Selasa, 25 Agustus 2015

Dajjāl (bagian 2)

��BimbinganIslam.com
Selasa, 10 Dzulqa'dah 1436 H / 25 Agustus 2015 M
�� Ustadz 'Abdullāh Roy, MA
�� Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir
�� Halaqah 16 | Dajjāl (bagian 2)
⬇ download audio
https://www.dropbox.com/s/c8f65no4r5f8gem/16.%20dajjal%202.mp3?dl=0
➖➖➖➖➖➖➖➖➖

DAJJĀL (BAGIAN 2)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Halaqah yang ke-16 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang Dajjāl (bagian 2).

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagai seorang Nabi yang sangat menginginkan keselamatan bagi umatnya, telah menyebutkan di dalam hadits-hadits yang shahīh tentang ciri-ciri Dajjāl.

Di antaranya bahwasanya Dajjāl adalah:

✔ orang yang gemuk badannya
✔ kulitnya berwarna merah
✔ rambutnya keriting
✔ mata kanannya buta
✔ mata kirinya seperti anggur
✔ tertulis di antara kedua matanya tiga huruf kaf (ك), fa (ف), ra (ر). Dalam riwayat lain disebutkan kāfir (كافر).

Semua orang yang beriman bisa membaca baik yang buta huruf maupun yang tidak buta huruf.

Ciri-ciri di atas disebutkan dalam hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Bukhāri dan juga Muslim.

Di dalam shahīh Muslim disebutkan bahwasanya Dajjāl tidak memiliki anak.

Orang yang mengenal Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengetahui bahwasanya Dajjāl bukanlah Rabbul 'Ālamīn.

Mereka tahu bahwasanya:
● Allāh tidak dilihat di dunia, dan
● Allāh tidak buta sebelah

Adapun kehebatan yang dimiliki oleh Dajjāl maka semuanya adalah dengan izin Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk menguji keimanan para hamba.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

فَإِنْ أُلْبِسَ عَلَيْكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى لَيْسَ بِأَعْوَرَ ،وَ إِنَّكُمْ لَنْ تَرَوْا رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى حَتَّى تَمُوتُوا

“Apabila samar bagi kalian Rabb kalian maka ketahuilah maka bahwasanya Rabb kalian Tabāraka wa Ta'āla tidaklah buta sebelah matanya. Dan sesugguhnya kalian tidak akan melihat Rabb kalian Tabāraka wa Ta'āla sampai kalian meninggal dunia."

(HR. Ahmad dan Abu Dawud dan dishahīhkan oleh Syaikh Al-Albāniy rahimahullāh)

Dajjāl akan tinggal di bumi selama 40 hari;

• 1 hari pertama seperti setahun
• 1 hari kedua seperti sebulan
• 1 hari ketiga seperti seminggu
• Dan hari-hari yang lain seperti hari-hari biasa.

(HR. Muslim)

Jadi kurang lebih apabila dihitung dengan hari-hari biasa, dia akan tinggal di bumi selama 1 tahun 2.5 bulan.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaramu,
'Abdullāh Roy

Ditranskrip oleh
Tim Transkrip BiAS
➖➖➖➖➖➖➖➖

CIRI ORANG YANG DIBERKAHI ALLAH

CIRI ORANG YANG DIBERKAHI ALLAH

Bismillah...

Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman menceritakan perkataan Nabi ‘Isa 'alaihis salaam:

(وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ)

“Dan Dia (Allah) menjadikanku sebagai orang yang diberkahi dimanapun aku berada.” (QS. Maryam : 31)

Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah menerangkan bahwa orang yang diberkahi Allah Ta’ala ialah siapa saja yg memiliki sifat dan kriteria berikut ini:

1. Mengajarkan kebaikan.
2. Menyeru kepada Allah.
3. Mengingatkan tentang Allah.
4. Memotivasi agar senantiasa berbuat keta'atan kepada Allah.

Maka, barangsiapa yang tidak ada pada dirinya 4 sifat dan kriteria tersebut, berarti ia bukanlah termasuk orang yang diberkahi.

Dan Allah Ta’ala telah menghilangkan keberkahan dari perjumpaan dan perkumpulannya serta dari orang yang berjumpa dan berkumpul (berduduk-duduk) dengannya.

Hilangnya keberkahan ini disebabkan orang yang tidak diberkahi Allah tersebut akan menyia-nyiakan waktu (umur) dan merusak hati (kita).

(Sumber: Risalatu Ibnil Qayyim ilaa Ahadi Ikhwaanihi, hal.3) (92)

Oleh al Ustadz Muhammad Wasitho, MA, 

Tafsir Surat 4 An-Nisaa', Ayat 94. Bagian 1

Taushiyah ke 197, Senin 09 Dzulqa'dah 1436 / 24 Agustus 2015

Tafsir Mudah 100 Ayat Al-Qur'an Seruan Kepada Orang Beriman

Ayat Keduapuluh empat: Surat 4 An-Nisaa', Ayat 94.

Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Tafsir Mudah dan Kandungan Ayat:

1. Ayat ini adalah seruan untuk semua orang beriman tanpa pandang suku, ras, warna kulit dan bangsa.
2. Orang beriman adalah orang mengimani semua yang wajib diimani dengan ucapan lisan, keyakinan hati dan pengamalan dengan anggota tubuh. Iman bisa bertambah dengan ketaatan kepada Allah dan bisa berkurang dengan kedurhakaan kepada Allah.
3. Allah memerintahkan kepada hamba-hambaNya yang beriman apabila pergi berjihad di jalan Allah dan mengharapkan ridhaNya agar teliti dan jeli dalam semua perkara yang masih samar dan belum jelas.
4. Semua perkara itu ada dua macam; jelas dan belum jelas.
5. Perkara yang telah jelas tidak diperlukan lagi untuk diteliti karena telah jelas.
6. Perkara yang masih samar dan belum jelas perlu untuk diteliti dan dipastikan kejelasannya sebelum kita tentukan keputusan kita atasnya.
7. Teliti dan jeli dalam semua urusan terutama dalam peperangan itu mempunyai faedah yang sangat banyak dan untuk menghindari keburukan yang besar.
8. Teliti dan jeli adalah bukti kebaikan agama, akal dan kecerdasan seseorang.
9. Terburu-buru dan tergesa-gesa dalam melangkah sebelum tampak kejelasan suatu perkara akan berdampak buruk dan menyebabkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan sebagaimana terjadi kepada mereka yang ditegur oleh Allah dalam ayat ini.
10. Mereka ditegur oleh Allah karena tidak teliti dan tidak jeli sehingga membunuh orang yang mengucapkan "salam" kepada mereka dan menampakkan keIslaman dengan tuduhan "bukan seorang mukmin", karena menginginkan materi duniawi berupa harta rampasan perang dan harta yang ada pada orang yang dibunuh tersebut. Ini adalah sebuah kesalahan sehingga Allah tegur mereka.
11. Jangan kita lakukan perbuatan terlarang yang menyebabkan kita korbankan semua kebaikan yang banyak lagi kekal di sisi Allah demi untuk mendapatkan materi duniawi yang sedikit lagi hina dan fana.

----- bersambung -------

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan "Ahlul Qur'an" [Keluarga Al-Qur'an] dan "Shohibul Qur'an"  [Sahabat Al-Qur'an], yang "Hidup Di Bawah Naungan Al-Qur'an", selalu membaca, memahami dan mengamalkannya sehingga kami menjadi sukses, bahagia dan selamat dunia akhirat, aamiin..

Akhukum Fillah
@AbdullahHadrami

���� WA MTDHK (Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah) kota Malang ����

�� Infaq kegiatan dakwah MTDHK bisa disalurkan melalui rekening a/n Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah;

�� BSM No: 7755555511
�� BNI No: 0362755494

���� Semoga Allah beri ganti dengan yang lebih baik dan barokah di dunia dan akhirat.

☝��️Kegiatan dakwah dan laporan keuangan ada di website kami www.mtdhk.com.

�� Untuk berlangganan WA Taushiyah MTDHK ketik "GABUNG" kirim WA (bukan SMS) ke +6283848634832 (Anggota lama tidak perlu mendaftar lagi)

�� Silahkan disebarkan kiriman ini sebagaimana aslinya tanpa dirubah sedikitpun, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah.. Jazakumulloh khoiro.

Senin, 24 Agustus 2015

BUKANNYA SAYA SOMBONG

��BimbinganIslam.com
Senin, 9 Dzulqa'dah 1436 H / 24 Agustus 2015 M
�� Materi Tematik
�� Ustadz Firanda Andirja, MA
�� Download Audio: https://www.dropbox.com/s/ahjzwz58z531suk/bukannya%20saya%20sombong.mp3?dl=0
�� Video Source: https://youtu.be/SdHw7vwLZaA
➖➖➖➖➖➖➖➖➖

BUKANNYA SAYA SOMBONG

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

"Bukannya saya sombong", adalah perkataan yang sering kita dengar diucapkan oleh sebagian orang untuk menjauhkan tuduhan terhadap dirinya bahwasanya dia sombong.

Dia tidak ingin dituduh sebagai orang yang sombong.

Maka sebelum dia menyombongkan dirinya dia mengatakan:

"Bukannya saya sombong."

Kenyataannya, kita dapati sebagian orang tatkala mengucapkan kalimat ini ("Bukannya saya sombong"), maka mulailah dia sombong.

Setelah itu terucap dari kata-katanya yang menunjukkan bahwa dia sombong.

Misalnya dia mengatakan:

"Kalau bukan karena saya dakwah nggak bisa jalan."

Atau misalnya dia mengatakan:

"Saya yang membangun yayasan tersebut,"

Atau,

"Kalau saya mau, saya bisa begini dan bisa begitu."

Dia sombong, namun sebelum dia dituduh sombong dia mengucapkan:

"Bukannya saya sombong."

Semisal dengan ini seperti perkataan sebagian orang yang mengatakan:

"Bukannya saya riyā'."

Padahal setelah itu diapun mulai riyā'.

Dia mengatakan misalnya:

"Bukannya saya riyā', saya ini sudah haji lima kali, saya ini sudah umroh sepuluh kali, namun saya tidak riya' saya cuma mau kasih tahu saja."

Ini sebenarnya riyā' namun dia ingin menutupi dirinya dari perkara riyā' tersebut dengan mengatakan:

"Bukannya saya riyā."

