Minggu, 22 April 2018

Selamanya Kan Melengkung ㅤ

Selamanya Kan Melengkung



# Selamanya Kan Melengkung #

Garis lengkung itu terlihat lebih indah dari garis lurus. Karena itu lekukan pelangi bak busur panah sedang ditarik itu sungguh mempesona membuat banyak orang terkesima.

Adapun garis lurus, begitu tegas, ringkas, tangkas dan cepat, tapi nyaris tanpa seni dan keindahan. Bagaikan anak panah yang lurus, kuat dan cepat menembus buruannya.

Wanita itu tercipta dari rusuk yang melengkung. Ia indah dan mempesona, namun dibalik keindahannya ia tetap melengkung, mustahil dapat diluruskan. Dibalik keindahan dan kelengkungannya, tersimpan kekuatan “super” dalam balur kelemahannya.
Ia begitu perasa, “ribet”, berbelit-belit, halus, peka, dan sensitif.

Laki-laki itu ibarat garis lurus yang “to the point”. Tidak bertele-tele dan selalu tegas, lugas dan ringkas, anti “ribet”dan tidak suka yang “remeh-temeh”. Jika bicara, ia lebih mengedepankan logika, sedikit bebal rasa dan nyaris tak memiliki kepekaan. “Very cool” kata orang kulit putih.

Dua makluk yang berbeda ini, hakikatnya saling membutuhkan dan melengkapi. Namun terkadang sulit dikompromikan. Selalu saja antara keduanya terjadi “miss understanding” yang membuat keduanya berpisah.

Pria tak ingin terlihat lemah di mata wanita, tak ingin dipimpin mereka, tak suka didikte dan diajari. Sementara wanita selalu ingin diperhatikan, dipahami dan dimengerti.

Apa yang terkadang “biasa” bagi pria, menjadi “luar biasa” bagi wanita, begitu juga sebaliknya.

Pasangan beruntung hanyalah pasangan yang tau bagaimana menyikapi dan mewujudkan keinginan masing-masing mereka dalam “bingkai yang ma’ruf” dalam kacamata agama, tidak melampaui batas ketetapan syariat.

——————————

Mekkah, 29 Rabiul Akhir 1437 H / 07 Februari 2016


Oleh : Al-Ustâdz Abu Fairuz, Ahmad Ridwan bin Muhammad Yunus, M.A.


Artikel abufairuz.com

○ [ https://www.abufairuz.com/category/keluarga/ ]

