Senin, 16 April 2018

JALAN TERUS, JALAN LURUS

Tak ada jalan untuk putar balik, kembali ke masa lalu yg gelap.
Aku telah putuskan untuk berhenti dari keburukan keburukan masa lalu.
Aku, harus terus maju ke jalan yg lurus.
Jalan yg Haq, dan tidak memutar arah kembali ke masa lalu.
Aku, harus terus berjalan.

Minggu, 15 April 2018

ANDAI HIDAYAH BISA DIBELI

Kunci hidayah
1. Tauhid
Memurnikan tauhid kepada Allah. Hidayah adalah murni pemberian Allah.
2. Beriman dan beramal Sholih
Dosa yg membatalkan iman yakni kesyirikan dan kerja kekafiran.
Dua syarat amal Sholih yakni ikhlas dan i'tiba
Riya, dosa besar. Karena syirik kecil.
3. Doa meminta hidayah.
Bergantung & meminta kepada Allah.
Juga doa Istiqomah.
4. Menuntut ilmu dan mengamalkannya.
Hidayah: berupa ilmu/bimbingan
Hidayah: Taufik/amalan
5. Berteman dengan orang yg mendapat hidayah
Setan adalah yg mengajak kepada keburukan.
Seorang bergantung pada siapa sahabat dekatnya.

Sedikit ringkasan kajian ustadz Sofyan Kholid Ruray
Madiun April 2018

Jumat, 13 April 2018

Wajib belajar Islam?

Lahir & besar sebagai muslim bukan berarti sudah pasti benar Islam kita.
Sedikit sekali yang kita pahami dari agama Islam yang sempurna ini.
Oleh karenanya, belajar agama ini wajib hukumnya untuk semua orang yang mengaku dirinya sebagai seorang muslim.
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits.
Semoga Allah mudahkan kita untuk terus belajar agama yang mulia ini.

الفقير الى مغفرة ربه
أبو عبد الرحمن ابن مرسي سولور فرنو

MAHALNYA HIDAYAH

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki". 📚[Al Qashash/28 : 56].

*“Mahalnya Hidayah”*
Oleh: Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan, MA hafidzahullah
(Radio Hang FM Batam)

Lelaki itu yang menjadi pengantarku dari TV Rodja menuju hotel tempatku menginap. Untuk mengisi waktu dan memecah kesunyian antara kami, aku sempatkan diri bertanya padanya awal mula dia mendapatkan hidayah.

Ia bertutur: ”Dahulu saya adalah seorang guru agama yang ditokohkan di lingkunganku. Dengan bekal ilmu-ilmu yang kudapat ketika nyantri di salah satu pesantren tradisionil di Jombang, aku dapat membuka halaqah-halaqah kajian yang ketika itu lumayan ramai dihadiri orang-orang kampungku. Berbekal bisa baca kitab kuning dan sedikit retorika, aku berhasil menarik hati masyarakat desa dan jadi vigur bagi mereka.

Ringkasnya aku lumayan terpandang dan dimuliakan dengan profesiku ini sehingga segala bentuk khidmat, hadiah, pemberian mengalir deras kepadaku. Apalai usaha sampinganku sebagai supir, Alhamdulillah membuatku dapat membeli rumah dan ruko sebagai aset untuk anak dan istriku.

Sekitar tahun 2006 aku mulai mengenal 2 lelaki yang sangat berbeda penampilan dan tata cara ibadahnya dengan kami. Sebagai seorang Kyai, aku berusaha mempengaruhi keduanya agar tidak menyelisihi masyarakat setempat. Dan aku berusaha meyakinkan keduanya dengan berbagai argumen yang kutahu. Tetapi anehnya mereka selalu membawakan padaku dalil atas apa yang mereka lakukan dalam ibadah mereka.

Hal yang paling membuatku geram adalah, tatkala keduanya menyatakan padaku tentang kitab monumental “Ihya Ulumuddin” karya Imam Ghazali- rahimahullah- yang kukenal sebagai “hujjatul Islam” karena keilmuannya -menurut mereka- banyak mengandung hadits-hadits yang palsu dan banyak memuat tata cara ibadah dan zikir yang tidak ada panduannya dari Nabi….sontak membuatku marah dan berkata pada keduanya: ”Apa seluruh ulama dari zaman ke zaman bodoh semuanya dan tidak mengetahui apa yang kalian ketahui?”.

Tetapi anehnya mereka mendatangkan juga kritik para ulama semisal Hafiz Al-Iraqi di zamannya, yang menyatakan bahwa Ghazali telah memuat bukunya dengan hadits-hadits yang palsu dan membinasakan…. membuat aku semangkin bingung dan penasaran.

Lalu contoh-contoh hadits yang dianggap palsu itu kucatat dan kubawakan kepada para kyai yang kuanggap lebih alim dariku. Dari satu kyai ke kyai yang lain kudatangi untuk meminta jawaban dan tanggapan mereka tentang tuduhan ini…namun anehnya setelah menunggu berhari, bahkan berbulan dan bertahun…mereka bungkam seribu bahasa tidak bisa mengomentari hadits-hadits tersebut. Cuma satu hal yang kuingat bahwa mereka memperingatkanku agar tidak menyelisihi orang banyak dan tidak terinveksi virus Wahabi yang membahayakan.

Aku semangkin penasaran, dan mulai kulahap satu demi satu buku-buku maupun majalah-majalah sunnah yang akhirnya membuatku yakin dan memutuskan untuk keluar dari cara beragama masyarakatku yang tidak sesuai dengan sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- .

Persis sebagimana Imam Besar Abu Hasan Al-Asyari yang keluar dari Paham Muktazilah dengan mengumpulkan orang banyak dihadapannya dan berpidato di atas mimbar dengan melepas bajunya dan berkata: ”Aku telah melepaskan semua akidah dan paham Muktazilah yang kupelajari dan kuyakini bertahun-tahun sebagaimana aku melepaskan bajuku ini”…maka seperti itu pulalah yang kulakukan. Kukumpulkan para jamaahku dan kuberitahukan bahwa sejak saat itu aku tidak lagi dapat beramal seperti amalanku yang dulu, dan sejak itulah penderitaan demi penderitaan datang setia menghampiriku.

Mulanya aku bingung untuk membuat keputusan…antara mengikuti kebiasaan dan keyakinan orang banyak yang telah menokohkan diriku dengan segala bentuk kenikmatan dunia yang kudapat tetapi beresiko menuai murka Allah, karena menolak kebenaran yang datang… atau memilih istiqomah di atas sunnah Nabi dengan resiko ditinggalkan manusia, dikucilkan bahkan mungkin diusir mereka dari kampung halamanku.

Dengan taufiq dan bantuan Allah jualah akhirnya kupilih jalan Allah untuk tetap meniti sunnah Nabi, sekalipun ditinggalkan dan dimusuhi manusia. Sejak saat itu, seluruh jadwal kajianku dihapus dan aku tidak boleh lagi menjadi imam. Aku benar-benar dimusuhi orang sekampungku, bahkan keluarga dan istriku.
Suatu ketika terjadi pertengkaran hebat antara aku dan istriku disebabkan diriku yang telah berubah menurutnya. Dengan didukung seluruh keluarganya bahkan keluargaku sendiri…aku terusir dan diusir dari rumahku sendiri, persis bagaikan seekor anjing diusir oleh tuannya. Bedanya bahwa hakikatnya rumah itu adalah milikku dan hasil dari usahaku..dengan terpaksa atas desakan mereka kutinggalkan. Tidak sampai di situ, bahkan ruko milikku juga diambil alih, dan aku ingat sekali bahwa hari itu aku pergi hanya membawa baju yang melekat di badan. Allahul musta’an.

Pernah juga sekali waktu disidang oleh semua ketua RT dan RW karena dianggap membawa paham sesat. Bukan saja mereka bahkan perangkat masyarakat dari para toloh-tokohnya juga hadir mengerumuni aku sendiri. Subhanallah, meskipun sendiri… tapi tidak seorang dari mereka yang dapat membantah hujjah-hujjahku yang ketika itu kubawakan pada mereka dalil-dalil atas apa yang aku yakini dan ku amalkan.