Semisal dengan ini juga seperti seseorang yang mengatakan:

"Bukannya saya mau ghībah, tetapi saya ingin menceritakan kenyataan yang sesungguhnya si fulan itu demikian demikian."

Atau dia mengatakan:

"Bukannya saya ghībah akan tetapi supaya engkau tidak seperti dia."

Atau dia mengatakan:

"Bukannya saya ghībah tapi kau harus hati-hati dengan orang seperti ini."

Maka kita khawatir sesungguhnya dia telah terjerumus di dalam ghībah yang dilarang oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Karena ghībah adalah menceritakan kenyataan yang buruk yang terdapat pada saudara kita. 

ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ

"Menyebutkan tentang saudaramu yang saudaramu tidak suka untuk disebutkan."

Adapun bila engkau mengatakan sesuatu yang tidak benar maka itu adalah kedustaan.

Karenanya, seseorang hendaknya hati-hati jangan sampai terjebak dengan jebakan iblis.

Jangan sampai terjerumus dalam kesombongan kemudian menutupinya dengan mengatakan:

"Bukannya saya sombong."

Jangan sampai juga seseorang terjerumus dalam riyā' kemudian agar tidak terasa seperti riyā' maka untuk menutupinya mengatakan:

"Bukannya saya riyā'."

Atau, seseorang jangan sampai terjerumus dalam ghībah jebakan syaithān kemudian syaithān mengatakan:

"Berikanlah dia muqaddimah agar kau tidak dituduh ghībah, katakan saja 'Bukannya saya ghibah'."

Kenyataannya orang-orang yang mengucapkan demikian seringnya terjerumus dalam sombong, terjerumus dalam riyā', dan terjerumus dalam ghībah.

Namun, bukan berarti kita menuduh kalo ada yang mengatakan "Bukannya saya sombong" maka dia pasti sombong, tidak!

Kita bukan dalam rangka menuduh orang lain tetapi ini sebagai renungan bagi diri kita yang terkadang kita mengucapkan "Bukannya saya sombong" ternyata itu hanyalah muqaddimah untuk bersombong ria.

Terkadang kita mengatakan "Bukannya saya riyā'" ternyata itu hanyalah pengantar untuk mulai ber-riyā' (melakukan hal-hal yang riyā').

Dan terkadang kita mengatakan "Bukannya saya berghībah" tetapi ternyata itu adalah pengantar kita untuk ber ghībah ria.

Semoga, bukannya saya sombong, bukannya saya riyā', saya hanya menyampaikan saja.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

----------------------------
♻ PROGRAM TEBAR QURBAN
CINTA SEDEKAH dan Group Bimbingan Islam

▪Paket Sapi A 19.250.000
Untuk 7 orang @Rp. 2.750.000
▪Paket Sapi B 15.750.000
Untuk 7 Orang @Rp. 2.250.000
▪Kambing A Rp. 2.500.000
▪Kambing B Rp. 2.300.000
▪Kambing C Rp. 2.100.000

SALURKAN Qurban anda melalui:
�� Rek. Bank Muamalat
Cab. Cibubur No Rek 3310004579
a.n. Cinta Sedekah

�� Konfirmasi
SMS ke 0878 8145 8000
Dengan format: Nama#Domisili#PaketQurban#JumlahTransfer
Contoh:
Musa#Yogyakarta#2 Paket Kambing A#5.000.000
Isa#Solo#1/7 Paket Sapi B#2.250.000

�� www.cintasedekah.org
�� Fb: Cinta Sedekah

DUSTA ITU BELENGGU

DUSTA ITU BELENGGU

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

إياكم والكذب فإن الكذب يهدي إلى الفجور، وإن الفجور يهدي إلى النار، وما يزال الرجل يكذب ويتحرى الكذب حتى يكتب عند اللَّه كذابًا

“Janganlah kalian berdusta, sebab dusta itu akan menggiring pelakunya kepada kejelekan, sementara kejelekan(dosa-dosa) akan menggiring seseorang ke neraka, dan tidaklah seseorang itu berdusta dan membiasakan dirinya berdusta hingga tertulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta”. (HR. Bukhari Muslim)

Dalam Tahdzib Al-Atsar, Imam At-Thabary meriwayatkan bahwa Abu Darda pernah bertanya kepada Rasulullah-shallallahu aalaihi wa sallam:

يا رسول الله ، هل يسرق المؤمن ؟ قال : « قد يكون ذلك » . قال : فهل يزني المؤمن ؟ قال : « بلى ، وإن كره أبو الدرداء » قال : هل يكذب المؤمن ؟ قال : « إنما يفتري الكذب من لا يؤمن ، إن العبد يزل الزلة ثم يرجع إلى ربه فيتوب ، فيتوب الله عليه »

“Wahai Rasulullah, Apakah seorang mukmin itu bisa tergelincir dalam perbuatan mencuri? Rasulullah menjawab:” Boleh jadi”. Abu Darda melanjutkan: bisakah orang mukimin tergelincir hingga ia berzina? Rasulullah menjawab:”boleh jadi walaupun Abu Darda tidak suka mendengarnya”. Abu Darda kembali bertanya: Apakah seorang mukmin itu berdusta? Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya yang nekat berdusta hanyalah orang yang tidak beriman. Sesungguhnya seorang hamba jika ia tergelincir (dalam dosa) dia akan segera bertaubat kepada Rabbnya, lalu Allah akan menerima taubatnya”.

Sahabat fillah. ..
Agar terlatih bersikap jujur, maka bergaullah dengan orang-orang yang jujur, karena bergaul dengan orang-orang yang jujur adalah pintu menuju kejujuran, simak firman Allah berikut ini:

يَـۤأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَ كُونُواْ مَعَ ٱلصَّادِقِينَ .

“Wahai orang-orang beriman takutlah kepada Allah dan hendaklah kalian senantiasa bersama orang-orang yang jujur”. QS. At-Taubah :119

Catatan:

Dusta itu belenggu, dia bukan sifat orang yang beriman. Hanya orang jujur yang akan menikmati kebebasan dalam hidupnya.  Adapun pendusta akan terus terbelenggu dalam dustanya.

Orang yang jujur akan ditulis apa adanya dalam sejarah,  sementara pendusta akan ditulis sebagai pendusta di sisi Allah.
____________
Gorontalo 8 Dzulqa'dah 1436 H
ACT El-Gharantaly

✒Oleh Al-Ustâdz Aan Chandra Thalib El-Gharantaly Hafizhahullâh
��Status Fesbuk Al-Ustâdz Aan Chandra Thalib El-Gharantaly Hafizhahullâh

♻Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
��Grup WA Dakwah Islam

Share yuk semoga teman anda mendapat faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka pintu amal kebaikan bagi anda. َآمِينَ يَا رَبَّ الْعَالَمِين.

#DakwahSunnah
#SyiahBukanIslam
#IndonesiaBertauhid

MENGAPA BERDOA MEMINTA PANJANG UMUR ?

::: MENGAPA BERDOA MEMINTA PANJANG UMUR ? :::

Oleh :
Ustadz DR.Syafiq Basalamah, MA Hafidzahullah


Sering kali kita m'dengar seseorang b'doa agar dipanjangkan umurnya. Kenapa harus minta panjang umur ???

1] Apakah enak hidup orang yg panjang umurnya ?

Dan kalau manusia diberi kesempatan utk menambah umurnya,berapa banyak kiranya yg akan dipinta olehnya ?

50 tahun !, 100 tahun ?, 1000 tahun ?

Kalaupun umurnya ditambah 1000 tahun, kemudian setelah itu ia
mau kemana ??

Pasti umur juga akan habis,tdk ada yg kekal & tdk ada yg abadi di dunia !
Hanya اَللّهُ عَزَّ وَ جَلَّ Sang Pencipta yg Kekal & Abadi.

Nabi Musa عليه السلام, pernah diberi tawaran tambahan umur yg mungkin lebih dari 1000 tahun (sejumlah rambut bulu sapi jantan yg t'tutupi oleh tangannya)

Namun sebelum menerima tawaran tsb,beliau b'tanya
kpd اَللّهُ :

قَالَ: ((أَىْ رَبِّ ثُمَّ مَهْ )) قَالَ: ((ثُمَّ الْمَوْتُ)). قَالَ: (( فَالآنَ))

“Wahai Rabbi,setelah Hidup (sepanjang jumlah rambut di kulit lembu jantan),
kemudian apa ??
Maka اَللّهُ mengatakan, “Kemudian mati”.
Maka akhirnya nabi Musa mengatakan,
“Kalau begitu sekarang saja” (HR Bukhari Muslim)

Iya,kalau t'nyata pada akhirnya juga mati,kenapa harus menanti waktu yg lama,maka lebih baik sekarang & tentunya Nabi Musa عليه السلام telah m'persiapkan diri utk hal itu.

Alloh menyatakan bahwa orang² yahudi adalah manusia yg paling ambisi utk hidup lebih lama di dunia & juga kaum musyrikin.
(Lihat Al Baqarah : 96)

Krn mrk adalah orang² yg tdk b'iman dg adanya kehidupan yg lebih baik di akhirat.

*Lebih enak dari pada di dunia
*Surga yg luasnya seluas langit & bumi
*Lebih nyaman daripada di muka bumi ini
*Tiada duka,tiada gunda, yg ada hanya suka & tawa

Dan semua itu b'mula dg b'pisahnya ruh dari jasad kita !

Maka kenapa harus minta panjang umur ???

Resiko Panjang Umur

Sebelum meminta panjang umur,coba renungkanlah beberapa hal di bawah ini;

* Orang yg panjang umurnya harus b'sabar b'pisah dg orang² yg dicintainya.

* Harus tabah ditinggal oleh istri atau suaminya.

* Sabar menyaksikan kematian ayah &
ibundanya serta saudara²-nya.

* Sabar m'hadapi wafatnya buah hatinya.

Kalau dia memiliki 10 anak,maka ia harus tabah menghadapi anaknya mati 1 per 1.

Setiap kali anaknya meninggal maka sepotong dari hatinya akan menghilang & pergi b'sama sang anak,maka hatinya akan t'potong²

* Dia harus b'sabar ditinggal mati oleh kawan² & sahabat²-nya.

* Krn orang yg panjang umur,biasanya akan tinggal sendirian.

* Kawan² sebayanya sudah mati.
* Anak²-nya sudah mati.
* Mungkin cucunya pun juga sudah mati.
* Mau b'teman dg siapa ?, biasanya sudah susah b'komunikasi.
* Belum lagi kalau tubuh kita tdk sehat.

