATI yang tepat dalam menghafal adalah BERSYUKUR bukan BERSABAR.

Tapi kita sering mendengar kalimat “menghafal emang kudu sabar”, ya kan??

Sebenarnya gak salah, hanya kurang pas saja.

Kesannya ayat2 itu adalah sekarung batu di punggung kita, yang cepat2 kita pindahkan agar segera terbebas dari beban (hatam).

Bukankah di awal surat Thoha Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan BUKAN SEBAGAI BEBAN.

Untuk apa hatam jika tidak pernah diulang??

Setialah bersama Al-Qur’an.

4. SENANG DIRINDUKAN AYAT

Ayat2 yg sudah kita baca berulang-ulang namun belum juga nyantol di memory, tu ayat sebenarnya lagi kangen sama kita.

Maka katakanlah pada ayat tersebut “I miss you too…” hehe.

Coba dibaca arti dan tafsirnya… bisa jadi tu ayat adalah ‘jawaban’ dari ‘pertanyaan’ kita.

Jangan buru2 suntuk dan sumpek ketika gak hafal2, senanglah jadi orang yg dirindukan ayat..

5. MENGHAFAL SESUAP-SESUAP

Nikmatnya suatu makanan itu terasa ketika kita sedang memakannya, bukan sebelum makan bukan pula setelahnya.

Nikmatnya menghafal adalah ketika membaca berulang2.

Dan besarnya suapan juga harus pas di volume mulut kita agar makan terasa nikmat.

Makan pake sendok teh gak nikmat karena terlalu sedikit, makan pake sendok nasi (entong) bikin muntah karena terlalu banyak.

Menghafalpun demikian.

Jika “amma yatasa alun” terlalu panjang, maka cukuplah “amma” diulang2, jika terlalu pendek maka lanjutkanlah sampai “anin nabail adzim” kemudian diulang2.

Sesuaikan dengan kemampuan ‘mengunyah’ masing-masing anda.

6. FOKUS PADA PERBEDAAN, ABAIKAN PERSAMAAN“

Fabi ayyi alaa’i rabbikuma tukadz dziban” jika kita hafal 1 ayat ini, 1 saja! maka sebenarnya kita sudah hafal 31 ayat dari 78 ayat yg ada di surat Ar-Rahman.

Sudah hampir separuh surat kita hafal.

Maka ayat ini dihafal satu kali saja, fokuslah pada ayat sesudahnya dan sebelumnya yang merangkai ayat tersebut.

7. MENGUTAMAKAN DURASI

Seperti yang dijelaskan di atas, komitmenlah pada DURASI bukan pada jumlah ayat yg akan dihafal.

Ibarat argo taxi, keadaan macet ataupun di tol dia berjalan dengan tempo yang tetap.

Serahkan 1 jam kita pada Allah.. syukur2 bisa lebih dari 1 jam.

1 jam itu gak sampe 5 persen dari total waktu kita dalam sehari…!!! 
5 persen untuk qur’an

8. PASTIKAN AYATNYA BERTAJWID

Cari guru yang bisa mengoreksi bacaan kita.

Bacaan tidak bertajwid yg ‘terlanjur’ kita hafal akan sulit dirubah/diperbaiki di kemudian hari (setelah kita tahu hukum bacaan yang sebenarnya).

Jangan dibiasakan otodidak untuk Al-Qur’an… dalam hal apapun yg berkaitan dengan Al-Qur’an; membaca, mempelajari, mentadabburi, apalagi mengambil hukum dari Al-Quran.

NB: setiap point dari 1 – 8 saling terkait…

Semoga bermanfaat, niat kami hanya ingin berbagi.. 
Mungkin ini bisa jadi solusi bagi teman-teman yang merasa tertekan, bosan, bahkan capek dalam menghafal.

Kami yakin ada yg tidak setuju dengan uraian di atas, pro-kontra hal yg wajar karena setiap kepala punya pikiran dan setiap hati punya perasaan.

Oh ya, bagi penghafal pemula jangan lama2 berkutat dalam mencari2 metode menghafal yang cocok dan pas, dewasa ini banyak buku ataupun modul tentang menghafal Al-Qur’an dengan beragam judulnya yg marketable.

Percayalah.. 
1 metode itu untuk 1 orang, si A cocok dengan metode X, belum tentu demikian dengan si B, karena si B cocok dengan metode Y.

Dan yakini sepenuhnya dalam hati bahwa menghafal itu PENELADANAN PADA SUNNAH NABI BUKAN PENERAPAN PADA SUATU METODE.

Satu lagi.. seringkali teman kita menakut2i “jangan ngafal.. awas lho, kalo lupa dosa besar”.. hey, yg dosa itu MELUPAKAN, bukan LUPA.

Imam masjidil Harom pernah lupa sehingga dia salah ketika membaca ayat, apakah dia berdosa besar???

Oke ya… 
Semoga kita masuk syurga dengan jalan menghafal Qur’an. Amiin…selamat menghafal.

(Catatan dari Kajian Indahnya hidup dengan Menghafal dan Mentadabburi Al Quran bersama Ustadz Bachtiar Natsir dan Ustadz Deden Mukhyaruddin di Masjid Al Falah; 7/6/'15) - bersama Ustadzuna Alfan Syulukh, S.Psi., Al Hafidz.

......Sebarkan ya jika MANFAAT.....

LAKI-LAKI

�� Seorang suami mengadukan apa yang ia rasakan kepada seorang Syekh. Dia berkata:

Ketika aku mengagumi calon istriku seolah-olah dalam pandanganku Allah tidak menciptakan perempuan yang lebih cantik darinya di dunia ini.������

Ketika aku sudah meminangnya, aku melihat banyak perempuan seperti dia.��

Ketika aku sudah menikahinya aku lihat banyak perempuan yang jauh lebih cantik dari dirinya.��

Ketika sudah berlalu beberapa tahun pernikahan kami, aku melihat seluruh perempuan lebih manis dari pada istriku.��

Syekh berkata: "Apakah kamu mau aku beritahu yang lebih dahsyat dari pada itu dan lebih pahit?"����

Laki-laki penanya: Iya, mau.

Syekh: Sekalipun kamu mengawini seluruh perempuan yang ada di dunia ini pasti anjing yang berkeliaran di jalanan itu lebih cantik dalam pandanganmu dari pada mereka semua.��������

Laki-laki penanya itu tersenyum masam, lalu ia berujar: "Kenapa tuan Syekh berkata demikian?"❓��

Syekh: Karena masalahnya terletak bukan pada istrimu. Tapi masalahnya adalah bila manusia diberi hati yang tamak, pandangan yang menyeleweng, dan kosong dari rasa malu kepada Allah, tidak akan ada yang bisa memenuhi pandangan matanya kecuali tanah kuburan.

Rasulullah bersabda:

"لَوْ أَنَّ لِابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ ثَانِيًا، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ "

"Andaikan anak Adam itu memiliki lembah penuh berisi emas pasti ia akan menginkan lembah kedua, dan tidak akan ada yang bisa memenuhi mulutnya kecuali tanah. Dan Allah akan menerima taubat siapa yang mau bertaubat".

Jadi, masalah yang kamu hadapi sebenarnya adalah kamu tidak menundukkan pandanganmu dari apa yang diharamkan Allah.

Sekarang, apakah kamu menginginkan sesuatu yang akan mengembalikan kecantikan istrimu seperti pertama kali kamu mengenalnya? Ketika ia menjadi wanita tercantik di dunia ini?

Laki-laki penanya: Iya, mau sekali.

Syekh: Tundukkan pandanganmu!����

~~ Semoga bermanfaat ~~