[Sumber: https://www.abufairuz.com/2016/keluarga/selamanya-kan-melengkung/ ]

~~~

• Website : abufairuz.com
• Facebook : facebook.com/abufairuzcom
• Twitter : twitter.com/AbuFairuzCom
• Instagram : instagram.com/ahmad_ridwan_my

Meniti Jejak Para Sahabat



♻ Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
📂 Grup WA & TG : Dakwah Islam
🌐 TG Channel : @DakwahCinta

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu, menjadi sebab hidayah, dan Allâh membalas anda dengan kebaikan dan menjadi amal jariyah, serta memudahkan jalan kita menuju Jannah. آمِينَ.

Selasa, 17 April 2018

JOWO RA JOWONI, ORANG INDONESIA, MENGISLAMKAN ORANG ISLAM

Saya lahir dan besar di Jawa, tapi bukan berarti saya sudah mengilmui tentang Jawa dengan baik. Bahasa nya, adat istiadat nya, nama daerahnya, budaya nya, pakaiannya, suku suku nya dan seluk beluk detail tentang Jawa. Oleh karena itu, saya belajar/diajarkan tentang Jawa sejak sekolah dasar dan terus belajar hingga sekarang meski tidak lagi dibangku sekolah. Hingga hari ini, sedikit sekali ilmu saya tentang Jawa dan masih perlu banyak belajar.

Pun juga saya lahir dan besar di Indonesia. tapi bukan berarti saya sudah mengilmui tentang Indonesia dengan baik. Bahasa nya, adat istiadat nya, nama nama pulau nya, berapa provinsi nya, budaya nya, pakaiannya, apa saja suku suku nya dan seluk beluk detail tentang Indonesia. Oleh karena itu, saya belajar/diajarkan tentang Indonesia sejak sekolah dasar dan terus belajar hingga sekarang meski tidak lagi dibangku sekolah. Hingga hari ini, sedikit sekali ilmu saya tentang Indonesia dan masih perlu banyak belajar.

Yang terakhir, mungkin kita lahir dan besar sebagai seorang muslim dan hidup di lingkungan masyarakat muslim. Tapi ingat, itu bukan jaminan kita sudah memahami Islam dengan benar. Oleh karena itu, wajib hukumnya bagi kita yg mengaku muslim untuk belajar agama Islam dengan benar sebagaimana yang disebutkan dalam hadits nabi Muhammad shalallahu alayhi wasallam. Belajar & terus belajar sampai ajal menjemput. Memahami Islam dengan lurus sesuai Al Qur'an dan Sunnah (hadits) nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Tidak dengan nafsu/adat/budaya. Memahami Islam dengan dalil & pemahaman yang benar dan lurus.

SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN TAUFIK DAN HIDAYAH NYA UNTUK KITA SEMUA. AAMIIN.

Saudaramu yang selalu butuh hidayah Allah

Sulurpurno Bin Marsi Bin Soimin As Sambity

Senin, 16 April 2018

JALAN TERUS, JALAN LURUS

Tak ada jalan untuk putar balik, kembali ke masa lalu yg gelap.
Aku telah putuskan untuk berhenti dari keburukan keburukan masa lalu.
Aku, harus terus maju ke jalan yg lurus.
Jalan yg Haq, dan tidak memutar arah kembali ke masa lalu.
Aku, harus terus berjalan.

Minggu, 15 April 2018

ANDAI HIDAYAH BISA DIBELI

Kunci hidayah
1. Tauhid
Memurnikan tauhid kepada Allah. Hidayah adalah murni pemberian Allah.
2. Beriman dan beramal Sholih
Dosa yg membatalkan iman yakni kesyirikan dan kerja kekafiran.
Dua syarat amal Sholih yakni ikhlas dan i'tiba
Riya, dosa besar. Karena syirik kecil.
3. Doa meminta hidayah.
Bergantung & meminta kepada Allah.
Juga doa Istiqomah.
4. Menuntut ilmu dan mengamalkannya.
Hidayah: berupa ilmu/bimbingan
Hidayah: Taufik/amalan
5. Berteman dengan orang yg mendapat hidayah
Setan adalah yg mengajak kepada keburukan.
Seorang bergantung pada siapa sahabat dekatnya.

Sedikit ringkasan kajian ustadz Sofyan Kholid Ruray
Madiun April 2018

Jumat, 13 April 2018

Wajib belajar Islam?

Lahir & besar sebagai muslim bukan berarti sudah pasti benar Islam kita.
Sedikit sekali yang kita pahami dari agama Islam yang sempurna ini.
