Sabtu, 20 Mei 2017

APAKAH AMIL DI YAYASAN BERHAK MENDAPATKAN ZAKAT?

Penanya: ‘Apakah amil di yayasan berhak mendapatkan zakat?’

Jawaban Ibnu Utsaimin,

العاملين إذا كانوا منصوبين من قبل الدولة

“Disebut amil apabila dia ditunjuk oleh negara.”

Penanya: ‘Jika dia dari yayasan, menghitung zakat gaji rutin mereka, apakah tidak cukup?’

Jawaban Ibnu Utsaimin,

لا يمكن إلا من جهة الدولة ؛ لأن العاملين عليها هم العاملون من قبل الدولة ، من قبل ولي الأمر

“Tidak mungkin kecuali ditunjuk negara. Karena amil adalah mereka yang ditunjuk dari negara, dari pemerintah.” (Liqaat Bab al-Maftuh, 13/141).

Di kesempatan yang lain, beliau menjelaskan perbedaan antara wakil dan amil. Beliau mengatakan,

“وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا” هم الذين أقامهم الإمام أي ولي الأمر لقبض الزكاة وتفريقها فيهم ، وهم عاملون عليها ، أي : لهم ولاية عليها . وأما الوكيل الخاص لصاحب المال الذي يقول له : يا فلان خذ زكاتي ووزعها على الفقراء فليس من العاملين عليها ؛ لأن هذا وكيل ، فهو عامل فيها ، وليس عاملاً عليها …

“Para amil zakat” mereka adalah orang yang ditunjuk imam – pemerintah – untuk menarik zakat dan membagikannya kepada mustahiq zakat. Mereka amil atas harta zakat, artinya mereka punya wewenang terhadap harta zakat. Sementara wakil untuk orang yang memiliki harta, misalnya orang kaya ini mengatakan kepada kawannya, ‘Wahai fulan, tolong ambil zakatku dan tolong bagikan kepada orang miskin..’ maka yang semacam ini bukan amil. Karena ini statusnya hanya wakil, yang mengurusi zakat dan tidak memiliki wewenang terhadap harta zakat. (Fatawa Nur ala ad-Darb, 29/206)

Rabu, 17 Mei 2017

MAKAN HARAM

*Keledainya Tidak Mau Makan Haram*

Ibnu Katsir menyebutkan kisah Syaikh Muhammad bin Manshur al-Qubari,
Beliau pernah menjual keledainya ke seseorang.
Setelah berlangsung beberapa hari, pembeli ini datang ke beliau dan komplain,
ﻳﺎﺳﻴﺪﻱ ﺇﻥ ﺍﻟﺪﺍﺑﺔ ﻻ ﺗﺄﻛﻞ ﻋﻨﺪﻱ ﺷﻴﺌﺎ
“Wahai tuanku, keledai ini tidak mau makan apapun makanan yang aku punya.”

ﻓﻨﻈﺮ ﺇﻟﻴﻪ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻪ : ﻣﺎ ﺗﻌﺎﻧﻲ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﻨﺎﺋﻊ
Syaikh Muhammad bin Manshur lalu memandanginya dan bertanya, “Apa pekerjaan kamu?”

Jawab pembeli,
ﺭﻗﺎﺹ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻮﺍﻟﻲ
“Saya penari di kerajaan.”

Jawab Syaikh,
ﺇﻥ ﺩﺍﺑﺘﻨﺎ ﻻ ﺗﺄﻛﻞ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ. ﻭﺩﺧﻞ ﻣﻨﺰﻟﻪ ﻓﺄﻋﻄﺎﻩ ﺩﺭﺍﻫﻤﻪ
Keledai ini tidak mau makan dari hasil yang haram.
Beliaupun masuk ke rumahnya dan mengembalikan uangnya.
Al-Bidayah wa an-Nihayah, 17/456

(Dari Ustadz Ammi Nur Baits, ST., BA.
-hafidzhahullaahu ta'aala-)

Selasa, 16 Mei 2017

Kisah Julaibib dan Pengantin Perempuan

Baca yaaaa
Mantaaaaab deh pilihan nabi shollallaahu'alayhi wasallam

Kisah Julaibib dan Pengantin Perempuan

Wanita shalihah adalah seorang wanita yang tahan memegang bara …

Jika datang perintah dari syariat kepada salah seorang mereka, dia taat, terima, dan tunduk. Dia tidak menyanggah, tidak membangkang, ataupun mencari alasan untuk tidak menerimanya.