Maka,mintalah kehidupan yg baik di dunia & di akhirat,serta diselamatkan dari siksa kubur & azab neraka.

_________
Footnote:
1] Rasulullah صلىالله عليه وسلم menganjurkan kpd Ummu Habibah,yg tatkala itu meminta panjang umur agar b'doa yg lebih baik & mulia yaitu b'doa agar dijauhkan dari siksa kubur & dari azab Neraka.

(HR Muslim,Kitab al Qadr,Bab Bayan Annal Aajal wal Arzaaq Wa Ghairaha La Tazied Wa La Tanqush ‘Amma Sabaq Bihil Qadr,
no:33)

______
Artikel: stdiis.ac.id publikasi kembali oleh
Moslemsunnah.Wordpress.com
*****

-------------------
�� Repost: WA Dakwah Jalyat Unaiza_Indo
�� Ikuti di no: +966509273346

AKU MENINGGALKANNYA KARENA ALLAH

AKU MENINGGALKANNYA KARENA ALLAH…

 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا للهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ

"Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah 'Azza wa Jalla, kecuali Allah akan menggantikannya bagimu dengan yang lebih baik bagimu" (HR Ahmad no 23074)

 
Fiqh Hadits :

PERTAMA : Lafal ( شَيْئًا= sesuatu), adalah kalimat nakiroh dalam konteks kalimat nafyi (negatif) memberikan faedah keumuman. Artinya "sesuatu" apa saja yang engkau tinggalkan karena Allah…

Bisa jadi sesuatu yang ditinggalkan adalah :

(1) Perkara yang haram yang sangat mungkin ia lakukan, akan tetapi ia meninggalkannya karena Allah, seperti

Seseorang yang kaya raya karena bekerja sebagai pegawai instansi yang berpenghasilan riba, lalu ia meninggalkan pekerjaan yang menggiurkan tersebut.Seseorang yang hatinya tergerak untuk bermaksiat, sangat berkesempatan untuk berzina, atau untuk menyaksikan tayangan-tayangan yang haram dan vulgar, lalu ia meninggalkannya karena AllahSeseorang yang diajak untuk bermaksiat…akan tetapi ia meninggalkannya karena Allah.

(2) Perkara yang halal, akan tetapi ditinggalkan karena ada kemaslahatan yang besar. Contohnya :

Seseorang memiliki harta untuk membeli sesuatu yang ia sukai, akan tetapi ada panggilan untuk melaksanakan ibadah umroh yang juga membutuhkan dana yang besar, maka iapun meninggalkan perkara yang ia sukai karena Allah demi menjalankan ibadah umrohSeseorang yang memiliki harta untuk membeli kebutuhannya, akan tetapi ternyata ada kerabatnya atau saudaranya sesama muslim yang membutuhkan bantuannya, maka iapun meninggalkan untuk membeli kebutuhannya tersebut demi untuk membantu saudaranya tersebut.Seseorang yang dipanggil untuk bertamsya gratisan, dan ia sangat senang untuk melakukan tamasya tersebut, akan tetapi ternyata jadwal tamasya tersebut bertepatan dengan jadwal pengajian. Lalu iapun meninggalkan tamasya tersebut agar bisa mengikuti pengajian.

(3) Perkara yang telah digariskan oleh Allah, terpaksa ia tinggalkan, akan tetapi ia meninggalkannya dengan niat karena Allah. Contohnya : seseorang yang terpaksa meninggalkan harta dan tanah kelahirannya karena ditekan oleh orang-orang kafir. Meskipun bentuknya ia meninggalkan harta dan tanah kelahirannya secara terpaksa karena intimidasi kaum kuffar, akan tetapi jika ia meninggalkannya karena Allah maka ia telah masuk dalam keumuman hadits di atas.

KEDUA : Lafal (  لِلَّهِ= "Karena Allah"), mengingatkan bahwa motivasi untuk meninggalkan "sesuatu" tersebut harus semata-mata karena Allah. Karenanya tidaklah termasuk dalam kategori "Karena Allah" :

Seseorang yang meninggalkan kemaksiatan akan tetapi semata-mata karena takut cibiran dan celaan masyarakatSeseorang yang meninggalkan kemaksiatan karena takut kesehatannya terganggu. Seperti seseorang yang meninggalkan rokok dan bir, karena khawatir akan terkena penyakit paru-paru atau penyakit yang lainnya.Seseorang yang meninggalkan kemaksiatan karena ingin dipuji oleh masyarakat.Seseorang yang meninggalkan pekerjaan yang haram karena tidak enak sama teman-temannya.

Karenanya permasalahan "Karena Allah" merupakan perkara yang sangat urgen, karena ini adalah penentu tentang terwujudkannya janji Allah untuk menggantikan dengan yang lebih baik dari perkara-perkara yang ditinggalkan.

 

KETIGA : Lafal (بَدَّلَكَ اللهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ منه = Allah akan menggantikan yang lebih baik bagimu daripada yang kau tinggalkan)

Lafal (ما = yang lebih baik) adalah ما al-maushuulah, yang dalam kaidah juga memberikan faedah keumuman. Karenanya bisa jadi:

Allah menggantikan sesuatu yang ditinggalkan karena Allah dengan perkara yang sejenis dengan perkara yang ditinggalkan, hanya saja lebih baikAllah mengganti dengan perkara yang lebih baik akan tetapi tidak sejenis dengan perkara yang ditinggalkanAllah menggantikan baginya dengan menghilangkan atau memalingkan darinya musibah atau bencana atau kesulitan yang tadinya akan menghadangnya.

 

KEEMPAT : Contoh-contoh kisah akan bukti hadits ini

Realita banyak mencontohkan akan bukti hadits ini, diantaranya

(1) Para sahabat kaum muhajirin yang harus meninggalkan tanah air mereka, rumah, serta harta mereka demi untuk berhijrah ke Madinah sehingga bisa beribadah kepada Allah dengan baik tanpa diintimidasi oleh kaum musyrikin Arab. Akhirnya Allah menggantikan bagi mereka harta yang lebih banyak dan kekuasaan serta kemenangan atas kaum musyrikin. Bahkan Allah menjadikan mereka menguasai kembali tanah air mereka Mekah. (lihat Tafsiir Ibnu Katsiir 4/572)

(2) Kisah Nabi Sulaiman 'alaihis salaam yang meninggalkan kuda-kuda kesenangannnya dengan menyembelih kuda-kuda tersebut karena kuda-kuda tersebut telah melalaikan beliau hingga tidak sempat sholat di petang hari hingga matahari tenggelam. Ia pun menyembelih kuda-kuda tersebut dan disumbangkan karena Allah.

Akhirnya Allah pun menggantikan kuda-kuda tersebut dengan angin yang mengalir dengan cepat dan mengalir ke arah yang dikehendaki oleh nabi Sulaiman 'alaihis salaam. (Lihat Taisiir Al-Kariim Ar-Rahmaan hal 712)

(3) Kisah Nabi Ibrahim 'alaihis salaam yang harus meninggalkan kaumnya, meninggalkan kerabat dan keluarganya yang menyembah patung, lalu berhijrah menuju Palestina, maka Allah pun menggantikan baginya anak-anak yang sholeh. Diantaranya Ishaq 'alaihis salaam yang akhirnya dilahirkan oleh Sarah yang telah mencapai masa monopouse.

Allah berfirman :

فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَكُلا جَعَلْنَا نَبِيًّا (٤٩)

"Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya'qub. dan masing-masingnya Kami angkat menjadi Nabi" (QS Maryam : 49) (lihat kitab Tafsiir As-Sirooj Al-Muniir karya Asy-Syirbini 2/340)

Tentunya meninggalkan kerabat dan kampung halaman merupakan perkara yang berat, akan tetapi Ibrahim 'alaihis salam meninggalkannya karena Allah. (Taisiir Al-Kariim Ar-Rahmaan hal 494)

(4) Barang siapa yang menjaga pandangannya dengan meninggalkan memandang perkara-perkara yang haram, maka Allah akan memberikan cahaya pada pandangannya dan menambah manis imannya. (lihat Taisiir Al-Kariim Ar-Rahmaan hal 566)

(5) Kisah tentang Aisyah radhiallahu 'anhaa yang sedang berpuasa, lalu ada seorang miskin yang meminta makanan kepada Aisyah, sementara Aisyah tidak memiliki kecuali hanya sepotong roti. Lalu Aisyah memerintahkan budak wanitanya untuk memberikan sepotong roti tersebut kepada sang miskin, maka sang budak berkata, "Engkau bakalan tidak memiliki makanan untuk berbuka puasa". Akan tetapi Aisyah tetap memerintahkannya untuk memberikan roti tersebut kepada sang miskin. Maka ternyata tatakala sore hari ada seseorang yang memberikan hadiah seekor kambing yang sudah dimasak untuk Aisyah. (Lihat Tafsiir Al-Qurthubi 18/26)

(6) Kisah tentang Ummu Sulaim yang anaknya meninggal lalu tatkala datang sang suami maka iapun menghias dirinya untuk merayu sang suami –Abdullah bin Abi Tholhah- yang baru datang dari safar agar terlalaikan berita kematian anaknya. Ummu Sulaim telah sabar tatkala harus meninggalkan anaknya yang meninggal tersebut. Akhirnya ternyata hubungan antara ia dan sang suami tatkala itu dan seterusnya membuahkan sembilan orang anak semuanya adalah qori' al-Qur'an (lihat Syarah Shahih Al-Bukhari karya Ibnu Bathhool 3/285)