Mulailah kujalani hari-hari yang pahit, hidup terlunta-lunta tak bertempat tinggal, berpindah-pindah dari satu tempat kajian ke tempat kajian lainnya. Alhamdulillah kawan-kawan sepengajianku begitu sayang dan kasih kepadaku dan berupaya memberikan bantuan-bantuan mereka padaku yang membuat aku tegar dan tidak merasa sendiri lagi di atas jalan dakwah ini.

Kini aku telah berpindah ke Jakarta dan puji bagi Allah, kini aku telah menikah dan istriku telah mengaji sunnah, berhijab dengan sempurna bahkan jauh lebih muda 10 tahun dariku. Meskipun masih hidup dengan mengontrak, tapi sungguh kurasakan kebahagian dapat mengamalkan sunnah dan mengaji sunnah Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- .

Semua kenangan masa laluku yang pahit telah kukubur hidup-hidup, seiring dengan hijrahku ke Ibu Kota ini tempat aku mencari penghidupan dan mendatangi kajian-kajian.

Semoga hidayah ini dapat abadi hingga aku menutup mata dan kembali ke hadirat Ilahi Rabbi. Amin”.
Iapun menutup kisahnya yang penuh pelajaran.
Kisahnya mengajarkan kita bahwa untuk dapat tegak di atas jalan kebenaran ini, membutuhkan pengorbanan dan perjuangan, penuh dengan resiko dan tantangan, mengajarkan kepada kita untuk lebih mengutamakan apa yang diinginkan Allah daripada meng-aminkan apa yang diinginkan manusia.

Semoga Allah menjaga beliau dan kita semua dalam Islam dan mewafatkan kita di atas Sunnah. Amin.

Batam, 29 Dzulhijjah 1435 / 24 Oktober 2014
Kenangan manis kajian di Jakarta
”sejenak bersama pak supir”.
Abu Fairuz
# via salamdakwah[dot]com

Dipublikasikan ulang oleh Abu Aisyah http://hidayahsunnah.com

Kamis, 29 Maret 2018

AKU INGIN BERHENTI

Sungguh, ada banyak hal yg menyakiti hati.
Perbuatan yg kita tahu salah namun masih kita lakukan.
Aku ingin berhenti. Sungguh aku ingin berhenti.
Sungguh benar, hari paling indah adalah hari dimana kita tidak berbuat dosa. Telah banyak luka dalam hati karena ulah diri sendiri. Aku, ingin berhenti.

JANGAN BERHENTI

Aku memang belum pandai, tapi aku berdoa semoga aku terus diberi hidayah untuk terus belajar & tidak berhenti belajar sampai mati.

Juga

Aku memang belum baik, tapi aku berdoa semoga aku terus diberi hidayah untuk terus berusaha menjadi orang yang lebih baik & tidak berhenti berusaha memperbaiki diri sampai mati.

Bin Marsi As-Sambity

Kamis, 15 Maret 2018

Menikah

Engkau tau,,,,
Setiap orang punya mimpi dan cita-cita untuk menikah
Membangun keluarga yg indah
Menebar cinta & merekah
Bahkan,
Ada hari bahagia itu tinggal sebentar
Kebahagiaan terasa dekat
Tapi,
Catatan takdir tetap tetap
Ketetapan NYA mutlak
Dan hikmah dibalik itu semua adalah pasti
Tersenyumlah kawan, perjuanganmu kan berujung indah

Di Bumi Allah
By, Hamba Allah

Minggu, 11 Maret 2018

Nikmat itu...

�� Nikmat itu...


Nikmat itu... ketika engkau beriman kepada Allah dan segala yang datang dari-Nya, lalu engkau mengamalkan konsekuensinya.

Nikmat itu... ketika engkau diberi mata, mulut, telinga, tangan, kaki dan anggota tubuh lengkap lainnya, lalu engkau menggunakannya untuk beribadah kepada-Nya, untuk mengerjakan kebaikan.

Nikmat itu... ketika engkau masih diberikan waktu untuk menuntut ilmu di sela-sela hari padatmu, lalu engkau mengamalkan pesan-pesan yang engkau tulis atau tangkap dalam benakmu.

Nikmat itu... ketika engkau diberikan pemahaman yang benar, tidak neko-neko, apalagi sampai nyeleneh berpendapat yang aneh-aneh.

Nikmat itu... ketika engkau diberi taufik dan kemudahan oleh Allah untuk tunduk dan taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam.

Nikmat itu... ketika engkau diberikan kesehatan dan dapat  memanfaatkannya untuk kebaikan.

Nikmat itu... ketika engkau diberikan harta, lalu engku pergunakan dengan sebaik-baiknya sesuatu tuntutan.

Nikmat itu... ketika engkau dimudahkan menjaga shalat lima waktu lengkap dengan rawatibnya.

Nikmat itu... ketika engkau punya suami/istri yang shaleh/ha, yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, yang mendukungmu apabila engkau berbuat ketaatan dan mengingatkanmu ketika engkau lalai serta selalu mendoakan agar dirimu diberikan kebaikan oleh-Nya.

Nikmat itu...ketika engkau dimudahkan mengerjakan ketaatan; qiyamul lail, tilawah al-Quran, zikir kepada-Nya, rutin bersedekah, dan menjaga sunnah-sunnah lainnya.

Nikmat itu... ketika engkau punya sahabat yang siap membantu dan selalu ada dalam suka dan duka.

Nikmat itu... ketika engkau diberi kesempatan untuk berbakti kepada orang tua ketika mereka masih ada, bahkan setelah mereka meninggal dunia.

Nikmat itu... ketika engkau ringan membantu orang lain, mudah berbagi kepada kanan kiri.

Nikmat itu... ketika badanmu terasa lelah, letih, lesu, namun hati tetap menjaga zikir kepada-Nya.

Nikmat itu... ketika engkau dimudahkan menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan.

Nikmat itu... ketika engkau dapat istiqomah menjaga adab-adab ringan; mengucap bismillah sebelum makan, makan dengan tangan kanan, masuk masjid mendahulukan kaki kanan dan keluar mendahulukan yang kiri, keluar atau masuk toilet membaca doa, dst.

Singkatnya, nikmat itu... ketika engkau diberi taufik untuk mengerjakan yang baik dan dihindarkan dari melakukan yang tidak baik.

Ternyata, nikmat-Nya itu, benar-benar tak terhingga. Semoga kita dimudahkan untuk mensyukurinya. 

���� Divisi Bahasa Indonesia
���� ICC DAMMAM KSA
===================

Sabtu, 10 Maret 2018

PELAJARAN HARI INI

�� *8 PELAJARAN HARI INI*

Suatu hari, Syaqiq Al Balkhi berjumpa dengan Hatim. Syaqiq bertanya, "Selama sehari ini, ilmu apa saja yang sudah kau dapatkan?"

Hatim menjawab, "Aku mendapatkan delapan pelajaran:

1⃣ Aku perhatikan segala sesuatu di dunia ini. Aku mendapati bahwa setiap orang memiliki kekasih yang sangat dicintainya. Lalu ketika ia mati, ia pun harus rela berpisah dengan kekasihnya. Maka aku menjadikan segala amal shalehku sebagai kekasihku supaya ia tetap bersamaku nanti di alam kubur.

2⃣ Aku perhatikan firman Allah, "Dan orang yang menahan jiwanya dari hawa nafsu, maka surga adalah tempat kembalinya." (QS. An Nazi'at:40) Maka aku berusaha dengan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu agar aku tetap berada dalam ketaatan kepada Allah.

3⃣ Aku perhatikan bahwa setiap orang jika memiliki barang yang berharga, ia pasti selalu menjaganya dengan baik. Lalu aku perhatikan firman Allah, "Segala sesuatu yang berada padamu akan binasa, dan segala sesuatu yang berada pada Allah akan kekal abadi." (QS. An Nahl: 96) Oleh karena itu, setiap kali aku memiliki barang berharga, aku selalu menitipkannya kepada Allah supaya menjadi kekal abadi selamanya.