Perhatikanlah cerita gadis suci nan mulia ini! Cerita tentang seorang pengantin wanita…

Adalah seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bernama Julaibib. Wajahnya tidak begitu menarik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menawarinya menikah. Dia berkata (tidak percaya), “Kalau begitu, Anda menganggapku tidak laku?”

Beliau bersabda, “Tetapi kamu di sisi Allah bukan tidak laku.”

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa terus mencari kesempatan untuk menikahkan Julaibib…

Hingga suatu hari, seorang laki-laki dari Anshar datang menawarkan putrinya yang janda kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar beliau menikahinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Ya. Wahai fulan! Nikahkan aku dengan putrimu.”

“Ya, dan sungguh itu suatu kenikmatan, wahai Rasulullah,” katanya riang.

Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Sesungguhnya aku tidak menginginkannya untuk diriku…”

“Lalu, untuk siapa?” tanyanya.
Beliau menjawab, “Untuk Julaibib…”

Ia terperanjat, “Julaibib, wahai Rasulullah?!! Biarkan aku meminta pendapat ibunya….”

Laki-laki itu pun pulang kepada istrinya seraya berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melamar putrimu.”

Dia menjawab, “Ya, dan itu suatu kenikmatan…”
“Menjadi istri Rasulullah!” tambahnya girang.

Dia berkata lagi, “Sesungguhnya beliau tidak menginginkannya untuk diri beliau.”

“Lalu, untuk siapa?” tanyanya.
“Beliau menginginkannya untuk Julaibib,” jawabnya.

Dia berkata, “Aku siap memberikan leherku untuk Julaibib… !

Tidak. Demi Allah! Aku tidak akan menikahkan putriku dengan Julaibib. Padahal, kita telah menolak lamaran si fulan dan si fulan…” katanya lagi.

Sang bapak pun sedih karena hal itu, dan ketika hendak beranjak menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba wanita itu berteriak memanggil ayahnya dari kamarnya, “Siapa yang melamarku kepada kalian?”

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,” jawab keduanya.

Dia berkata, “Apakah kalian akan menolak perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”

“Bawa aku menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh, beliau tidak akan menyia-nyiakanku,” lanjutnya.

Sang bapak pun pergi menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, seraya berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, terserah Anda.

Nikahkanlah dia dengan Julaibib.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun menikahkannya dengan Julaibib, serta mendoakannya,

اَللّهُمَّ صُبَّ عَلَيْهِمَا الْخَيْرَ صَبًّا  وَلَا تَجْعَلْ عَيْشَهُمَا كَدًّا كَدًّا

“Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya kebaikan, dan jangan jadikan kehidupan mereka susah.”

Tidak selang beberapa hari pernikahannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dalam peperangan, dan Julaibib ikut serta bersama beliau. Setelah peperangan usai, dan manusia mulai saling mencari satu sama lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada mereka, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…”

Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan si fulan dan si fulan…”

Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…”

Beliau bersabda, “Akan tetapi aku kehilangan Julaibib.”

Mereka pun mencari dan memeriksanya di antara orang-orang yang terbunuh. Tetapi mereka tidak menemukannya di arena pertempuran.

Terakhir, mereka menemukannya di sebuah tempat yang tidak jauh, di sisi tujuh orang dari orang-orang musyrik. Dia telah membunuh mereka, kemudian mereka membunuhnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri memandangi mayatnya, lalu berkata,”Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia dari golonganku dan aku dari golongannya.”

