Persatuan bangsa adalah karena bersatunya umat Islam di Indonesia ini, begitu sebaliknya.
Nikmat persaudaraan Islam adalah Rahmat Allah semata. Nikmat yang besar, tak ada yang dapat menyatukan umat melainkan dari nikmat Allah semata.Islam menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan & persaudaraan. Sebagaimana hadits nabi yang melarang perdagangan diatas perdagangan saudara muslim lainnya, juga dalam hadits nabi yang lain yang melarang melamar diatas lamaran saudara muslim yang lainnya. Karena Islam menjunjung tinggi & mengedepankan persatuan umat, lebih dari sekedar untung rugi jual beli atau masalah percintaan sesama manusia (laki² & perempuan).
Islam menjaga darah, harta & kehormatan umat muslim secara umum tidak terbatas kelompok.
Hancurnya dunia dan isinya lebih ringan dari terbunuhnya seorang muslim.
Begitu pula mulianya Ka'bah, lebih mulia seorang mukmin.
Di zaman ini, pengaruh media sosial begitu besar & begitu mudah menggiring manusia & menumbuhkan kericuhan.
Maka wajib bagi setiap muslim, untuk menyeleksi, mentabayun, memfilter, menteliti dan menimbang setiap berita yang datang.
Berhati-hati dalam menerima & menyebarkan berita, mempertimbangkan semua aspek sebelum menerima & menyebarkannya.
Jika tidak mampu memfilter & menyeleksi dengan baik, maka DIAM LEBIH BAIK. Dari pada salah langkah & salah tindakan.
PERLU PULA DIINGAT AKAN ADAB² TERHADAP PENGUASA ULIL AMRI.
Sebagaimana sejarah telah banyak contoh & pelajaran akan konflik antara penguasa & rakyatnya.
Ambillah pelajaran dari sikap nabi Musa, BERSABAR & MEREDAM EMOSI KAUMNYA, TETAP MENGATAKAN YANG BENAR ADALAH BENAR & YANG SALAH ADALAH SALAH, MENASEHATI PENGUASA DENGAN LEMAH LEMBUT.
2. Kisah Anas bin Malik (sahabat nabi) konflik dengan raja hajaj ibn yusuf yang suka membunuh ulama bahkan dari kalangan sahabat.
Bagaimana sikap sahabat? Sabar & meredam emosi umat.
3. Kisah imam Ahmad bin Hambal dengan raja Makmun yang memaksa mengatakan Al Qur'an adalah makhluk.
Bagaimana sikap Al imam Ahmad?
Tetap teguh dengan mengatakan yang Haq adalah Haq, menasehati raja dengan lemah lembut, dan meredam amarah umat.
Sekilas terlihat sikap² diatas cenderung pasif, tetapi bukanlah demikian. Yang menjadi pertimbangan adalah maslahat yang lebih besar bukan untuk diri sendiri melainkan untuk umat yang lebih besar.
Sikap² diatas bukanlah berarti para ulama takut mati, TIDAK. Tetapi yang jadi pertimbangan adalah dibelakang mereka ada umat yang besar yang bisa jadi mereka akan menjadi korban jika memberontak.
MUSLIM HENDAKNYA MENGHINDARI FANATIK BUTA, TERHADAP ORGANISASI/TOKOH.
Tokoh ibarat pohon yang tinggi menjulang, ketika yang atas diterpa angin maka dahan² disekitarnya akan ikut goyang. Begitulah ibarat orang yg fanatik. Maka janganlah fanatik, yang tepat adalah pertengahan. Tetap belajar, menimba ilmu dari guru tetapi tidak fanatik. Sebagaimana pesan Anas bin Malik, setiap orang bisa di ambil dan di buang ucapannya kecuali Nabi Muhammad shalallahu alayhi wasallam yang maksum.
PERLUAS ILMU, WAWASAN & PENGKAJIAN.
Menempatkan sikap dimana harus tegas & dimana harus toleransi. Tidak mudah memfonis & mengklaim.
Wallahu A'lam
Faidah kajian dari ustadz Hafidz Mustofa
Masjid Nashrus Sunnah Madiun
Dengan judul DAMAILAH NEGERIKU