4⃣ Aku perhatikan manusia selalu berbangga-bangga dengan harta, keturunan dan jabatan, padahal semua itu tak ada harganya sama sekali. Lalu aku perhatikan firman Allah, "Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa." (QS. Al Hujurat: 13) Oleh karena itu, aku berusaha menjadi orang yang bertakwa supaya menjadi mulia di mata Allah.

5⃣ Aku perhatikan manusia saling mendengki dan iri hati. Lalu aku perhatikan firman Allah, "Aku telah membagi-bagi jatah hidup mereka." (QS. Az Zukhruf: 32) Oleh karena itu, aku tinggalkan dengki dan iri hati.

6⃣ Aku perhatikan manusia saling bermusuhan. Lalu aku perhatikan firman Allah, "Sesungguhnya syetan adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh." (QS. Fathir: 6)  Oleh karena itu, aku tinggalkan permusuhan dengan sesama manusia, lalu aku menjadikan syetan sebagai satu-satunya musuhku.

7⃣ Aku perhatikan manusia menguras tenaga mereka untuk mengais rezeki. Lalu aku perhatikan firman Allah, "Tak ada satu melata pun di muka bumi ini melainkan Allah sudah menanggung rezekinya." (QS. Hud: 6) Oleh karena itu, aku bekerja secukupnya dan seperlunya, dan aku tinggalkan sebagian lainnya.

8⃣ Aku perhatikan mereka hanya berharap dan mengandalkan pada perniagaan, bisnis, serta kesehatan jasmani mereka saja. Maka, aku hanya berharap dan bertawakkal kepada Allah saja. 

✏ Sumber: Mukhtasar Minhajul Qashidin karangan Ibnu Qudamah Al-Maqdisi

�� IG dan TG @kajianislamchannel

Diposting dan disebarkan kembali oleh Maa Haadzaa

Silahkan disebarluaskan tanpa merubah isinya. Semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita.
Jazaakumullahu khairan.

Minggu, 18 Februari 2018

Kaya atau miskin?

Kaya atau miskin?
Sedih atau senang?

Aku tidak peduli dengan kekayaan atau kemiskinan yg akan datang kepada ku.
Pun juga aku tidak peduli dengan sedih atau senang nya hatiku.

Melainkan aku selalu berharap & berdoa, apapun yg datang padaku semoga itu mendatangkan Ridho Allah. Baik kekayaan atau kemiskinan, kebahagiaan atau kesedihan.

Rabu, 07 Februari 2018

Sukses?

Engkau yang sukses hari ini, bukanlah karena engkau yg hebat tapi karena pertolongan Allah dekat.
Lalu itu juga karena sukses nya orang tua mu mendidik mu, membekali dan menyiapkan mu dan juga do'a do'a nya yg tulus yg menembus langit.

Senin, 05 Februari 2018

Cahaya

Bukankah kita pernah berjalan pada lorong yg gelap? Yg panjang lagi berliku? Penuh duri & lubang?
Bukankah kita pernah menjalani hidup yg sempit? Susah lagi payah seperti tanpa ujung?
Kemudian ALLAH limpahkan Cahaya Nya.
Jalan terlihat lebih terang, lebih lurus, tidak banyak duri & lubang.
Hidup lebih lapang, lebih semangat dan lebih terarah lagi bahagia.
Dengan semua keindahan saat ini, apakah kita mau/ingin kembali?
TIDAK, SUNGGUH TIDAK.
Mengingatnya? Iya, untuk pelajaran dan mengambil hikmah hidup.
Kembali? TIDAK!!!

Alhamdulillah, sungguh segala nikmat adalah dari Allah.
#Madiun #penikmattahu
#AbuAbdirrahman Sulurpurno Bin Marsi As Sambity

DOA

Apakah aku berdoa terlalu tinggi?
Apakah harapan ku terlalu muluk?
Tidak. Sungguh TIDAK.
Karena aku berdoa dan berharap hanya kepada Allah semata. yg maha kuasa, yg tidak ada yg tidak mungkin bagi Nya jika IA telah berkehendak.
Allahumma taqobbal du'a.

__________________________________________________________

_Bismillah_

      *KORSET*
Alat bantu rehabilitasi medik untuk terapi/mengurangi rasa nyeri pada tulang belakang ketika beraktivitas, baik karena kecethit, kecelakaan ataupun karena faktor usia.

*Korset Tulang Belakang kualitas premium*
    - Korset Pinggang
    - Korset Punggung

*Informasi & Pemesanan wapri:*
Sulurpurno
*087758446112* (wa)
_On Respon: Diluar jam kerja_
_Off Respon: Di jam kerja 08:00 - 16:00/Datang langsung ke JOP Store Jl. Kalimosodo No.77 Josenan, Madiun_

*Tambahan: Juga menyediakan alat rehabilitasi medik lainnya :*
1. Jari Palsu (seindah aslinya)
2. Tangan Palsu
3. Kaki Palsu
4. Brace (alat bantu kaki polio)
5. Tripod, Kruk, Walker (alat bantu penopang tubuh).
Dll

HATI

Dari hati lah semua berawal dan dihati lah semua berujung.
Bagaimana niat awal, kemudian setelah berakhir.
Semoga itu ada dihati, dan hanya masing masing orang yg merasakan.
Wahai Rabb yg menguasai hati, Selamatkan hati ini.

@Madiun
Abu Abdirrahman Sulurpurno Bin Marsi

-------------------------------------------------

_Bismillah_

      *KORSET*
Alat bantu rehabilitasi medik untuk terapi/mengurangi rasa nyeri pada tulang belakang ketika beraktivitas, baik karena kecethit, kecelakaan ataupun karena faktor usia.

*Korset Tulang Belakang kualitas premium*
    - Korset Pinggang
    - Korset Punggung

*Informasi & Pemesanan wapri:*
Sulurpurno
*087758446112* (wa)
_On Respon: Diluar jam kerja_
_Off Respon: Di jam kerja 08:00 - 16:00/Datang langsung ke JOP Store Jl. Kalimosodo No.77 Josenan, Madiun_

*Tambahan: Juga menyediakan alat rehabilitasi medik lainnya :*
1. Jari Palsu (seindah aslinya)
2. Tangan Palsu
3. Kaki Palsu
4. Brace (alat bantu kaki polio)
5. Tripod, Kruk, Walker (alat bantu penopang tubuh).
Dll

Para Ulama Ahlul Hadits

Para Ulama Ahlul Hadits
بسم الله الرحمن الرحيم

Biografi para ulama ahlul hadits mulai dari zaman sahabat hingga sekarang yang masyhur :

1. Khalifah ar-Rasyidin :
• Abu Bakr Ash-Shiddiq
• Umar bin Al-Khaththab
• Utsman bin Affan
• Ali bin Abi Thalib

2. Al-Abadillah :
• Ibnu Umar
• Ibnu Abbas
• Ibnu Az-Zubair
• Ibnu Amr
• Ibnu Mas’ud
• Aisyah binti Abubakar
• Ummu Salamah
• Zainab bint Jahsy
• Anas bin Malik
• Zaid bin Tsabit
• Abu Hurairah
• Jabir bin Abdillah
• Abu Sa’id Al-Khudri
• Mu’adz bin Jabal
• Abu Dzarr al-Ghifari
• Sa’ad bin Abi Waqqash
• Abu Darda’

3. Para Tabi’in :
• Sa’id bin Al-Musayyab wafat 90 H
• Urwah bin Zubair wafat 99 H
• Sa’id bin Jubair wafat 95 H
• Ali bin Al-Husain Zainal Abidin wafat 93 H
• Muhammad bin Al-Hanafiyah wafat 80 H
• Ubaidullah bin Abdillah bin Utbah bin Mas’ud wafat 94 H
• Salim bin Abdullah bin Umar wafat 106 H
• Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr Ash Shiddiq
• Al-Hasan Al-Bashri wafat 110 H
• Muhammad bin Sirin wafat 110 H
• Umar bin Abdul Aziz wafat 101 H
• Nafi’ bin Hurmuz wafat 117 H
• Muhammad bin Syihab Az-Zuhri wafat 125 H
• Ikrimah wafat 105 H
• Asy Sya’by wafat 104 H
• Ibrahim an-Nakha’iy wafat 96 H
• Aqamah wafat 62 H