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membopongnya di atas kedua lengannya dan memerintahkan mereka agar menggali tanah untuk menguburnya.

Anas bertutur, “Kami pun menggali kubur, sementara Julaibib radhiallahu ‘anhu tidak memiliki alas kecuali kedua lengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga ia digalikan dan diletakkan di liang lahatnya.”

Anas radhiallahu ‘anhu berkata, “Demi Allah! Tidak ada di tengah-tengah orang Anshar yang lebih banyak berinfak dari pada istrinya. Kemudian, para tokoh pun berlomba melamarnya setelah Julaibib…”

Benarlah, “Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itu adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (An-Nur: 52).

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah bersabda, sebagaimana dalam ash-Shahih, “Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang engan itu?” Beliau bersabda, “Barangsiapa taat kepadaku, maka ia masuk surga, dan barangsiapa mendurhakaiku berarti ia telah enggan.”

Di nukil dari, “90 Kisah Malam Pertama” karya Abdul Muththalib Hamd Utsman, edisi terjemah cet. Pustaka Darul Haq Jakarta. (alsofwah.or.id)

Artikel www.Kisahmuslim.com

Istrimu Malu untuk Meminta, Meski Itu Haknya

Bismillaah.........

[ Istrimu Malu untuk Meminta, Meski Itu Haknya ]

Islam menetapkan kewajiban nafkah keluarga ada di pundak suami sebagaimana firman Allah dalam Quran Surah Al Baqarah ayat 233: “.............. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf (baik) ."

Karena itu, nafkah istri menjadi tanggung jawab suami. Dan itu juga berarti bahwa seorang istri tidak dibebani menanggung nafkah dirinya sendiri apalagi keluarga.

Seorang istri shalihah paham benar bahwa nafkahnya ditanggung oleh suami, dan menjadi kewajiban suami untuk menafkahinya dengan cara yang ma’ruf.

Namun tahukah engkau wahai suami, bahwa istrimu memiliki rasa malu untuk meminta kepadamu meski nafkah adalah hak istri dan kewajiban suami.

Istrimu malu dan juga takut untuk meminta haknya karena ia menjaga dirinya dari apa yang dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam,

“ Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup). ” (HR. An Nasa’i. Al Baihaqi).

Istri shalihah tidak akan menuntut di luar kemampuan suaminya. Cukuplah bagi istri sesuatu yang pantas dan sewajarnya, tidak perlu mewah, merk terkenal atau mahal harganya. Cukuplah sesuatu yang dapat memenuhi fungsinya, karena sombong dan bergaya bukanlah tabiatnya. Sederhana dan qanaah telah menjadi penghias akhlaknya.

Karena itu wahai suami, perhatikan penampilan istrimu. Dan segera penuhi kebutuhan istrimu. Jangan menunggu istrimu memintanya, karena rasa malu akan mencegahnya, juga kekhawatiran akan membebanimu.

Perhatikan keadaan istrimu. Adakah pakaiannya mulai kusam, sepatu sudah butut, sandalnya sudah tipis, atau tasnya tak layak.

Ajaklah istrimu untuk membeli kebutuhannya. Atau berikanlah uang padanya untuk membelinya sendiri.

Tak perlu kau tanya apakah mau beli sepatu dan sebagainya. Jika kau bertanya, niscaya istrimu akan menolaknya dan menyarankan untuk mengutamakan kebutuhanmu dan anak-anakmu.

Dan jika kau memberi sesuatu, istrimu sungguh akan bersuka cita atas perhatian yang kau berikan.

Niscaya rasa cinta dan sayangnya padamu akan makin bertambah besar karena kau mengakui keberadaannya.

Wahai suami, murah hatilah pada istrimu.