Oleh karenanya, belajar agama ini wajib hukumnya untuk semua orang yang mengaku dirinya sebagai seorang muslim.
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits.
Semoga Allah mudahkan kita untuk terus belajar agama yang mulia ini.

الفقير الى مغفرة ربه
أبو عبد الرحمن ابن مرسي سولور فرنو

MAHALNYA HIDAYAH

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki". 📚[Al Qashash/28 : 56].

*“Mahalnya Hidayah”*
Oleh: Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan, MA hafidzahullah
(Radio Hang FM Batam)

Lelaki itu yang menjadi pengantarku dari TV Rodja menuju hotel tempatku menginap. Untuk mengisi waktu dan memecah kesunyian antara kami, aku sempatkan diri bertanya padanya awal mula dia mendapatkan hidayah.

Ia bertutur: ”Dahulu saya adalah seorang guru agama yang ditokohkan di lingkunganku. Dengan bekal ilmu-ilmu yang kudapat ketika nyantri di salah satu pesantren tradisionil di Jombang, aku dapat membuka halaqah-halaqah kajian yang ketika itu lumayan ramai dihadiri orang-orang kampungku. Berbekal bisa baca kitab kuning dan sedikit retorika, aku berhasil menarik hati masyarakat desa dan jadi vigur bagi mereka.

Ringkasnya aku lumayan terpandang dan dimuliakan dengan profesiku ini sehingga segala bentuk khidmat, hadiah, pemberian mengalir deras kepadaku. Apalai usaha sampinganku sebagai supir, Alhamdulillah membuatku dapat membeli rumah dan ruko sebagai aset untuk anak dan istriku.

Sekitar tahun 2006 aku mulai mengenal 2 lelaki yang sangat berbeda penampilan dan tata cara ibadahnya dengan kami. Sebagai seorang Kyai, aku berusaha mempengaruhi keduanya agar tidak menyelisihi masyarakat setempat. Dan aku berusaha meyakinkan keduanya dengan berbagai argumen yang kutahu. Tetapi anehnya mereka selalu membawakan padaku dalil atas apa yang mereka lakukan dalam ibadah mereka.

Hal yang paling membuatku geram adalah, tatkala keduanya menyatakan padaku tentang kitab monumental “Ihya Ulumuddin” karya Imam Ghazali- rahimahullah- yang kukenal sebagai “hujjatul Islam” karena keilmuannya -menurut mereka- banyak mengandung hadits-hadits yang palsu dan banyak memuat tata cara ibadah dan zikir yang tidak ada panduannya dari Nabi….sontak membuatku marah dan berkata pada keduanya: ”Apa seluruh ulama dari zaman ke zaman bodoh semuanya dan tidak mengetahui apa yang kalian ketahui?”.

Tetapi anehnya mereka mendatangkan juga kritik para ulama semisal Hafiz Al-Iraqi di zamannya, yang menyatakan bahwa Ghazali telah memuat bukunya dengan hadits-hadits yang palsu dan membinasakan…. membuat aku semangkin bingung dan penasaran.

Lalu contoh-contoh hadits yang dianggap palsu itu kucatat dan kubawakan kepada para kyai yang kuanggap lebih alim dariku. Dari satu kyai ke kyai yang lain kudatangi untuk meminta jawaban dan tanggapan mereka tentang tuduhan ini…namun anehnya setelah menunggu berhari, bahkan berbulan dan bertahun…mereka bungkam seribu bahasa tidak bisa mengomentari hadits-hadits tersebut. Cuma satu hal yang kuingat bahwa mereka memperingatkanku agar tidak menyelisihi orang banyak dan tidak terinveksi virus Wahabi yang membahayakan.

Aku semangkin penasaran, dan mulai kulahap satu demi satu buku-buku maupun majalah-majalah sunnah yang akhirnya membuatku yakin dan memutuskan untuk keluar dari cara beragama masyarakatku yang tidak sesuai dengan sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- .