4. Para Tabi’ut tabi’in :
• Malik bin Anas wafat 179 H
• Al-Auza’i wafat 157 H
• Sufyan bin Said Ats-Tsauri wafat 161 H
• Sufyan bin Uyainah wafat 193 H
• Al-Laits bin Sa’ad wafat 175 H
• Syu’bah ibn A-Hajjaj wafat 160 H
• Abu Hanifah An-Nu’man wafat 150 H

5. Atba’ Tabi’it Tabi’in : Setelah para tabi’ut tabi’in:
• Abdullah bin Al-Mubarak wafat 181 H
• Waki’ bin Al-Jarrah wafat 197 H
• Abdurrahman bin Mahdy wafat 198 H
• Yahya bin Sa’id Al-Qaththan wafat 198 H
• Imam Syafi’i wafat 204 H

6. Murid-Murid atba’ Tabi’it Tabi’in :
• Ahmad bin Hambal wafat 241 H
• Yahya bin Ma’in wafat 233 H
• Ali bin Al-Madini wafat 234 H
• Abu Bakar bin Abi Syaibah Wafat 235 H
• Ibnu Rahawaih Wafat 238 H
• Ibnu Qutaibah Wafat 236 H

7. Kemudian murid-muridnya seperti:
• Al-Bukhari wafat 256 H
• Muslim wafat 271 H
• Ibnu Majah wafat 273 H
• Abu Hatim wafat 277 H
• Abu Zur’ah wafat 264 H
• Abu Dawud : wafat 275 H
• At-Tirmidzi wafat 279
• An Nasa’i wafat 234 H

8. Generasi berikutnya : orang-orang generasi berikutnya yang berjalan di jalan mereka adalah:
• Ibnu Jarir ath Thabary wafat 310 H
• Ibnu Khuzaimah wafat 311 H
• Muhammad Ibn Sa’ad wafat 230 H
• Ad-Daruquthni wafat 385 H
• Ath-Thahawi wafat 321 H
• Al-Ajurri wafat 360 H
• Ibnu Hibban wafat 342 H
• Ath Thabarany wafat 360 H
• Al-Hakim An-Naisaburi wafat 405 H
• Al-Lalika’i wafat 416 H
• Al-Baihaqi wafat 458 H
• Al-Khathib Al-Baghdadi wafat 463 H
• Ibnu Qudamah Al Maqdisi wafat 620 H

9. Murid-Murid Mereka :
• Ibnu Daqiq Al-led wafat 702 H
• Ibnu Taimiyah wafat 728 H
• Al-Mizzi wafat 742 H
• Imam Adz-Dzahabi (wafat 748 H)
• Imam Ibnul-Qoyyim al-Jauziyyah (wafat 751 H)
• Ibnu Katsir wafat 774 H
• Asy-Syathibi wafat 790 H
• Ibnu Rajab wafat 795 H

10. Ulama Generasi Akhir :
• Ash-Shan’ani wafat 1182 H
• Muhammad bin Abdul Wahhab wafat 1206 H
• Muhammad Shiddiq Hasan Khan wafat 1307 H
• Al-Mubarakfuri wafat 1427 H
• Abdurrahman As-Sa`di wafat 1367 H
• Ahmad Syakir wafat 1377 H
• Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh wafat 1389 H
• Muhammad Amin Asy-Syinqithi wafat 1393 H
• Muhammad Nashiruddin Al-Albani wafat 1420 H
• Abdul Aziz bin Abdillah Baz wafat 1420 H
• Hammad Al-Anshari wafat 1418 H
• Hamud At-Tuwaijiri wafat 1413 H
• Muhammad Al-Jami wafat 1416 H
• Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin wafat 1423 H
• Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i wafat 1423 H
• Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidhahullah
• Abdul Muhsin Al-Abbad hafidhahullah
• Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidhahullah

Sumber: Makanatu Ahli Hadits karya Asy-Syaikh Rabi bin Hadi Al-Madkhali dan Wujub Irtibath bi Ulama dengan sedikit tambahan.

Senin, 22 Januari 2018

Korset Murah Berkualitas

_Bismillah_

      *KORSET*
Alat bantu rehabilitasi medik untuk terapi/mengurangi rasa nyeri pada tulang belakang ketika beraktivitas, baik karena kecelakaan ataupun karena faktor usia.

*Korset Tulang Belakang kualitas premium*
    - Korset Pinggang
    - Korset Punggung

*Informasi & Pemesanan:*
Sulurpurno
*087758446112*
_On Respon: Diluar jam kerja_
_Off Respon: Di jam kerja 08:00 - 16:00/Datang langsung ke JOP Store Jl. Kalimosodo No.77 Josenan, Madiun_

*Tambahan: Juga menyediakan alat rehabilitasi medik lainnya.*

Jumat, 22 Desember 2017

HARI IBU

Jum'at, 3 Rabiul Akhir 1439 H / 22 Desember 2017.

                  *��SIAPA YANG TIDAK MENGENAL IBU?��*

*✍��  Ustadz DR. Syafiq bin Riza Basalamah_ hafidzahullah*

*Siapa yang tidak mengenal Ibu?*

Semua manusia yang ada setelah adam dan hawa pasti dilahirkan dari rahim seorang ibu.

Betapa agungnya peran ibu.
Betapa mulianya pengorbanan ibu.
Kasihnya sepanjang masa, bak sang surya menyinari dunia.

Budi baiknya tak pernah dapat dibalas oleh beta.

Namun sayangnya,
sudah banyak dari anak adam yang melupakan hak-hak ibunya.

Mereka dilalaikan dengan kesibukan dunia yang tiada habisnya.

Sungguh sakit hati ini, melihat kedurhakan banyak anak pada ibundanya.
Dan tatkala manusia sudah banyak yang menzalimi ibunya.
Tatkala mereka tenggelam dalam lautan durhaka, karena kebodohan dan kesibukaannya.

Sebagian orang tersadarkan dari mabuk dunia.
Terjaga dari mimpi panjang dan angan-angannya.
Menepi ke pantai kebajikan, berfikir untuk kembali menghargai ibu.
Maka mereka berinisiatif untuk membuat suatu hari spesial untuk ibu.

Ia, bagi ibu yang telah mengandung 9 bulan ada satu hari untukmu.

Bagimu yang telah menyusuiku selama 24 bulan, aku peruntukkan satu hari dari hidupku untukmu.

Bagimu yang tidak pernah lelah merawatku sejak lahir sampai aku dewasa, ada satu hari dihatiku untukmu
Bagimu yang rela tidak tidur untukku, rela lapar untukku, rela sakit asal aku sehat hanya ada satu hari bagimu.
Satu hari dari 360 hari yang kumiliki, kupersembahkan untukmu.

*24 jam dari 8640 jam waktuku, kuperuntukkan untuk mengingatmu.*

Sadarlah, wahai anak Adam !
Hal ini benar-benar suatu kebiadaban nyata dari seorang anak.

*Tidak tahu diri.*

Tidak kenal bakti dan balas budi.
Dan memang itulah peradabaan orang-orang yang tidak beriman.
Mereka ingin menggantikan kebiadabannya dengan membuat hari ibu.

*Bagi yang beriman,*
*jangan pernah merayakan hari ibu !*

Karena dalam Islam, semua hari adalah untuk ibu.
Semua waktu adalah untuknya.
Mengangkat suara atasnya diancam neraka.
Tidak mentaatinya akan membuat murka Sang Pencipta.
Keridhaan Ilahi berada di keridhaannya.

Dia adalah orang yang paling berhak untuk dikasihi dan dihormati setelah Allah ta'ala dan Rasulnya.