Janganlah berlaku pelit terhadapnya. Jika kau sering memberikan hadiah untuk kerabatmu dan kolegamu, ingatlah juga ada istri yang setia disampingmu. Istri yang siap sedia membantumu meski tak ada belanja tambahan. Istri yang mendampingimu saat senang maupun susah dan tak kenal lelah.

Apalagi bila dirimu memiliki kelebihan rizki. Sesekali berikan hadiah untuk istrimu.

Belikanlah sesuatu yang pada umumnya disukai oleh para wanita, apakah itu perhiasan meski hanya sebuah cincin atau gelang, sepasang sepatu baru, tas tangan yang disukai istrimu, atau hanya sekedar makanan kesukaannya.

Hadiahmu akan sangat berarti baginya dan akan menambah rasa cintanya padamu.

Wahai suami, jangan lupakan kerabat istrimu, terutama ibu dan ayahnya.

Jika istrimu malu untuk meminta haknya, maka ia lebih malu lagi meminta sesuatu untuk ibu dan ayahnya. Sebagai seorang anak, istrimu pun ingin dapat memberikan sesuatu untuk orang tuanya sebagai tanda cinta dan baktinya.

Namun tak akan mudah terlaksana bila nafkahnya tergantung kepadamu. Karena itu, tanpa istrimu meminta, berikanlah sebagian rizkimu untuk mertuamu, melalui tangan istrimu.

Mertuamu akan sangat berbahagia dan terkesan padamu menantu yang berbuat baik kepada orang tua istrinya. Demikian juga, jangan lupakan kerabat istrimu dengan mengutamakan kerabatmu sendiri.

Wahai suami, jangan abaikan hal tersebut di atas, terlebih bila istrimu tidak bekerja.

Istri shalihah akan merasa ringan membelanjakan hartanya untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, meski ia tahu ia berada dalam tanggungan nafkahmu. Ia juga tidak akan berat membelanjakan hartanya untukmu dan anak-anakmu, terlebih dalam kondisi sempit.

Sementara istri yang tidak bekerja, atau yang sudah berhenti bekerja. Mereka tergantung sepenuhnya akan nafkah di tanganmu sebagai suaminya.  Dan inilah yang ditetapkan Allah.
Karena itu, ingatlah selalu kewajiban ini.

Kewajiban nafkah harus ditunaikan sesuai dengan kemampuanmu, dan tanpa menunggu permintaan istrimu.

Istri shalihah selalu berusaha qanaah dan tidak menuntut di luar kemampuanmu.

Istri shalihah selalu berusaha mensyukuri pemberian suaminya.

Ingatlah, Allah akan meminta pertanggungjawabanmu dalam menafkahi keluargamu kelak di Yaumil Akhir.

Ingatlah, sebaik-baik suami adalah yang bersikap baik kepada istri dan keluarganya.

___________________________

[ UmmiOnline ]

Senin, 15 Mei 2017

DOKTER JANTUNG

Di Riyadh, ada seorang anak berumur 16 tahun. Suatu ketika di masjid, ia membaca al-Qur'an guna menunggu iqamah shalat Subuh. Setelah iqamah, mus-haf yang ia baca diletakkan kembali di tempat semula lalu segera masuk ke shaf.

Tiba-tiba ia tersungkur dan pingsan. Beberapa orang di masjid membawanya ke sebuah rumah sakit.

Dokter al-Jubeir yang mendiagnosa kondisinya berkisah:

"Pemuda itu dibawa kesini seperti jenazah. Setelah kuperiksa lebih lanjut ternyata dia mengalami pembekuan darah di jantung. Jika ini terjadi pada unta, ini akan mematikan unta tersebut.

Aku memandang pemuda itu, ia tengah sekarat hendak disambar kematian. Kami bergegas menolongnya dan mengusahakan detak jantungnya. Aku letakkan dia di dekat seorang petugas ambulance yang membawanya.