(7) Sebuah kisah yang disebutkan dalam kitab Tafsir Al-Bahr Al-Madid karya Ibnu 'Ajiibah Abul 'Abbaas Al-Faasi tentang seorang pemuda penuntut ilmu yang tinggal di daerah Faas. Suatu hari ada seorang ibu keluar bersama putrinya yang cantik jelita. Maka ternyata sang putri ketinggalan dari ibunya sehingga akhirnya tertahan hingga malam hari. Maka ia pun melihat dari kejauhan sebuah pintu yang nampak ada lampu nyala dibalik lampu tersebut. Lalu ia mengintip di balik pintu tersebut ternyata ada seorang penuntut ilmu yang sedang membaca buku. Maka dalam hati putri cantik ini ia berkata, "Jika tidak ada kebaikan pada pemuda ini maka tidak ada kebaikan pada seorangpun". Maka iapun memberanikan diri untuk mengetuk pintu, lalu dijawab oleh sang pemuda. Lalu sang putri pun menceritakan tentang kondisinya yang ketinggalan ibunya, dan ia khawatir jika ia berjalan di malam hari akan ada orang yang mengganggunya. Maka akhirnya sang pemuda merasa wajib baginya untuk menjaga putri tersebut. Lalu iapun memasukan putri tersebut dalam rumahnya, lalu ia menjadikan penghalang berupa tikar antara ia dan sang putri, lalu iapun melanjutkan membaca buku. Lalu datanglah syaitan menggodanya. Akan tetapi karena keberkahan ilmu maka Allah pun menjaga pemuda ini. Iapun segera mengambil api lampu lalu iapun menggerakan jarinya ke lampu tersebut, satu demi satu jari-jarinya ia letakkan di api lampu tersebut hingga membakar jari-jarinya. Sang wanita mengintip sikap pemuda tersebut dan ia takjub dengan sikap tersebut. Sementara sang pemuda terus memanasi jarinya. Lalu sang pemuda memanaskan jari-jarinya dari tangannya yang satunya lagi, hingga akhirnya tiba pagi hari dan nampak cahaya terang, maka iapun mempersilahkan sang putri untuk keluar dari rumahnya dan segera pulang. Akhirnya sang putripun pulang ke rumahnya dan menceritakan tentang kisah sang pemuda. Maka segeralah ayah sang putri mendatangi majelis ilmu dan mengabarkan tentang kisah sang pemuda kepada syaikh/guru di majelis tersebut. Maka sang guru  meminta agar seluruh para penuntut ilmu mengeluarkan kedua tangan mereka. Seluruh muridpun mengeluarkan kedua tangan mereka kecuali sang pemuda. Maka syaikh pun tahu siapa pemuda tersebut, lalu akhirnya sang ayah menikahkan sang pemuda dengan putrinya tersebut" (Al-Bahr Al-Madiid 3/375)

Karenanya yakinlah jika anda meninggalkan sesuatu benar-benar tulus semata-mata karena Allah maka pasti Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik. Sungguh hati ini sangat terharu tatkala mengetahui ada seorang pegawai bank yang akhirnya meninggalkan pekerjaan ribanya lalu kemudian dengan sabarnya menjadi seorang penjual bakso. Allah pasti akan menggantikan baginya yang lebih baik, apakah di dunia maupun di akhirat, cepat atau lambat.

 

Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 11-02-1434 H / 24 Desember2012 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja

Minggu, 23 Agustus 2015

CIRI-CIRI WANITA PENGHUNI NERAKA

CIRI-CIRI WANITA PENGHUNI NERAKA

1. Sering mencela suami
2. Mengajak suami bermaksiat sama Allah
3. Kufur nikmat yg Allah berikan
4. Tidak berterimakasih mendapat hadiah suami
5. Memakai pakaian tetapi telanjang
6. Meratap mayat yg terlalu berlebihan
7. Suka menyakiti tetangga

Dari Abu Said Khudri r.a. bahwa Rasulullah shalallahu'alahi wassalam bersabda,..” Wahai wanita sekalian bersedekahlah! Sesungguhnya aku melihat kalian, lebih banyak menjadi penghuni neraka.” Para wanita berkata, “Kenapa demikian, wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, “Kalian banyak melaknat dan durhaka kepada suami . “ (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah dalam khotbah salat gerhana bersabda, “Aku melihat neraka dan aku melihat penghuninya kebanyakan dari kaum perempuan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Utsamah bin Zaid r.a. bahwa Rasulullah bersabda, “ Aku berdiri di pintu neraka, ternyata kebanyakan orang yang masuk ke dalamnya adalah perempuan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hal ini bukan berarti berlaku pada semua perempuan yang beriman secara umum. Di antara perempuan yang beriman, ada yang mendapatkan tingkatan yang tinggi ketika melakukan amalan taat kepada Allah Ta'alla. Allah Ta'alla pun tidak menyia-nyiakan amal  perbuatan seseorang, baik lelaki maupun perempuan dan telah mempersiapkan pahala yang besar  bagi perempuan yang salehah.

Ringkasan kajian ust. Zainudin Lc di ponpes Nashrush Sunnah Madiun dhn sedikit tambahan..

Semoga bermanfaat.

Tafsir Surat 4 An-Nisaa', Ayat 71.

Taushiyah ke 196, Ahad 08 Dzulqa'dah 1436 / 23 Agustus 2015

Tafsir Mudah 100 Ayat Al-Qur'an Seruan Kepada Orang Beriman

Ayat Keduapuluh tiga: Surat 4 An-Nisaa', Ayat 71.

Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama!"

Tafsir Mudah dan Kandungan Ayat:

1. Ayat ini adalah seruan untuk semua orang beriman tanpa pandang suku, ras, warna kulit dan bangsa.
2. Orang beriman adalah orang mengimani semua yang wajib diimani dengan ucapan lisan, keyakinan hati dan pengamalan dengan anggota tubuh. Iman bisa bertambah dengan ketaatan kepada Allah dan bisa berkurang dengan kedurhakaan kepada Allah.
3. Allah memerintahkan kepada hamba-hambaNya yang beriman agar waspada dan selalu bersiap siaga menghadapi musuh-musuh mereka dari kalangan orang-orang kafir.
4. Waspada dan bersiap siaga itu mencakup segala bentuk dan jenis sarana yang mampu melindungi dan menolak makar musuh serta memerangi mereka.
5. Diantara bentuk waspada dan bersiap siaga itu adalah membuat benteng dan parit, belajar berkuda dan mengendarai kendaraan untuk perang dengan segala macam jenisnya, belajar memanah, menembak dan semisalnya serta mempelajari strategi perang secara menyeluruh.
6. Allah juga memerintahkan kepada hamba-hambaNya yang beriman agar maju ke medan pertempuran berkelompok-kelompok atau maju bersama-sama disesuaikan dengan maslahat dan strategi perang yang paling tepat dan terbaik bagi kaum muslimin.
7. Ayat ini mirip dengan ayat di surat ke 8 Al-Anfal, ayat 60, yaitu firman Allah: "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)."
8. Diantara tujuan berperang dalam Islam adalah untuk memberantas kedzaliman dan menegakkan keadilan.
9. Kedzaliman terbesar adalah kesyirikan dan keadilan terbesar adalah tauhid.

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan "Ahlul Qur'an" [Keluarga Al-Qur'an] dan "Shohibul Qur'an"  [Sahabat Al-Qur'an], yang "Hidup Di Bawah Naungan Al-Qur'an", selalu membaca, memahami dan mengamalkannya sehingga kami menjadi sukses, bahagia dan selamat dunia akhirat, aamiin..

Akhukum Fillah
@AbdullahHadrami

���� WA MTDHK (Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah) kota Malang ����

�� Infaq kegiatan dakwah MTDHK bisa disalurkan melalui rekening a/n Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah;

�� BSM No: 7755555511
�� BNI No: 0362755494

���� Semoga Allah beri ganti dengan yang lebih baik dan barokah di dunia dan akhirat.

☝��️Kegiatan dakwah dan laporan keuangan ada di website kami www.mtdhk.com.

�� Untuk berlangganan WA Taushiyah MTDHK ketik "GABUNG" kirim WA (bukan SMS) ke +6283848634832 (Anggota lama tidak perlu mendaftar lagi)

�� Silahkan disebarkan kiriman ini sebagaimana aslinya tanpa dirubah sedikitpun, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah.. Jazakumulloh khoiro.

Sabtu, 22 Agustus 2015

Bahagianya Orang Yang Ikhlas

��BimbinganIslam.com
Sabtu, 7 Dzulqa'dah 1436 H / 22 Agustus 2015 M
�� Materi Tematik
�� Ustadz Firanda Andirja, MA
�� Bahagianya Orang Yang Ikhlas
�� Video Source
https://www.youtube.com/watch?v=ghrxdWK2eqs
⬇ Download Audio
https://www.dropbox.com/s/5p71or7abmnppy5/AUD-20150121-WA0031.mp3?dl=0
----------------------------

BAHAGIANYA ORANG YANG IKHLASH

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Sesungguhnya orang yang paling berbahagia adalah orang yang paling ikhlash. Semakin dia meningkatkan keikhlasannya maka dia akan semakin berbahagia.

Bagaimana dia tidak berbahagia?

Allāh Subhānahu wa Ta'ālā mengetahui kebaikannya, Allāh mengetahui amalannya dan dia menyerahkan ibadahnya semata-mata hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Seseorang di atas muka bumi ini bahagia kalau dia bisa dikenal oleh orang yang mulia, dikenal oleh pejabat, bupati, apalagi dikenal oleh presiden.

Lantas bagaimana jika yang mengenalnya adalah Rabbul ‘ālamīn, Pencipta dan Penguasa alam semesta ini? Yang jika menghendaki sesuatu hanya mengatakan, “Kun fayakun”.

Orang yang ikhlash adalah orang yang paling bahagia.

Suatu saat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah berkata kepada Ubay bin Ka’ab (Abu Mundzir) radhiallāhu ‘anhu, kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

يَا أُبَيٍّ إِنَّ الله أَمَرَنِي أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ القرآن

"Wahai Ubay, sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'ālā memerintahkan aku untuk membacakan Al-Qurān kepadamu.”

Maka Ubay berkata:

هَلْ سَمَّانِي لك

“Rasūlullāh, apakah Allāh menyebutkan namaku kepadamu?”

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

سَمَّاكَ لي

“Ya, Allāh Subhānahu wa Ta'ālā telah menyebut namamu dihadapanku.”

فَجَعَلَ أُبَيٌّ يَبْكِي

"Maka Ubay bin Ka’ab pun menangis."

(HR. Ahmad, Bukhāri, Muslim dan At-Tirmidzi)

Kenapa? Ubay menangis karena sangat gembira.

Allāh Subhānahu wa Ta'ālā mengenalnya, Allāh menyebut namanya.

Orang yang ikhlash, dia tahu bahwasannya Allāh mengetahui amal ibadahnya meskipun mungkin orang lain tidak ada yang melihatnya. Mungkin orang lain tidak mempedulikannya, mungkin orang lain merendahkannya.