Bukan istri dan anak apalagi harta.
Kebaikannya tatkala hidup selalu dijaga.
Pengorbanannya setelah matipun akan selalu diingat.
Lisan seorang muslim selalu basah dengan doa untuknya.

*Jangan berkata:*

*"Daripada tidak ingat sama sekali !", itu falasafah orang-orang kafir, dan kamu bukan mereka.*

*Rubahlah falsafah itu !*

Rubahlah sikapmu lebih mengutamakan istri dan anak.
Kamu tidak akan pernah ada tanpa ibundamu.
Kamu tidak akan dewasa tanpa ibumu.
Kamu tidak akan seperti sekarang tanpa kasih sayang ibu.

Celaka seorang yang tidak masuk surga sedang ibu bapaknya atau salah satu darinya, ia dapati masih hidup, itu pesan Nabi.

Jadikanlah semua harimu untuk ibu.

*Ya, mulai detik ini !*

*Dan selalu berdoa : "RABBIGHFIRLI WA LI WAALIDAYYA WARHAMHUMA KAMA RABBAYANI SHOGIIRO"*
__________
�� http://www.salamdakwah.com/artikel/2090-jangan-pernah-merayakan-selamat-hari-ibu

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.
                                                
                                            ___������___

Sabtu, 20 Mei 2017

APAKAH AMIL DI YAYASAN BERHAK MENDAPATKAN ZAKAT?

Penanya: ‘Apakah amil di yayasan berhak mendapatkan zakat?’

Jawaban Ibnu Utsaimin,

العاملين إذا كانوا منصوبين من قبل الدولة

“Disebut amil apabila dia ditunjuk oleh negara.”

Penanya: ‘Jika dia dari yayasan, menghitung zakat gaji rutin mereka, apakah tidak cukup?’

Jawaban Ibnu Utsaimin,

لا يمكن إلا من جهة الدولة ؛ لأن العاملين عليها هم العاملون من قبل الدولة ، من قبل ولي الأمر

“Tidak mungkin kecuali ditunjuk negara. Karena amil adalah mereka yang ditunjuk dari negara, dari pemerintah.” (Liqaat Bab al-Maftuh, 13/141).

Di kesempatan yang lain, beliau menjelaskan perbedaan antara wakil dan amil. Beliau mengatakan,

“وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا” هم الذين أقامهم الإمام أي ولي الأمر لقبض الزكاة وتفريقها فيهم ، وهم عاملون عليها ، أي : لهم ولاية عليها . وأما الوكيل الخاص لصاحب المال الذي يقول له : يا فلان خذ زكاتي ووزعها على الفقراء فليس من العاملين عليها ؛ لأن هذا وكيل ، فهو عامل فيها ، وليس عاملاً عليها …

“Para amil zakat” mereka adalah orang yang ditunjuk imam – pemerintah – untuk menarik zakat dan membagikannya kepada mustahiq zakat. Mereka amil atas harta zakat, artinya mereka punya wewenang terhadap harta zakat. Sementara wakil untuk orang yang memiliki harta, misalnya orang kaya ini mengatakan kepada kawannya, ‘Wahai fulan, tolong ambil zakatku dan tolong bagikan kepada orang miskin..’ maka yang semacam ini bukan amil. Karena ini statusnya hanya wakil, yang mengurusi zakat dan tidak memiliki wewenang terhadap harta zakat. (Fatawa Nur ala ad-Darb, 29/206)

Rabu, 17 Mei 2017

MAKAN HARAM

*Keledainya Tidak Mau Makan Haram*

Ibnu Katsir menyebutkan kisah Syaikh Muhammad bin Manshur al-Qubari,
Beliau pernah menjual keledainya ke seseorang.
Setelah berlangsung beberapa hari, pembeli ini datang ke beliau dan komplain,
ﻳﺎﺳﻴﺪﻱ ﺇﻥ ﺍﻟﺪﺍﺑﺔ ﻻ ﺗﺄﻛﻞ ﻋﻨﺪﻱ ﺷﻴﺌﺎ
“Wahai tuanku, keledai ini tidak mau makan apapun makanan yang aku punya.”

ﻓﻨﻈﺮ ﺇﻟﻴﻪ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻪ : ﻣﺎ ﺗﻌﺎﻧﻲ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﻨﺎﺋﻊ
Syaikh Muhammad bin Manshur lalu memandanginya dan bertanya, “Apa pekerjaan kamu?”

Jawab pembeli,
ﺭﻗﺎﺹ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻮﺍﻟﻲ
“Saya penari di kerajaan.”

Jawab Syaikh,
ﺇﻥ ﺩﺍﺑﺘﻨﺎ ﻻ ﺗﺄﻛﻞ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ. ﻭﺩﺧﻞ ﻣﻨﺰﻟﻪ ﻓﺄﻋﻄﺎﻩ ﺩﺭﺍﻫﻤﻪ
Keledai ini tidak mau makan dari hasil yang haram.
Beliaupun masuk ke rumahnya dan mengembalikan uangnya.
Al-Bidayah wa an-Nihayah, 17/456

(Dari Ustadz Ammi Nur Baits, ST., BA.
-hafidzhahullaahu ta'aala-)

Selasa, 16 Mei 2017

Kisah Julaibib dan Pengantin Perempuan

Baca yaaaa
Mantaaaaab deh pilihan nabi shollallaahu'alayhi wasallam

Kisah Julaibib dan Pengantin Perempuan

Wanita shalihah adalah seorang wanita yang tahan memegang bara …

Jika datang perintah dari syariat kepada salah seorang mereka, dia taat, terima, dan tunduk. Dia tidak menyanggah, tidak membangkang, ataupun mencari alasan untuk tidak menerimanya.

Perhatikanlah cerita gadis suci nan mulia ini! Cerita tentang seorang pengantin wanita…

Adalah seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bernama Julaibib. Wajahnya tidak begitu menarik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menawarinya menikah. Dia berkata (tidak percaya), “Kalau begitu, Anda menganggapku tidak laku?”

Beliau bersabda, “Tetapi kamu di sisi Allah bukan tidak laku.”

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa terus mencari kesempatan untuk menikahkan Julaibib…

Hingga suatu hari, seorang laki-laki dari Anshar datang menawarkan putrinya yang janda kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar beliau menikahinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Ya. Wahai fulan! Nikahkan aku dengan putrimu.”

“Ya, dan sungguh itu suatu kenikmatan, wahai Rasulullah,” katanya riang.

Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Sesungguhnya aku tidak menginginkannya untuk diriku…”

“Lalu, untuk siapa?” tanyanya.
Beliau menjawab, “Untuk Julaibib…”

Ia terperanjat, “Julaibib, wahai Rasulullah?!! Biarkan aku meminta pendapat ibunya….”

Laki-laki itu pun pulang kepada istrinya seraya berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melamar putrimu.”

Dia menjawab, “Ya, dan itu suatu kenikmatan…”
“Menjadi istri Rasulullah!” tambahnya girang.

Dia berkata lagi, “Sesungguhnya beliau tidak menginginkannya untuk diri beliau.”

“Lalu, untuk siapa?” tanyanya.
“Beliau menginginkannya untuk Julaibib,” jawabnya.

Dia berkata, “Aku siap memberikan leherku untuk Julaibib… !

Tidak. Demi Allah! Aku tidak akan menikahkan putriku dengan Julaibib. Padahal, kita telah menolak lamaran si fulan dan si fulan…” katanya lagi.

Sang bapak pun sedih karena hal itu, dan ketika hendak beranjak menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba wanita itu berteriak memanggil ayahnya dari kamarnya, “Siapa yang melamarku kepada kalian?”

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,” jawab keduanya.

Dia berkata, “Apakah kalian akan menolak perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”

“Bawa aku menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh, beliau tidak akan menyia-nyiakanku,” lanjutnya.

Sang bapak pun pergi menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, seraya berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, terserah Anda.

Nikahkanlah dia dengan Julaibib.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun menikahkannya dengan Julaibib, serta mendoakannya,

اَللّهُمَّ صُبَّ عَلَيْهِمَا الْخَيْرَ صَبًّا  وَلَا تَجْعَلْ عَيْشَهُمَا كَدًّا كَدًّا

“Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya kebaikan, dan jangan jadikan kehidupan mereka susah.”

