Mencintai sahabat keseluruhan tanpa membedakan. Ahlussunah senantiasa berada pada sikap pertengahan, tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan/meremehkan. Dan ini berlaku pada semua disiplin ilmu & dalam beragama.
Perselisihan antara sahabat nabi ini sudah nabi kabarkan ketika beliau masih hidup. Dan ini adalah salah satu tanda kenabian.
Ketika menguatkan ijtihad salah satu sahabat, maka tidak boleh mencela ijtihad sahabat yang lain (yg dianggap ijtihad nya lemah).
Sikap Ahlussunah wal jamaah atas perselisihan antar sahabat diringkas pada 2 sikap:
1. Ahlussunah menahan lisan untuk berbicara/membahas tentang apa yang terjadi diantara para sahabat nabi. Karena inilah sikap pertengahan, sikap tenang & menahan diri akan perselisihan mereka. Jika terpaksa/dibutuhkan untuk menjelaskan dalam masalah ini, harus adil & pertengahan. Mengikuti kaidah² pertengahan, tidak mencela dan merendahkan sahabat. Dan ahlussunnah senantiasa mendoakan orang-orang beriman dan berlindung dari sifat Hasad terhadap sesama mukmin.
2. Membantah/meluruskan terhadap pendapat², tulisan², isu² yang menceritakan tidak benar tentang sahabat. Dan ini ada beberapa sisi:
a. Pendapat²/tulisan²/isu² yang menceritakan sahabat/mencela sahabat adalah dusta.
b. Pendapat²/tulisan²/isu² yang menceritakan kejelekan sahabat/mencela sahabat didalamnya ada yang ditambah dan dikurangi karena didalamnya disisipi kedustaan.
c. Kalaupun ada sejarah yang benar yang menceritakan antara perselisihan sahabat maka itu sangat kecil/sedikit sekali.
Setiap sahabat yang berpendapat salah, mereka selalu dapat udzur. Semua sahabat adalah adil yang mempunyai kapasitas sebagai Mujtahid.
d. Semua sahabat sangat mungkin untuk berbuat salah.
Ringkasan faidah kajian ustadz Rahmat Pujianto Hafizhahullah
Masjid Al Muhtadin Banjarejo Madiun