Tapi dia tahu dan yakin, bahwasannya apa yang dia lakukan, kebaikan yang dia lakukan diketahui oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Oleh karena itu, Syaikh 'Abdurrahmān bin Nāshir As-Sa’di rahimahullāh dalam kitabnya “Al Wasāil Al Mufīdah Lil Hayāti Sa’īdah” (Kiat-kiat Untuk Meraih Kebahagiaan), beliau menyebutkan:

■ Di antara hal yang bisa mendatangkan kebahagian yaitu seseorang tatkala berbuat baik kepada orang lain. Jangan dia menganggap sedang bermuamalah dengan orang tersebut, tetapi dia sedang bermuamalah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Tatkala dia memberikan sumbangan kepada orang lain, tatkala dia memberikan bantuan uang kepada orang lain, dia ingat bahwasanya sekarang ini sedang bermuamalah dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, Allāh sedang melihat dia memberi sumbangan.

Muamalah dia bukan dengan orang yang dia bantu, tapi muamalah dia dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.
Sehingga jika perkaranya demikian, yang dia harapkan hanyalah pujian Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, yang dia harapkan Allāh mengetahui siapa dirinya.

Semakin dia ikhlash, semakin tidak ada orang yang mengetahui amalannya, Allāh akan semakin mengetahui dia, Allāh akan semakin mengenalnya, Allāh akan semakin mencintainya.

Oleh karenanya dia tidak peduli dengan komentar orang-orang yang dia bantu, dia tidak perlu dengan komentar orang lain.

Dan syi'arnya sebagaimana orang-orang yang bertaqwa yang Allāh sebutkan dalam Al Qur’an:

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ الله لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

“Kami memberi makan kepada kalian karena Allāh Subhānahu wa Ta'ālā (muamalah kami dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, bukan dengan kalian). Kami tidak butuh dari kalian terima kasih dan kami tidak butuh dari kalian balasan.” (Al-Insān: 9)

Inilah orang yang paling ikhlash, orang yang paling bahagia.

Adapun orang yang tidak ikhlash, dia senantiasa sibuk mendengar komentar orang lain tentang bagaimana amalan dia. Apakah dia dipuji, apakah dia dicela.

Tapi orang ikhlash, dia tidak peduli dengan perkataan orang lain, yang penting dia baik di hadapan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Dia tahu bahwasanya pujian manusia tidak akan meninggikan derajatnya dan dia tahu bahwa celaan manusia pun tidak akan merendahkan derajatnya, yang penting dia baik di hadapan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Benar-benar konsentrasi dia, bahwasanya dia bermuamalah dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Karenanya, diantara 7 golongan yang akan Allāh naungi pada dihari kiamat kelak, ada dua orang yang ikhlash Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebutkan tentang ciri khusus mereka itu ikhlas.

⑴ Yang pertama, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

رَجُلٌ تَصَدَّقَ بِيَمِينِهِ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ

"Seseorang yang dia berinfaq dengan tangan kanannya kemudian dia sembunyikan sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan olah tangan kanannya".

Dia bahagia tatkala dia tahu bahwasanya hanya Allāh yang mengetahui amalan dia. Dia tidak perdulikan komentar orang lain, bahkan dia sengaja menyembunyikan amalannya, agar yang mengetahui hanyalah Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Dia tidak butuh pujian orang lain.

⑵ Yang kedua, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam diantaranya.

رَجُلٌ ذَكَرَ الله خَلَاءٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

"Seseorang yang tatkala dia mengingat Allāh tatkala bersendirian, maka kemudian matanya mengalirkan air mata."

(Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al-Bukhāri, II/143 – Fat-h, dan Muslim no. 1031).

Orang ini, dia bersendirian dan dia begitu merasakan kelezatan tatkala mengingat Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, tatkala mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Dia seakan-akan sedang berbicara langsung dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, sehingga diapun menangis meskipun tidak ada yang melihat dia, mengeluarkan air mata kebahagiaan.
Kenapa?

Allāh mengetahui tangisan dia, Allāh mengetahui dia mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Bahkan diantara tafsiran para ulama: Demikian pula seseorang yang tatkala dihadapan orang banyak, namun saking ikhlasnya, dia bisa mengkondisikan dirinya seakan-akan dia sedang sendirian.

Kenapa? Karena dia tidak mempedulikan komentar orang lain.

Sehingga dia tetap menangis meskipun dihadapan banyak orang karena dia yakin sedang bermuamalah dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Sehingga meskipun dihadapan banyak orang, dia tetap menangis karena mengagungkan keagungan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Anda akan bahagia jika anda mengikhlashkan amalan ibadah anda hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Adapun jika anda sibuk dengan komentar orang lain, sibuk dengan pujian orang lain atau sibuk dengan cercaan orang lain terhadap anda, maka anda tidak akan pernah bahagia.

Karena tidak mungkin ada seorangpun yang akan dipuji oleh semua orang, tidak mungkin, mustahil.

Betapapun baiknya anda, pasti ada yang memuji dan pasti ada yang mencela.

Kalau Allāh Subhānahu wa Ta'ālā Rabbul 'ālamīn, Pencipta alam semesta ini tidak selamat dari celaan ciptaan-Nya, ciptaan makhluknya, seperti orang-orang yahudi mengatakan bahwasanya,

يَدُ الله مَغْلُولَةٌ

“Tangan Allāh terbelenggu,” (Al-Maidah 64)

Mereka mengatakan:

إِنَّ الله فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ

“Sesungguhnya Allāh miskin dan kamilah yang kaya.” (Āli 'Imrān 181)

Allāh Subhānahu wa Ta'ālā tidak selamat dari cercaan makhlukNya. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang memiliki akhlak super mulia pun tidak selamat dari cercaan kaumnya.

Bagaimana dengan kita?

Bagaimana dengan anda?

Tentunya mengharapkan keridhaan seluruh manusia adalah sesuatu yang mustahil, sebagaimana perkataan Imam Syāfi'ī rahimahullāh:

رضا الناس غاية لا تدرك

“Bahwasanya mencari keridhaan manusia adalah suatu hal yang mustahil (tujuan yang mustahil) untuk diraih”.

Karenanya, ikatkan hati anda hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.

Yakinlah bahwasanya anda sedang bermuamalah dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, maka anda akan bahagia karena Allāh yang akan membahagiakan anda dan anda tidak akan memperdulikan komentar manusia.

والله تعالى أعلم بالصواب
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُه

✒Tim Transkrip Materi BiAS
__________________________
�� Donasi Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

�� Saran atau Kritik silahkan sampaikan kepada kami melalui link berikut:
�� http://www.bimbinganislam.com/kritikdansaran

Ya Allah, Hisablah Aku dengan Hisab yang Mudah

Ya Allah, Hisablah Aku dengan Hisab yang Mudah

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc / 12 Jan 2011Sebuah doa yang patut kita hafal dan amalkan demi meraih kemudaan saat dihisab di akhirat kelak.عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَمِعْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ فِى بَعْضِ صَلاَتِهِ « اللَّهُمَّ حَاسِبْنِى حِسَاباً يَسِيرًا ». فَلَمَّا انْصَرَفَ قُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ مَا الْحِسَابُ الْيَسِيرُ قَالَ « أَنْ يَنْظُرَ فِى كِتَابِهِ فَيَتَجَاوَزَ عَنْهُ إِنَّهُ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَوْمَئِذٍ يَا عَائِشَةُ هَلَكَ وَكُلُّ مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ يُكَفِّرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةُ تَشُوكُهُ »Dari Aisyah, ia berkata, saya telah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada sebagian shalatnya membaca, “Allahumma haasibnii hisaabay yasiiroo (Ya Allah hisablah aku dengan hisab yang mudah).” Ketika beliau berpaling saya bekata, “Wahai Nabi Allah, apa yang dimaksud dengan hisab yang mudah?” Beliau bersabda, “Seseorang yang Allah melihat kitabnya lalu memaafkannya. Karena orang yang diperdebatkan hisabnya pada hari itu, pasti celaka wahai Aisyah. Dan setiap musibah yang menimpa orang beriman Allah akan menghapus (dosanya) karenanya, bahkan sampai duri yang menusuknya.” [1]Yang dimaksud dengan do’a tersebut diterangkan dalam hadits di atas. Maksud “hisab yang mudah” adalah saat di mana dosa-dosa seorang mukmin di hadapkan pada Allah, lalu ia pun mengakui dosa-dosanya itu. Kemudian setelah itu Allah mengampuni dosa-dosanya setelah ia bersendirian dengan Allah dan tidak ada seorang pun yang melihatnya ketika itu.Dari Shafwan bin Muhriz bahwa seorang laki-laki pernah bertanya kepada Ibnu Umar, “Bagaimana Anda mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang An Najwa (bisikan di hari kiamat)?” Ibnu Umar menjawab,يَدْنُو أَحَدُكُمْ مِنْ رَبِّهِ حَتَّى يَضَعَ كَنَفَهُ عَلَيْهِ فَيَقُولُ عَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا . فَيَقُولُ نَعَمْ . وَيَقُولُ عَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا . فَيَقُولُ نَعَمْ . فَيُقَرِّرُهُ ثُمَّ يَقُولُ إِنِّى سَتَرْتُ عَلَيْكَ فِى الدُّنْيَا ، فَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ“Yaitu salah seorang dari kalian akan mendekat kepada Rabb-nya. Kemudian Dia meletakkan naungan-Nya di atasnya. Kemudian Dia berfirman, “Apakah kamu telah berbuat ini dan ini?” Hamba itu menjawab, “Ya, benar.” Dia berfirman lagi, “Apakah kamu telah melakukan ini dan ini?” Hamba itu menjawab, “Ya, benar.” Dia pun mengulang-ulang pertanyannya, kemudian berfirman, “Sesungguhnya Aku telah menutupi dosa-dosa tadi (merahasiakannya) di dunia dan pada hari ini aku telah mengampuninya bagimu.”[2]Inilah yang dimaksudkan dengan hisab yang mudah di mana dosa-dosa seorang hamba yang beriman itu dimaafkan.Moga Allah mudahkan bagi kita untuk mendapatkan kemudahan hisab semacam ini di akhirat kelak saat hari perhitungan. Aamiin Yaa Mujibad Du’aa’. Referensi:Syarh Do’a minal Kitab was Sunnah (Sa’id bin Wahf Al Qohthoni), Mahir bin ‘Abdul Humaid bin Muqoddam, soft file (.doc) Riyadh-KSA, 8 Shofar 1432 H (12/01/2011)www.rumaysho.comMuhammad Abduh Tuasikal[1] HR. Ahmad 6/48. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih selain perkataan: “Saya telah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada sebagian shalatnya membaca: “Allahumma haasibnii hisaabay yasiiroo”. Ini adalah tambahan di mana Muhammad bin Ishaq bersendirian dalam meriwayatkannya.[2] HR. Bukhari no. 60