Tidak selang beberapa hari pernikahannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dalam peperangan, dan Julaibib ikut serta bersama beliau. Setelah peperangan usai, dan manusia mulai saling mencari satu sama lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada mereka, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…”

Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan si fulan dan si fulan…”

Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…”

Beliau bersabda, “Akan tetapi aku kehilangan Julaibib.”

Mereka pun mencari dan memeriksanya di antara orang-orang yang terbunuh. Tetapi mereka tidak menemukannya di arena pertempuran.

Terakhir, mereka menemukannya di sebuah tempat yang tidak jauh, di sisi tujuh orang dari orang-orang musyrik. Dia telah membunuh mereka, kemudian mereka membunuhnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri memandangi mayatnya, lalu berkata,”Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia dari golonganku dan aku dari golongannya.”

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membopongnya di atas kedua lengannya dan memerintahkan mereka agar menggali tanah untuk menguburnya.

Anas bertutur, “Kami pun menggali kubur, sementara Julaibib radhiallahu ‘anhu tidak memiliki alas kecuali kedua lengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga ia digalikan dan diletakkan di liang lahatnya.”

Anas radhiallahu ‘anhu berkata, “Demi Allah! Tidak ada di tengah-tengah orang Anshar yang lebih banyak berinfak dari pada istrinya. Kemudian, para tokoh pun berlomba melamarnya setelah Julaibib…”

Benarlah, “Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itu adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (An-Nur: 52).

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah bersabda, sebagaimana dalam ash-Shahih, “Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang engan itu?” Beliau bersabda, “Barangsiapa taat kepadaku, maka ia masuk surga, dan barangsiapa mendurhakaiku berarti ia telah enggan.”

Di nukil dari, “90 Kisah Malam Pertama” karya Abdul Muththalib Hamd Utsman, edisi terjemah cet. Pustaka Darul Haq Jakarta. (alsofwah.or.id)

Artikel www.Kisahmuslim.com

Istrimu Malu untuk Meminta, Meski Itu Haknya

Bismillaah.........

[ Istrimu Malu untuk Meminta, Meski Itu Haknya ]

Islam menetapkan kewajiban nafkah keluarga ada di pundak suami sebagaimana firman Allah dalam Quran Surah Al Baqarah ayat 233: “.............. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf (baik) ."

Karena itu, nafkah istri menjadi tanggung jawab suami. Dan itu juga berarti bahwa seorang istri tidak dibebani menanggung nafkah dirinya sendiri apalagi keluarga.

Seorang istri shalihah paham benar bahwa nafkahnya ditanggung oleh suami, dan menjadi kewajiban suami untuk menafkahinya dengan cara yang ma’ruf.

Namun tahukah engkau wahai suami, bahwa istrimu memiliki rasa malu untuk meminta kepadamu meski nafkah adalah hak istri dan kewajiban suami.

Istrimu malu dan juga takut untuk meminta haknya karena ia menjaga dirinya dari apa yang dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam,

“ Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup). ” (HR. An Nasa’i. Al Baihaqi).

Istri shalihah tidak akan menuntut di luar kemampuan suaminya. Cukuplah bagi istri sesuatu yang pantas dan sewajarnya, tidak perlu mewah, merk terkenal atau mahal harganya. Cukuplah sesuatu yang dapat memenuhi fungsinya, karena sombong dan bergaya bukanlah tabiatnya. Sederhana dan qanaah telah menjadi penghias akhlaknya.

Karena itu wahai suami, perhatikan penampilan istrimu. Dan segera penuhi kebutuhan istrimu. Jangan menunggu istrimu memintanya, karena rasa malu akan mencegahnya, juga kekhawatiran akan membebanimu.

Perhatikan keadaan istrimu. Adakah pakaiannya mulai kusam, sepatu sudah butut, sandalnya sudah tipis, atau tasnya tak layak.

Ajaklah istrimu untuk membeli kebutuhannya. Atau berikanlah uang padanya untuk membelinya sendiri.

Tak perlu kau tanya apakah mau beli sepatu dan sebagainya. Jika kau bertanya, niscaya istrimu akan menolaknya dan menyarankan untuk mengutamakan kebutuhanmu dan anak-anakmu.

Dan jika kau memberi sesuatu, istrimu sungguh akan bersuka cita atas perhatian yang kau berikan.

Niscaya rasa cinta dan sayangnya padamu akan makin bertambah besar karena kau mengakui keberadaannya.

Wahai suami, murah hatilah pada istrimu.

Janganlah berlaku pelit terhadapnya. Jika kau sering memberikan hadiah untuk kerabatmu dan kolegamu, ingatlah juga ada istri yang setia disampingmu. Istri yang siap sedia membantumu meski tak ada belanja tambahan. Istri yang mendampingimu saat senang maupun susah dan tak kenal lelah.

Apalagi bila dirimu memiliki kelebihan rizki. Sesekali berikan hadiah untuk istrimu.

Belikanlah sesuatu yang pada umumnya disukai oleh para wanita, apakah itu perhiasan meski hanya sebuah cincin atau gelang, sepasang sepatu baru, tas tangan yang disukai istrimu, atau hanya sekedar makanan kesukaannya.

Hadiahmu akan sangat berarti baginya dan akan menambah rasa cintanya padamu.

Wahai suami, jangan lupakan kerabat istrimu, terutama ibu dan ayahnya.

Jika istrimu malu untuk meminta haknya, maka ia lebih malu lagi meminta sesuatu untuk ibu dan ayahnya. Sebagai seorang anak, istrimu pun ingin dapat memberikan sesuatu untuk orang tuanya sebagai tanda cinta dan baktinya.

Namun tak akan mudah terlaksana bila nafkahnya tergantung kepadamu. Karena itu, tanpa istrimu meminta, berikanlah sebagian rizkimu untuk mertuamu, melalui tangan istrimu.

Mertuamu akan sangat berbahagia dan terkesan padamu menantu yang berbuat baik kepada orang tua istrinya. Demikian juga, jangan lupakan kerabat istrimu dengan mengutamakan kerabatmu sendiri.

Wahai suami, jangan abaikan hal tersebut di atas, terlebih bila istrimu tidak bekerja.

Istri shalihah akan merasa ringan membelanjakan hartanya untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, meski ia tahu ia berada dalam tanggungan nafkahmu. Ia juga tidak akan berat membelanjakan hartanya untukmu dan anak-anakmu, terlebih dalam kondisi sempit.

Sementara istri yang tidak bekerja, atau yang sudah berhenti bekerja. Mereka tergantung sepenuhnya akan nafkah di tanganmu sebagai suaminya.  Dan inilah yang ditetapkan Allah.
Karena itu, ingatlah selalu kewajiban ini.

Kewajiban nafkah harus ditunaikan sesuai dengan kemampuanmu, dan tanpa menunggu permintaan istrimu.

Istri shalihah selalu berusaha qanaah dan tidak menuntut di luar kemampuanmu.

Istri shalihah selalu berusaha mensyukuri pemberian suaminya.

Ingatlah, Allah akan meminta pertanggungjawabanmu dalam menafkahi keluargamu kelak di Yaumil Akhir.

Ingatlah, sebaik-baik suami adalah yang bersikap baik kepada istri dan keluarganya.

___________________________

[ UmmiOnline ]

Senin, 15 Mei 2017

DOKTER JANTUNG

Di Riyadh, ada seorang anak berumur 16 tahun. Suatu ketika di masjid, ia membaca al-Qur'an guna menunggu iqamah shalat Subuh. Setelah iqamah, mus-haf yang ia baca diletakkan kembali di tempat semula lalu segera masuk ke shaf.

Tiba-tiba ia tersungkur dan pingsan. Beberapa orang di masjid membawanya ke sebuah rumah sakit.