Persis sebagimana Imam Besar Abu Hasan Al-Asyari yang keluar dari Paham Muktazilah dengan mengumpulkan orang banyak dihadapannya dan berpidato di atas mimbar dengan melepas bajunya dan berkata: ”Aku telah melepaskan semua akidah dan paham Muktazilah yang kupelajari dan kuyakini bertahun-tahun sebagaimana aku melepaskan bajuku ini”…maka seperti itu pulalah yang kulakukan. Kukumpulkan para jamaahku dan kuberitahukan bahwa sejak saat itu aku tidak lagi dapat beramal seperti amalanku yang dulu, dan sejak itulah penderitaan demi penderitaan datang setia menghampiriku.

Mulanya aku bingung untuk membuat keputusan…antara mengikuti kebiasaan dan keyakinan orang banyak yang telah menokohkan diriku dengan segala bentuk kenikmatan dunia yang kudapat tetapi beresiko menuai murka Allah, karena menolak kebenaran yang datang… atau memilih istiqomah di atas sunnah Nabi dengan resiko ditinggalkan manusia, dikucilkan bahkan mungkin diusir mereka dari kampung halamanku.

Dengan taufiq dan bantuan Allah jualah akhirnya kupilih jalan Allah untuk tetap meniti sunnah Nabi, sekalipun ditinggalkan dan dimusuhi manusia. Sejak saat itu, seluruh jadwal kajianku dihapus dan aku tidak boleh lagi menjadi imam. Aku benar-benar dimusuhi orang sekampungku, bahkan keluarga dan istriku.
Suatu ketika terjadi pertengkaran hebat antara aku dan istriku disebabkan diriku yang telah berubah menurutnya. Dengan didukung seluruh keluarganya bahkan keluargaku sendiri…aku terusir dan diusir dari rumahku sendiri, persis bagaikan seekor anjing diusir oleh tuannya. Bedanya bahwa hakikatnya rumah itu adalah milikku dan hasil dari usahaku..dengan terpaksa atas desakan mereka kutinggalkan. Tidak sampai di situ, bahkan ruko milikku juga diambil alih, dan aku ingat sekali bahwa hari itu aku pergi hanya membawa baju yang melekat di badan. Allahul musta’an.

Pernah juga sekali waktu disidang oleh semua ketua RT dan RW karena dianggap membawa paham sesat. Bukan saja mereka bahkan perangkat masyarakat dari para toloh-tokohnya juga hadir mengerumuni aku sendiri. Subhanallah, meskipun sendiri… tapi tidak seorang dari mereka yang dapat membantah hujjah-hujjahku yang ketika itu kubawakan pada mereka dalil-dalil atas apa yang aku yakini dan ku amalkan.

Mulailah kujalani hari-hari yang pahit, hidup terlunta-lunta tak bertempat tinggal, berpindah-pindah dari satu tempat kajian ke tempat kajian lainnya. Alhamdulillah kawan-kawan sepengajianku begitu sayang dan kasih kepadaku dan berupaya memberikan bantuan-bantuan mereka padaku yang membuat aku tegar dan tidak merasa sendiri lagi di atas jalan dakwah ini.

Kini aku telah berpindah ke Jakarta dan puji bagi Allah, kini aku telah menikah dan istriku telah mengaji sunnah, berhijab dengan sempurna bahkan jauh lebih muda 10 tahun dariku. Meskipun masih hidup dengan mengontrak, tapi sungguh kurasakan kebahagian dapat mengamalkan sunnah dan mengaji sunnah Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- .

Semua kenangan masa laluku yang pahit telah kukubur hidup-hidup, seiring dengan hijrahku ke Ibu Kota ini tempat aku mencari penghidupan dan mendatangi kajian-kajian.

Semoga hidayah ini dapat abadi hingga aku menutup mata dan kembali ke hadirat Ilahi Rabbi. Amin”.
Iapun menutup kisahnya yang penuh pelajaran.
Kisahnya mengajarkan kita bahwa untuk dapat tegak di atas jalan kebenaran ini, membutuhkan pengorbanan dan perjuangan, penuh dengan resiko dan tantangan, mengajarkan kepada kita untuk lebih mengutamakan apa yang diinginkan Allah daripada meng-aminkan apa yang diinginkan manusia.

Semoga Allah menjaga beliau dan kita semua dalam Islam dan mewafatkan kita di atas Sunnah. Amin.

Batam, 29 Dzulhijjah 1435 / 24 Oktober 2014
Kenangan manis kajian di Jakarta
”sejenak bersama pak supir”.
Abu Fairuz
# via salamdakwah[dot]com

Dipublikasikan ulang oleh Abu Aisyah http://hidayahsunnah.com