MUTIARA SALAF

�� MUTIARA SALAF

Syaikh al-Islâm Ibnu Taimiyah rahimahullâhu berkata :

Di dalam sebuah ucapan yang datang dari Imâm Ahmad bin Hanbal rahimahullâhu, dikatakan:

�� Prinsip Islâm ada 4, yaitu :

1⃣ Dâlun (yang memberi petunjuk)
2⃣ Dalîlun (petunjuk)
3⃣ Mubayyinun (yang menjelaskan petunjuk)
4⃣ Mustadillun (yang menggunakan petunjuk)

����������
1⃣ Maka, ad-Dâl (yang memberi  petunjuk) adalah Allâh

2⃣ Ad-Dalîl (yang menjadi petunjuk) adalah Al-Qur'ân

3⃣ Al-Mubayyin (yang menjelaskan petunjuk) adalah Rasûlullâh Shallallâhu 'alaihi wa Sallam, sebagaimana firman Allâh Ta'âlâ :
لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نَزَّلَ إِلَيْهِمْ
"Untuk menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka. " (QS an-Nahl : 44)

4⃣ dan al-Mustadillu (yang menggunakan dalil/petunjuk), mereka adalah para ulama dan ulil albâb yang mana kaum muslimin bersepakat akan petunjuk dan pengetahuan mereka."

�� An-Nubuwwat hal 248

**********
✏Teks Arab dishare oleh Ust Tauhiddin Rusydi Sahal
✏ Dialihbahasakan oleh Abû Salmâ Muhammad

**********
@abinyasalma | abusalma.net

------------------
�� Repost: WA Dakwah Jalyat Unaiza_Indo

Tafsir Surat 4 An-Nisaa', Ayat 59.

Taushiyah ke 195, Jum'at 06 Dzulqa'dah 1436 / 21 Agustus 2015

Tafsir Mudah 100 Ayat Al-Qur'an Seruan Kepada Orang Beriman

Ayat Keduapuluh dua: Surat 4 An-Nisaa', Ayat 59.

Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."

Tafsir Mudah dan Kandungan Ayat:

1. Ayat ini adalah seruan untuk semua orang beriman tanpa pandang suku, ras, warna kulit dan bangsa.
2. Orang beriman adalah orang mengimani semua yang wajib diimani dengan ucapan lisan, keyakinan hati dan pengamalan dengan anggota tubuh. Iman bisa bertambah dengan ketaatan kepada Allah dan bisa berkurang dengan kedurhakaan kepada Allah.
3. Allah perintahkan kepada hamba-hambaNya yang beriman agar taat kepadaNya dan taat kepada RasulNya Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam.
4. Taat kepada Allah dan taat kepada RasulNya Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam adalah secara mutlak dengan mengerjakan perintah dan menjauhi larangan.
5. Allah juga perintahkan agar taat kepada ulil amri.
6. Ulil amri itu adalah ulama dan umara (penguasa).
7. Tidak akan baik keadaan manusia dalam urusan agama dan dunia kecuali dengan ketaatan dan kepatuhan kepada ulil amri.
8. Taat kepada ulil amri adalah bagian dari ketaatan kepada Allah.
9. Taat kepada ulil amri dengan syarat perintah dalam kebaikan dan bukan dalam hal maksiat karena jika maksiat maka kita tidak boleh mentaatinya.
10. Kita dilarang taat kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Al-Khaliq, Allah Yang Maha Pencipta.
11. Allah perintahkan jika terjadi perbedaan pendapat tentang suatu permasalahan hendaklah kita kembalikan kepada Allah dan RasulNya.
12. Kembali kepada Allah maksudnya adalah Al-Qur'an dan kembali kepada RasulNya maksudnya adalah As-Sunnah.
13. Siapa saja yang tidak kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah ketika terjadi perbedaan pendapat berarti belum beriman dengan keimanan yang sebenarnya.
14. Orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian selalu kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah ketika terjadi perbedaan pendapat.
15. Kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah itu adalah lebih utama bagi kita dan lebih baik akibatnya karena hukum Allah dan RasulNya adalah merupakan hukum yang paling baik, paling adil dan paling bermaslahat untuk manusia dalam urusan agama dan dunia mereka serta paling baik akibatnya.

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan "Ahlul Qur'an" [Keluarga Al-Qur'an] dan "Shohibul Qur'an"  [Sahabat Al-Qur'an], yang "Hidup Di Bawah Naungan Al-Qur'an", selalu membaca, memahami dan mengamalkannya sehingga kami menjadi sukses, bahagia dan selamat dunia akhirat, aamiin..

Akhukum Fillah
@AbdullahHadrami

���� WA MTDHK (Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah) kota Malang ����

�� Infaq kegiatan dakwah MTDHK bisa disalurkan melalui rekening a/n Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah;

�� BSM No: 7755555511
�� BNI No: 0362755494

���� Semoga Allah beri ganti dengan yang lebih baik dan barokah di dunia dan akhirat.

☝��️Kegiatan dakwah dan laporan keuangan ada di website kami www.mtdhk.com.

�� Untuk berlangganan WA Taushiyah MTDHK ketik "GABUNG" kirim WA (bukan SMS) ke +6283848634832 (Anggota lama tidak perlu mendaftar lagi)

�� Silahkan disebarkan kiriman ini sebagaimana aslinya tanpa dirubah sedikitpun, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah.. Jazakumulloh khoiro.

Belajar jadi orang Tua

Sesungguhnya Saat Kita Anak-Anak, Kita Sedang Mempelajari Cara Memperlakukan Orang Tua Kita Kelak.

Apa yang Allah tetapkan, tidak akan pernah ada yang luput dari hikmah. Coba Sobat bayangkan, saat orang tua tetap dalam jiwa kebijaksanaannya... dan seorang anak tetap dengan naluri kekanak-kanakannya, maka hubungan orang tua-anak tidak akan menemukan situasi "titik balik," kondisi di mana segalanya jadi berbalik!

Ya, pada kenyataannya, anak akan terus bertumbuh, berkembang, dan akan semakin dewasa dalam tindakan serta pemikirannya. Sedangkan orang tua menjadi sebaliknya. Kelak orang tua akan semakin renta, namun wataknya malah kembali seperti seorang anak, misalnya: menjadi mudah tersinggung, emosional, ingin diperhatikan lebih, ingin selalu ditemani, dan sebagainya.

Di titik ini, penulis jadi teringat dengan petikan kalimat dari buku Anak juga Manusia (karya Angga Setiawan), yang intinya: Sebetulnya saat kita anak-anak, kita sedang mempelajari cara memperlakukan orang tua kita kelak, dari cara mereka mengasuh dan mendidik kita. Nah, bila kita tidak melek akan ilmu agama (terutama bab bhakti terhadap orang tua/ birul walidain) dan ilmu parenting... maka biasanya pola didik (yang salah sekalipun) yang kita alami dan rasakan, cenderung terulang kembali. Termasuk saat kita memperlakukan orang tua.

Ketika orang tua kita menjadi childish, maka secara tidak langsung kita pun sedang Allah uji menjadi sesosok orang tua. Bila kita tidak melek ilmu, maka akan terjadi semacam “episode pembalasan.” Saat orang tua membutuhkan kita, kita cukup mengganti kebutuhan tersebut dengan kecukupan materi. Saat orang tua membutuhkan kita, kita selalu dalam kondisi sibuk. Saat orang tua menuntut sesuatu dari kita, kita cukup meminta mereka untuk memahami kondisi kita, dan sebagainya.

Apa salah dengan kondisi tersebut? Tidak juga! Sebab, semua ini terjadi sebagai duplikasi dari apa yang kita dapatkan dari orang tua kita terdahulu. Akan tetapi, dalam beramal, selalu ada pilihan paling mulia, dari segala alternatif pilihan yang ada, yakni tetap memulikan kedua orang tua kita. Kesalahan orang tua, cukuplah menjadi pembelajaran yang berharga. Kita tidak patut untuk menghakimi keduanya.

Yaa Rabb, semoga Engkau menjadikan kami sebagai anak yang senantiasa berbakti kepada orang tua hingga akhir hayat mereka. Terlepas bagaimana perlakuan mereka terhadap kami. Dan semoga kami mampu menjadi orang tua yang shaleh bagi putera/ puteri kami kelak. Berusaha memberikan segala yang terbaik.
"Yaa Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku. Sayangilah mereka, sebagaimana mereka menyayangiku sejak kecil..."

‪#‎RZKeilmuan‬

sumber: ummi-online.com

TIGA WASIAT ORANG-ORANG SHOLEH

TIGA WASIAT ORANG-ORANG SHOLEH

Ma'qil bin Ubaidillah Al-Jazary rahimahullah mengatakan, "Para ulama dahulu apabila bertemu, mereka akan saling menasehati satu sama lain dengan kalimat-kalimat dibawah ini. Apabila mereka tidak bersama, mereka akan saling menyurati satu sama lain dengannya. ( tiga kalimat itu adalah) :

َمَنْ أَصْلَحَ سَرِيرَتَهُ ، أَصْلَحَ اللَّهُ عَلَانِيَتَهُ

وَمَنْ أَصْلَحَ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ أَصْلَحَ اللَّهُ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ

ومن اهتم بأمر ِآخِرَتِهِ كَفَاهُ اللَّهُ أَمْرَ دُنْيَاهُ

Barangsiapa yang memperbaiki amalan batinnya, Maka Allah akan memperbaiki amalan lahiriyahnya.

Barangsiapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungannya dengan manusia.

Dan barangsiapa yang memberi perhatian terhadap urusan akhiratnya, maka Allah akan mencukupkan urusan dunianya.

(Mausu'ah Ibnu Abid Dunya 1/177)

Sahabat...
Aku bukan ulama. ..
Aku juga bukan orang sholeh. ..
Namun izinkan aku menulisnya kembali untukmu, sebagai wasiat diantara kita.
Mudah-mudahan Allah mengumpulkan kita di Firdaus yang tinggi.