Dokter al-Jubeir yang mendiagnosa kondisinya berkisah:

"Pemuda itu dibawa kesini seperti jenazah. Setelah kuperiksa lebih lanjut ternyata dia mengalami pembekuan darah di jantung. Jika ini terjadi pada unta, ini akan mematikan unta tersebut.

Aku memandang pemuda itu, ia tengah sekarat hendak disambar kematian. Kami bergegas menolongnya dan mengusahakan detak jantungnya. Aku letakkan dia di dekat seorang petugas ambulance yang membawanya.

Aku segera pergi mengambil dan menyiapkan peralatan untuk segera mengambil tindakan medis. Ketika aku kembali dan bersiap-siap memeriksa kembali, ia tengah berada di pangkuan petugas tadi.

Sang petugas meletakkan telinganya di mulut pemuda itu. Sang pemuda melirihkan sesuatu di telinga beliau. Aku berdiri melihat keduanya.

Beberapa detik kemudian, ia memegang erat tangan petugas tersebut. Secara perlahan, sang pemuda menoleh ke arah kanan.

"Asyhadu allaa ilaha illallah wa asyhadu anna muhammad 'abduhu warasuluh. . ." Lirih suaranya berucap dalam sekarat.

Dia mengulang-ulang kalimat tauhid itu.

Nadinya terhenti. Begitu pula detakan jantungnya. Kami berusaha menekan dadanya namun ketentuan dan takdir Allah lebih cepat mendahului. Dia pun meninggal.

Petugas ambulance mengangis di sisinya hingga tak mampu berdiri.
Aku bertanya:

"Kenapa anda menangis? Tentunya ini bukan kali pertama anda melihat mayat."

Dia terus menangis. Setelah tangisannya reda, aku kembali bertanya:

"Apa yang diucapkan pemuda tadi kepada anda?"

Dia menjawab:

"Wahai dokter, ketika pemuda tadi melihat anda sibuk bolak-balik, memerintahkan kami ini dan itu, dia lantas memahami bahwa engkau adalah spesialis jantung. Lantas pemuda itu berkata kepadaku:

((Wahai tuan, katakan kepada rekan anda spesialis jantung itu, tak perlu menyibukkan diri. Kematian adalah sesuatu yang tidak terelakkan. Sungguh, saat ini aku tengah melihat tempatku di Surga)).""

____
Allah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat, 30)

___
Sumber: page as-Syaikh Mahir al-Mu'aiqiliy
Alih bahasa: Yani Fahriansyah

Minggu, 14 Mei 2017

JENIS MANUSIA

Hadits Shahih:
Ada empat jenis manusia, anda termasuk yang mana?

Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

إنما الدنيا لأربعةِ نفرٍ ؛ عبدٌ رزقَه اللهُ مالًا و علمًا فهو يتَّقي فيه ربَّه ، و يصِلُ فيه رَحِمَه ، و يعلمُ للهِ فيه حقًّا ، فهذا بأفضلِ المنازلِ ، و عبدٌ رزقَه اللهُ علمًا ، و لم يرزقْه مالًا ، فهو صادقُ النَّيَّةِ ، يقولُ : لو أنَّ لي مالًا لعملتُ بعملِ فلانٍ ، فهو بنِيَّتِه ، فأجرُهما سواءٌ و عبدٌ رزقَه اللهُ مالًا ، و لم يرزقْه عِلمًا يخبِطُ في مالِه بغيرِ علمٍ ، و لا يتَّقي فيه ربَّه ، و لا يصِلُ فيه رَحِمَه ، و لا يعلمُ للهِ فيه حقًّا ، فهذا بأخبثِ المنازلِ ، و عبدٌ لم يرزقْه اللهُ مالًا و لا علمًا فهو يقولُ : لو أنَّ لي مالًا لعملتُ فيه بعملِ فلانٍ ، فهو بنيَّتِه ، فوزرُهما سواءٌ

"Dunia itu untuk 4 orang:

1. Hamba yang diberi rizki oleh Allah berupa harta dan ilmu (agama), ia bertaqwa kepada kepada Allah dengan ilmu dan hartanya, ia gunakan untuk menyambung silaturahim, ia mengetahui di dalamnya terdapat hak Allah, inilah kedudukan yang paling utama

2. Hamba yang diberi rizki oleh Allah berupa ilmu (agama), namun tidak diberi harta. Namun niatnya tulus. Ia berkata: andai aku memiliki harta aku akan beramal sepert Fulan (nomor 1), dan ia sungguh-sungguh dengan niatnya tersebut. Maka antara mereka berdua (nomor 1 dan 2) pahalanya sama

3. Hamba yang diberi rizki oleh Allah berupa harta, namun tidak diberi ilmu (agama). Ia membelanjakan hartanya tanpa ilmu, ia juga tidak bertaqwa dalam menggunakan hartanya, dan tidak menyambung silaturahmi dengannya, ia juga tidak mengetahui hak Allah di dalamnya. Ini adalah seburuk-buruk kedudukan.

4. Hamba yang tidak diberi rizki dan juga tidak diberi ilmu (agama). Ia pun berkata: Andai saya memiliki harta maka saya akan beramal seperti si Fulan (yang ke-3), dan ia sungguh-sungguh dengan niatnya itu, maka mereka berdua (nomor 3 dan 4) dosanya sama"
(HR. At Tirmidzi no. 2325, ia berkata: "hasan shahih")

@silsilahsahihah

Jumat, 12 Mei 2017

KUNCI SURGA

:: KUNCI SURGA ::

Syarat-syarat 'Laa ilaaha illallah' sebagai 'kunci surga' itu ada delapan, yaitu:

1. Al ‘Ilmu (Mengetahui)
2. Al Yaqin (Meyakini)
3. Al Qobul (Menerima)
4. Al Inqiyad (Tunduk Patuh)
5. Ash Shidq (Jujur atau Benar)
6. Al Ikhlas (Ikhlas)
7. Al Mahabbah (Cinta)
8. Al Kufru bimaa Siwaahu
(Mengingkari Sesembahan yang Lain)

Ibarat sebuah pintu, surga membutuhkan sebuah kunci untuk membuka pintu-pintunya. Namun, tahukah Anda apa kunci surga itu?

Bagi yang merindukan surga, tentu akan berusaha mencari kuncinya walaupun harus mengorbankan nyawa. Tetapi Anda tak perlu gelisah, karena kuncinya dijelaskan dalam hadits Rasul Saw.

عَنْ مُعَاذٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ صَادِقًا مِنْ قَلْبِهِ، دَخَلَ الْجَنَّةَ » (رواه أحمد)
“Barang siapa yang meninggal dan dia bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah dengan jujur dari hatinya, maka dia masuk surga.“ (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang shahih).

Ternyata, kunci surga itu adalah dua kalimat syahadat yang begitu sering kita ucapkan. Namun semudah itukah surga dapat kita buka dan kita masuki? Ketahuilah, bahwa setiap kunci itu pasti bergerigi. Begitu pula kunci surga pasti memiliki gerigi. Jadi, pintu surga itu hanya bisa dibuka oleh orang yang memiliki kunci yang bergerigi.

Al Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya (3/109), bahwa seseorang pernah bertanya kepada Al Imam Wahab bin Munabbih (seorang tabi’in terpercaya dari Shan’a yang hidup pada tahun 34-110 H), “Bukankah Laa ilaaha illallah itu kunci surga?” Wahab menjawab: “Benar, akan tetapi setiap kunci pasti bergerigi. Jika engkau membawa kunci yang bergerigi, maka pintu surga itu akan dibukakan untukmu!”

Lalu, apa gerangan gerigi kunci itu Laa ilaaha illallah itu?

Ketahuilah, gerigi kunci Laa ilaaha illallah itu adalah syarat-syarat Laa ilaaha illallah. Syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin Qashim Al Hambali An-Najdi rahimahullah, penyusun kitab Hasyiyyah Tsalatsatil Ushul, pada halaman 52 kitab tersebut menyatakan, syarat-syarat Laa ilaaha illallah itu ada delapan, yaitu:

Pertama: Al ‘Ilmu (Mengetahui)

Maksudnya adalah kita harus mengetahui arti dan makna Laa ilaaha illallah secara benar. Adapun artinya adalah: “Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ عُثْمَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ ». (رواه مسلم)
“Barang siapa mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, niscaya dia akan masuk surga.”(HR. Muslim).

Seandainya Anda mengucapkan kalimat tersebut, tetapi Anda tidak mengerti maknanya, maka ucapan atau persaksian tersebut tidak sah dan tidak ada faedahnya.

Kedua: Al Yaqin (Meyakini)

Maksudnya adalah kita harus menyakini secara pasti kebenaran kalimat Laa ilaaha illallah tanpa ragu dan tanpa bimbang sedikitpun.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّى رَسُولُ اللَّهِ لاَ يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا إِلاَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ ». (رواه مسلم)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Tidaklah seorang hamba bertemu dengan Allah sambil membawa dua kalimat syahadat tersebut tanpa ragu kecuali pasti dia akan masuk surga.” (HR. Muslim).

Ketiga: Al Qobul (Menerima)

Maksudnya kita harus menerima segala tuntunan Laa ilaaha illallah dengan senang hati, baik secara lisan maupun perbuatan, tanpa menolak sedikit pun. Anda tidak boleh seperti orang-orang musyrik yang digambarkan oleh Allah dalam Al-Quran:

“Orang-orang yang musyrik itu apabila di katakan kepada mereka: (ucapkanlah) Laa ilaaha illallah, mereka menyombongkan diri seraya berkata: Apakah kita harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kita hanya karena ucapan penyair yang gila ini?” (QS. Ash Shaffat: 35-36).

Keempat: Al Inqiyad (Tunduk Patuh)

Maksudnya kita harus tunduk dan patuh melaksanakan tuntunan Laa ilaaha illallah dalam amal-amal nyata. Allah subhanahu wa ta’alaberfirman:
“Kembalilah ke jalan Tuhanmu, dan tunduklah kepada-Nya.“ (QS. Az Zumar: 54).

Allah Ta’ala juga berfirman:
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada ikatan tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa ilaaha illallah).” (QS. Luqmaan: 22).

Kelima: Ash Shidq (Jujur atau Benar)

Maksudnya Anda harus jujur dalam melaksanakan tuntutan Laa ilaaha illallah, yakni sesuai antara keyakinan hati dan amal nyata, tanpa disertai kebohongan sedikit pun.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ : « مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلاَّ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ».

Dari Anas bin Malik, Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda: “Tidaklah seseorang itu bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah dan Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya, dia mengucapkannya dengan jujur dari lubuk hatinya, melainkan pasti Allah mengharamkan neraka atasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keenam: Al Ikhlas (Ikhlas)

Maksudnya Anda harus membersihkan amalan Anda dari noda-noda riya’ (amalan ingin di lihat dan dipuji oleh orang lain), dan berbagai amalan kesyirikan lainnya.
عَنْ عِتْبَانَ بْنَ مَالِكٍ الْأَنْصارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ» (متفق عليه)
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah semata-mata hanya untuk mengharapkan wajah Allah Azza wa Jalla.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketujuh: Al Mahabbah (Cinta)

Maksudnya Anda harus mencintai kalimat tauhid, tuntunannya, dan mencintai juga kepada orang-orang yang bertauhid dengan sepenuh hati, serta membenci segala perkara yang merusak tauhid itu. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan di antara manusia ada yang membuat tandingan-tandingan (sekutu) selain Allah yang dicintai layaknya mencintai Allah. Sedangkan orang-orang yang beriman, sangat mencintai Allah di atas segala-galanya.” (QS. Al Baqarah: 165).

Orang yang bertauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan orang musyrik mencintai Allah dan mencintai tuhan-tuhan yang lainnya. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan isi kandungan Laa ilaaha illallah.

Kedelapan: Al Kufru bimaa Siwaahu (Mengingkari Sesembahan yang Lain)

Maksudnya kita harus mengingkari segala sesembahan selain Allah, yakni tidak mempercayainya dan tidak menyembahnya, dan juga kita harus yakin bahwa seluruh sesembahan selain Allah itu batil dan tidak pantas disembah. Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan:
“Maka barangsiapa mengingkari thaghut (sesembahan selain Allah) dan hanya beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang teguh pada ikatan tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa ilaaha illallah), yang tidak akan putus….” (QS. Al Baqarah: 256).

Saudaraku kaum muslimin, dari sini dapatlah kita ketahui, bahwa orang yang mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah hanya dengan lisannya tanpa memenuhi syarat-syaratnya, dia bagaikan orang yang memegang kunci tak bergerigi, sehingga mustahil baginya untuk membuka pintu surga, walaupun dia mengucapkannya lebih dari sejuta kali.

Semoga Allah memelihara iman kita dan menjadikan iman kita iman yang melahirkan kerinduan kepada surga dan iman yang hidup yang mampu menggerakkan semua potensi diri dan harta yang Allah anugerahkan kepada kita untuk surga-Nya Semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di surga Al-Firdaus Al-A’la yang paling tinggi bersama Rasul Saw, para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia ini. Allahumma amiin.

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." (QS.Al-Qashash:56)

Hamba Allah.........

Rabu, 03 Mei 2017

BUAT APA RAJIN IBADAH DAN PANDAI NGAJI, KALAU HIDUP MISKIN..?

BBG AL ILMU - Menebar Cahaya Sunnah:
BUAT APA RAJIN IBADAH DAN PANDAI NGAJI, KALAU HIDUP MISKIN..?

Pak Ustadz! Buat apa rajin ibadah dan pandai ngaji, kalau hidup miskin..?

Sebagian orang berpikir, seperti di atas, karenanya ia berusaha sekuat tenaga menjadi orang kaya dan berkuasa, bahkan paling kaya dan paling berkuasa, agar dapat hidup layak dan bahagia.

Sah-sah saja sih, berpikir demikian, karena itu adalah pilihan anda.

Namun izinkan saya bertanya kepada anda: manakah yang lebih anda dahulukan, membeli bunga-bunga indah yang harum semerbak atau memiliki rumah, tempat yang kelak akan anda hiasi dengan bunga ?

Kemakmuran dan kesejahteraan dunia sejatinya bagaikan bunga-bunga yang tentu saja menjadikan rumah anda menjadi indah dan semerbak harum.

Namun apalah artinya memiliki bunga yang indah dan harum semerbak bila ternyata anda hidup di kolong jembatan, beralaskan bumi dan beratapkan langit, bersandingkan sampah yang menebar aroma busuk dan menjijikkan?

Apalah artinya anda mengenakan baju mewah, menyantap hidangan lezat, menghuni rumah megah, menduduki jabatan tinggi, kalau ternyata jiwa anda gersang jauh dari ketenangan dan kedamaian hidup?

Mana mungkin anda bisa tenang dan damai, kalau ternyata anda selalu dirundung kekawatiran kekayaan anda akan habis atau direnggut orang, atau jabatan anda direbut orang?

Mungkinkah anda merasakan kedamaian hidup, bila jiwa anda dipenuhi oleh rasa hasad, iri dan dengki ?

Akankah anda merasakan ketenangan bila ternyata jiwa anda dipenuhi oleh keserakahan sehingga selalu merasa kurang dan kecewa atas apa yang anda dapatkan ?

Sobat, sepatutnya sebelum anda membeli bunga anda membangun rumah, sebagaimana sebelum anda menghiasi raga anda, dengan baju bagus, rumah megah, kendaran mewah, *terlebih dahulu kondisikan jiwa anda dengan iman dan takwa.* *Hanya dengan keduanya anda dapat menikmati semua harta dan jabatan yang anda dapatkan.*

Sebelum anda mengumpulkan harta dan menduduki jabatan, *persiapkan rasa syukur dalam diri anda,* sehingga anda dapat berbahagia atas apapun yang anda dapatkan. Allah Ta’ala berfirman:

فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى (123) وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا

Barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. (Thaha 123-124)

Selamat menemukan kehidupan bahagia.

DR. Muhammad Arifin Badri, MA حفظه الله تعالى