________________
Jakarta 6 Dzulqa'dah 1436 H
ACT El-Gharantaly

✒Oleh Al-Ustâdz Aan Chandra Thalib El-Gharantaly Hafizhahullâh
��BBM Broadcast Al-Ustâdz Aan Chandra Thalib El-Gharantaly Hafizhahullâh

♻Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
��Grup WA Dakwah Islam

Share yuk semoga teman anda mendapat faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka pintu amal kebaikan bagi anda. َآمِينَ يَا رَبَّ الْعَالَمِين.

#DakwahSunnah
#SyiahBukanIslam
#IndonesiaBertauhid
_________________
Mau Mendapatkan Jadwal Kajian?
- SMS : Daftar - Info Kajian - Nama ke 0823 511 87 227
- WA : Daftar - Info Kajian - Nama  ke 0853 888 48 444
- BBM : PIN:2ACB819B PIN:54B88326
- FB : Like DakwahSunnah.com & Follow Ahmad Zainuddin
- TW : @Ahmadzainuddins @dsunnah
- IG :  DakwahSunnah
- G+ : DakwahSunnah

Siapa Sahabat Sejati?

����Siapa Sahabat Sejati?����

��Sahabat sejati bukanlah dia yg selalu membenarkan perkataanmu, tapi dia yg selalu berkata benar kepadamu, walau kdg perkataan benar menyinggung perasaan.

��Sahabat yg tulus adalah dia yg tulus menasihatimu demi kebaikanmu, bukan dia yg tulus memuji pada sesuatu yg tidak terpuji.

��Sahabat sejati adalah yg tidak mencelakakan dirimu baik di dunia maupun di akhirat.

��Dan "PERSAHABATAN SEJATI" ialah mereka yg mengikat persahabatan dgn tali iman. Karena ia akan terus kekal hingga hari kiamat.

⛔Bukan persahabatan yg dibangun diatas nafsu dan kelalaian, krn ia tdk kan lama bertahan. Bahkan diakhirat pun mereka saling bermusuhan.

ALLAH Jalla wa Ala berfirman,

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

“Sahabat2 karib (di dunia) pada hari itu (kiamat) akan saling bermusuhan satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf (43) : 67)

❌Dan sungguh rugi org2 yg mengambil sahabat dari org2 yg jauh dr agama ALLAH, krn kelak justru mereka akan menyesal dgn penyesalan yg amat dalam.

✅Betapa tidak? Karena  ALLAH Jalla wa ‘Ala telah berfirman,

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا (27) يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (28) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا (29)

“Pada hari ketika orang-orang zhalim menggigit jari tangan mereka, seraya berkata “Duhai, seandainya dahulu aku mengambil jalan bersama Rasul (utusan ALLAH). Duhai seandainya aku TIDAK MENJADIKAN FULAN sebagai SAHABATKU. Sesungguhnya dia telah menyesatkanku dari petunjuk (al-Qur’an) ketika ia datang kepadaku, dan sungguh setan benar-benar licik terhadap manusia.” (QS. al-Furqan (25) : 27-29)

��Maka, carilah sahabatmu dr mereka yg beriman dan berakhlak saja.

��������������������������������

Daftar Broadcast Samudra Ilmu:
�� 0852-0470-9000

Ayah Ibu, Didiklah Aku Seperti Sahabat

�� BimbinganIslam.com
�� Jum'at, 6 Dzulqa'dah 1436H / 21 Agustus 2015M
�� Artikel Tematik | Ayah Ibu, Didiklah Aku Seperti Sahabat
�� Ummu Sholih
~~~~~~~~~~~~~~~

�� Ayah Ibu, Didiklah Aku Seperti Sahabat ��

Dalam sebuah kelas di sebuah sekolah dasar, seorang guru bertanya kepada murid-muridnya: "Apa cita-cita kalian bila besar nanti?"

Maka, seperti umumnya anak-anak, mereka menjawab ingin menjadi dokter, teknisi, polisi, dan jabatan-jabatan semisalnya, sampai pada seorang murid, ia berkata: "Aku ingin menjadi seperti sahabat nabi, karena ibuku selalu mengatakan bahwa merekalah orang-orang yang dicintai Allah dan RasulNya."
MasyaAllah!

Ayah dan ibu, pernahkah hal itu terbetik di benak anak-anak kita? Menjadi seperti sahabat nabi radhiyallahu 'anhum ajma'in. Atau, anak-anak kita lebih mengenal dan mengidolakan tokoh-tokoh non muslim, orang-orang fasik, atau malah tokoh-tokoh fiksi dan tidak mengenal nama-nama para sahabat Nabi mereka?

Naudzbillah min dzalik. Bila demikian, maka janganlah mengeluh apabila kita melihat banyak anak-anak kaum muslimin yang sangat sulit menerima ajaran Islam, bahkan bangga dengan syiar-syiar kekafiran dan kefasikan, karena mereka telah mengambil panutan yang salah.

Ayah ibu, tidakkah kita merindukan generasi-generasi cemerlang yang membawa kembali kebesaran nama Islam? Kalau begitu, marilah kita buka kembali lembaran sejarah paling gemilang dalam Islam, yaitu sejarah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabat beliau radhiyallahu 'anhum, sebagaimana sabda Rasulullah:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (Hadits shohih diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 3651, dan Muslim no. 2533).

Bila kita buka shirah nabawiyah, kita akan temui bahwa sebagian besar sahabat nabi adalah pemuda, bahkan di antara mereka adalah anak-anak.

Ayah ibu, mari kita baca dan kisahkan pada anak-anak kita tentang Ali bin Abi Thalib. Orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak, pada usianya 10 tahun.

Usia yang sangat belia, tetapi Ali telah mampu memilih jalan hidupnya sendiri, membedakan yang hak dari yang bathil, melawan tradisi kaum dan keluarganya, tanpa merasa minder karena usianya yang sangat muda. Bandingkan dengan sebagian besar anak-anak zaman ini yang hanya berfikir untuk bermain, sibuk dengan game, play station, atau tontonan hiburan semata.

Betapa cerdasnya Ali kecil, yang telah memilih peribadahan kepada Allah semata dan mengambil Rasulullah sebagai teladannya, sementara lingkungannya adalah penyembah berhala dan penghalang dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Itulah Ali, yang selanjutnya menjadi pemuda gemilang dalam Islam dan dikabarkan oleh Rasulullah sebagai orang  yang mencintai Allah dan RasulNya dan dicintai oleh Allah dan RasulNya..

Atau mari kita kisahkan tentang kepahlawanan Usamah bin Zaid, pemuda kecintaaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang telah dipercaya memimpin pasukan kaum muslimin memerangi pasukan Romawi, saat usianya masih 18 tahun! Sungguh prestasi yang luar biasa.

Dan Usamah pun mampu membuktikan kepercayaan Rasulullah kepadanya dengan membawa kemenangan bagi kaum muslimin, tanpa ada satu korban pun dari kaum muslimin!

Atau tuturkan kepada anak-anak kita tentang Ibnu Abbas, yang dijuluki tintanya umat ini. Tahukah Anda, berapa usianya ketika menjadi sahabat nabi? Kurang dari 13 tahun! Dalam usia yang sangat belia itulah, Ibnu Abbas banyak mengambil hadist dan pelajaran dari Nabi, sehingga setelah Nabi wafat, ia meriwayatkan sebanyak 1660 hadist dan menjadi periwayat hadist terbanyak kelima di antara sahabat nabi.

Subhanallah! Remaja kecil dengan hati yang sadar, pikiran yang jernih, hafalan yang luar biasa, hujjah yang kuat, dan intuisi yang tajam, ditambah dengan doa Rasulullah untuknya:

«اللهم فقّهه في الدين، وعلّمه التأويل».

"Ya Allah pahamkanlah ia akan ilmu agama, dan ajarilah ia tafsir.."

Ayah ibu, kisahkan pula tentang  keberanian para shahabat belia yang ingin menjadi syuhada..Ya, menjadi syuhada. Kata-kata yang mungkin tidak dikenal oleh sebagian besar remaja saat ini, apalagi untuk diimpikan.

Tapi  itulah mereka.. Muadz bin Amr bin Al Jumuuh dan Muadz bin Afra'. Dua remaja yang mengikuti perang Badr untuk membunuh Abu Jahal, sampai akhirnya keduanya berhasil membunuh Abu Jahal, fir'aun masa itu.

Atau tentang Umair, saudara Sa'ad bin Abi Waqash. Berkata Sa'ad bin Abi Waqash radhiyallahu 'anhu; aku melihat saudaraku Umair bersembunyi di tengah pasukan (sebelum perang Badr), maka aku bertanya: "Ada apa denganmu?"

Ia menjawab: "Aku takut Rasulullah melihatku dan menolak aku ikut berperang, sedangkan aku ingin berperang, agar Allah menjadikan aku syuhada'.  Ketika Umair dihadapkan pada Rasulullah, beliau menolaknya karena usianya yang masih kecil, maka Umair pun menangis...

Atau bukalah kisah Zaid Bin Tsabit, yang ketika mendatangi bertemu Nabi usianya baru mencapai 11 tahun. Ketika itu, ia telah menghafal 17 surat dalam Al-Qur'an.
Zaid adalah sekretaris bagi Rasulullah, Rasulullah meminta Zaid untuk belajar bahasa Yahudi untuk menuliskan surat-surat beliau kepada kaum Yahudi.

Dalam usia yang sangat muda tersebut Zaid mampu menguasai bahasa Yahudi hanya dalam waktu 15 hari!  Setelah itu, Zaid radhiyallahu 'anhu selalu menuliskan surat dakwah untuk kaum yahudi sekaligus menerjemahkan balasan surat dari kaum yahudi tersebut untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Zaid juga memiliki kemampuan menghafal dan menulis yang handal, sehingga ialah salah seorang sahabat yang berperan besar dalam pembukuan Al-Qur'an.

Ayah Ibu, tidakkah terketuk hati kita untuk menjadikan anak-anak kita seperti mereka? Generasi dengan akal yang jernih dan iman yang menancap kokoh di dada, melahirkan sederet sikap yang mulia, sangat jauh dari sikap hura-hura serta mengekor para pemuja dunia..

Tidakkah terketuk hati kita untuk menjadikan mereka panutan bagi putera-puteri kita, ketimbang tokoh-tokoh khayal dan para pelaku maksiat?

Karenanya, mari kita dekatkan generasi muda kita dengan para sahabat, jangan pernah enggan meluangkan waktu untuk membuka dan membacakan sejarah mereka. Didik anak-anak kita untuk mencontoh mereka, atau setidaknya mengenal dan mencintai mereka! 

✒ Ummu Sholih, di Kota Nabi
_______________________
�� Donasi Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

�� Saran atau Kritik silahkan sampaikan kepada kami melalui link berikut:
�� http://www.bimbinganislam.com/kritikdansaran

Jumat, 21 Agustus 2015

Tafsir Surat 4 An-Nisaa', Ayat 43. (Lanjutan)

Taushiyah ke 194, Kamis 05 Dzulqa'dah 1436 / 20 Agustus 2015

Tafsir Mudah 100 Ayat Al-Qur'an Seruan Kepada Orang Beriman

Ayat Keduapuluh satu: Surat 4 An-Nisaa', Ayat 43.

Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun."

Tafsir Mudah dan Kandungan Ayat:

---Sambungan sebelumnya---

11. Larangan shalat bagi orang yang dalam keadaan junub dan juga dilarang atasnya menetap di masjid kecuali sekedar lewat saja.
12. Jika telah mandi janabah maka boleh bagi orang junub untuk menetap di masjid.
13. Mandi janabah itu harus disertai niat mandi janabah untuk membersihkan diri dari hadats besar.
14. Junub itu adalah disebabkan oleh pertemuan alat kelamin laki-laki dengan alat kelamin perempuan disertai usaha atasnya, bukan asal menempel saja, walau tidak sampai keluar air mani.
15. Termasuk hukum junub adalah keluar air mani dengan sebab-sebab yang lain.
16. Diperbolehkan bertayamum bagi orang sakit yang khawatir jika mandi atau wudhu akan memperparah penyakitnya atau memperlambat kesembuhannya, walaupun ada air.
17. Diperbolehkan bagi musafir untuk bertayamum jika tidak menemukan air.
18. Diperbolehkan bagi orang yang berhadats karena buang air untuk bertayamum jika tidak menemukan air.
19. Diperbolehkan bagi orang yang berhadats karena bersentuhan laki-laki dengan perempuan untuk bertayamum jika tidak menemukan air.
20. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang maksud dari bersentuhan laki-laki dengan perempuan; sebagian memahami bersentuhan kulit dan sebagian yang lain memahami bersetubuh. Kami tidak membahas permasalahan khilafiyah atau perbedaan pendapat disini.
21. Allah memperbolehkan tayamum dalam dua keadaan;
a). Tidak ada air setelah usaha mencarinya. Hukum ini berlaku bagi musafir dan mukim.
b). Kesulitan memakai air karena sakit dan semisalnya.
22. Bertayamum itu adalah mengusap wajah dan tangan dengan tanah yang suci.
23. Tata cara bertayamum secara mendetail telah dijelaskan lengkap oleh para ulama dalam kitab-kitab fiqih, silahkan meruju' kepadanya.
24. Allah adalah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun yang selalu memberikan kemudahan kepada hamba-hambaNya dan tidak memberikan kesulitan dalam mengamalkan syari'atNya.

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan "Ahlul Qur'an" [Keluarga Al-Qur'an] dan "Shohibul Qur'an"  [Sahabat Al-Qur'an], yang "Hidup Di Bawah Naungan Al-Qur'an", selalu membaca, memahami dan mengamalkannya sehingga kami menjadi sukses, bahagia dan selamat dunia akhirat, aamiin..

Akhukum Fillah
@AbdullahHadrami

���� WA MTDHK (Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah) kota Malang ����

�� Infaq kegiatan dakwah MTDHK bisa disalurkan melalui rekening a/n Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah;

�� BSM No: 7755555511
�� BNI No: 0362755494

���� Semoga Allah beri ganti dengan yang lebih baik dan barokah di dunia dan akhirat.

☝��️Kegiatan dakwah dan laporan keuangan ada di website kami www.mtdhk.com.

�� Untuk berlangganan WA Taushiyah MTDHK ketik "GABUNG" kirim WA (bukan SMS) ke +6283848634832 (Anggota lama tidak perlu mendaftar lagi)

�� Silahkan disebarkan kiriman ini sebagaimana aslinya tanpa dirubah sedikitpun, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah.. Jazakumulloh khoiro.

Kamis, 20 Agustus 2015

Nasihat Penting Untuk Saudara dan Saudariku Tercinta

�� Nasihat Penting Untuk Saudara dan Saudariku Tercinta

Akhi dan ukhti fillah...

Perhatikanlah point-point nasihat penting berikut ini dan berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk mempraktekkannya...

1. Tuntutlah ilmu syar'i yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman para Salaf Ash-shalih (orang-orang shalih yang terdahulu dari kalangan para sahabat, tabi’in dan pengikut tabi’in)

2. Aplikasikan dan wujudkanlah tauhid (dalam kehidupan), dan bersihkanlah ia dari noda-noda kesyirikan, bid'ah dan kemaksiatan.

3. Tegakkanlah shalat shalat (lima waktu) tepat pada waktunya dengan khusyuk dan tuma'ninah.

4. Keluarkanlah zakat dari hartamu ataupun lainnya, dan berikanlah kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

5. Berpuasalah di bulan Ramadhan, dan bersemangatlah untuk menambahnya dengan puasa-puasa sunnah pada selain (bulan Ramadhan) sesuai dengan yang disyariatkan.

6. Tunaikanlah kewajiban ibadah haji dalam waktu yang sesegera mungkin (jika sudah memenuhi syaratnya).

7. Sambunglah tali silaturrahim dengan saling mengunjungi, saling menasihati, dan saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa.

8. Berdakwahlah kepada jalan Allah ta'ala dengan penuh hikmah, dan mauidzatil hasanah (disesuaikan dengan kemampuannya) bersamaan dengan itu bersemangatlah untuk memberi petunjuk kepada orang lain.

9. Ajaklah untuk berbuat baik, dan cegahlah dari perbuatan kemungkaran dengan kemampuan yang ada.

10. Gunakanlah waktu sebaik mungkin, dan perbanyaklah amal shalih.

11. Didiklah anak-anak dengan didikan yang baik.

12. Hiasilah diri anda dengan akhlak yang terpuji.

13. Perbanyaklah istighfar, taubat, dan dzikir kepada Allah Azza wajalla.

14. Selalu ingatlah akan kematian, hari perhitungan (amal), surga dan neraka.

15. Tutupilah aib orang-orang muslim, doakanlah kebaikan bagi mereka tanpa sepengetahuannya.

�� Diterjemahkan dari: "Ahkam al-Ghinaa', wa At-Tashwir, wa Halqil liha, wa Syurbid Dhukhan, wa Al-Isbal" yang disusun oleh: Dar Al-Qaasim

___________
Unaizah, 05 Dzul Qa'idah 1436 H.
Alih Bahasa: Andri Abdul Halim, Lc.

Demikian, wabillahi at-taufiiq

------------------
♻ Silsilah nasihat ke - 97
�� Broadcast WA Dakwah Jalyat Unaiza_Indo
�� Ikuti di no: +966509273346

DAJJĀL (BAG. 1)

�� BimbinganIslam.com
Kamis, 5 Dzulqa'dah 1436 H / 20 Agustus 2015 M
�� Ustadz 'Abdullāh Roy, MA
�� Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir
�� Halaqah 15 | Dajjāl (bagian 1)
⬇ Link download audio
https://drive.google.com/file/d/0B0Wy0LL4obxMTTczVUt3RVNSSkE/view?usp=docslist_api
➖➖➖➖➖➖➖

DAJJĀL (BAG. 1)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول لله و على آله وصحبه أجمعين

Halaqah ke-15 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang Dajjāl (bagian pertama).

Dajjāl, yang secara bahasa artinya pendusta besar, merupakan seorang manusia keturunan Nabi Ādam 'alayhis salām.

Yang di akhir zaman, Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan menjadikan dia sebagai fitnah terbesar dalam sejarah manusia.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَا بَيْنَ خَلْقِ آدَمَ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ خَلْقٌ أَكْبَرُ مِنَ الدَّجَّالِ

“Tidak ada fitnah antara penciptaan Ādam sampai hari kiamat yang lebih besar daripada fitnah Dajjāl.”

(HR. Muslim)

Sebelum keluarnya Dajjāl, bumi dalam keadaan kemarau yang sangat panjang, manusia sangat membutuhkan air dan juga makanan.

Dajjāl muncul dan mengaku sebagai Tuhan Rabbul ‘ālamīn.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan dia kemampuan untuk bergerak cepat, menurunkan hujan dan menumbuhkan tanaman.

Dia membawa sesuatu yang menyerupai surga dan neraka sehingga orang-orang yang tidak mengenal Allāh Subhānahu wa Ta'āla (seperti orang-orang musyrik, kafir dan munafik) mereka pun mengikuti Dajjāl.

Di antaranya adalah 70.000 orang Yahudi Ashbahan*. (HR. Muslim)

*Ashbahan adalah nama sebuah daerah.

Sampai ada seseorang yang awalnya menyangka dirinya beriman setelah melihat perkara yang luar biasa pada diri Dajjāl akhirnya dia mengikuti Dajjāl tersebut.

(Hadits shahih, HR. Abū Dāwud)

Setiap Nabi telah mengingatkan umatnya fitnah Dajjāl ini.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

إِنِّي أُنْذِرُكُمُوْهُ وَمَا مِنْ نَبِيٍّ إِلاَّ قَدْ أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ، لَقَدْ أَنْذَرَهُ نُوْحٌ قَوْمَهُ

“Sesungguhnya aku akan memperingatkan kalian tentang Dajjāl dan tidaklah seorang Nabi kecuali dia telah memperingatkan kaumnya dari Dajjāl, demikian pula Nūh 'alayhis salām.”

(HR. Bukhāri)

Dajjāl sekarang ada di sebuah pulau.

Tamīm Ad-Dārī, seorang sahabat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, saat masih beragama Nasrani, dia dan beberapa orang temannya pernah terdampar di pulau tersebut.

Mereka melihat Dajjāl dalam keadaan terikat kuat bahkan sempat terjadi dialog antara mereka dengan Dajjāl.

Kemudian Tamīm mengabarkan pertemuan dan dialog ini kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam setelah masuk Islam dan dibenarkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

(Hadīts shahīh, HR. Imam Muslim)

Itulah yang bisa kita sampaikan pada pertemuan kali ini. Dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

'Abdullāh Roy di kota Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam

Ditranskrip oleh
Tim Transkrip BiAS
➖➖➖➖➖➖➖➖➖