Aku segera pergi mengambil dan menyiapkan peralatan untuk segera mengambil tindakan medis. Ketika aku kembali dan bersiap-siap memeriksa kembali, ia tengah berada di pangkuan petugas tadi.

Sang petugas meletakkan telinganya di mulut pemuda itu. Sang pemuda melirihkan sesuatu di telinga beliau. Aku berdiri melihat keduanya.

Beberapa detik kemudian, ia memegang erat tangan petugas tersebut. Secara perlahan, sang pemuda menoleh ke arah kanan.

"Asyhadu allaa ilaha illallah wa asyhadu anna muhammad 'abduhu warasuluh. . ." Lirih suaranya berucap dalam sekarat.

Dia mengulang-ulang kalimat tauhid itu.

Nadinya terhenti. Begitu pula detakan jantungnya. Kami berusaha menekan dadanya namun ketentuan dan takdir Allah lebih cepat mendahului. Dia pun meninggal.

Petugas ambulance mengangis di sisinya hingga tak mampu berdiri.
Aku bertanya:

"Kenapa anda menangis? Tentunya ini bukan kali pertama anda melihat mayat."

Dia terus menangis. Setelah tangisannya reda, aku kembali bertanya:

"Apa yang diucapkan pemuda tadi kepada anda?"

Dia menjawab:

"Wahai dokter, ketika pemuda tadi melihat anda sibuk bolak-balik, memerintahkan kami ini dan itu, dia lantas memahami bahwa engkau adalah spesialis jantung. Lantas pemuda itu berkata kepadaku:

((Wahai tuan, katakan kepada rekan anda spesialis jantung itu, tak perlu menyibukkan diri. Kematian adalah sesuatu yang tidak terelakkan. Sungguh, saat ini aku tengah melihat tempatku di Surga)).""

____
Allah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat, 30)

___
Sumber: page as-Syaikh Mahir al-Mu'aiqiliy
Alih bahasa: Yani Fahriansyah

Minggu, 14 Mei 2017

JENIS MANUSIA

Hadits Shahih:
Ada empat jenis manusia, anda termasuk yang mana?

Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

إنما الدنيا لأربعةِ نفرٍ ؛ عبدٌ رزقَه اللهُ مالًا و علمًا فهو يتَّقي فيه ربَّه ، و يصِلُ فيه رَحِمَه ، و يعلمُ للهِ فيه حقًّا ، فهذا بأفضلِ المنازلِ ، و عبدٌ رزقَه اللهُ علمًا ، و لم يرزقْه مالًا ، فهو صادقُ النَّيَّةِ ، يقولُ : لو أنَّ لي مالًا لعملتُ بعملِ فلانٍ ، فهو بنِيَّتِه ، فأجرُهما سواءٌ و عبدٌ رزقَه اللهُ مالًا ، و لم يرزقْه عِلمًا يخبِطُ في مالِه بغيرِ علمٍ ، و لا يتَّقي فيه ربَّه ، و لا يصِلُ فيه رَحِمَه ، و لا يعلمُ للهِ فيه حقًّا ، فهذا بأخبثِ المنازلِ ، و عبدٌ لم يرزقْه اللهُ مالًا و لا علمًا فهو يقولُ : لو أنَّ لي مالًا لعملتُ فيه بعملِ فلانٍ ، فهو بنيَّتِه ، فوزرُهما سواءٌ

"Dunia itu untuk 4 orang:

1. Hamba yang diberi rizki oleh Allah berupa harta dan ilmu (agama), ia bertaqwa kepada kepada Allah dengan ilmu dan hartanya, ia gunakan untuk menyambung silaturahim, ia mengetahui di dalamnya terdapat hak Allah, inilah kedudukan yang paling utama

2. Hamba yang diberi rizki oleh Allah berupa ilmu (agama), namun tidak diberi harta. Namun niatnya tulus. Ia berkata: andai aku memiliki harta aku akan beramal sepert Fulan (nomor 1), dan ia sungguh-sungguh dengan niatnya tersebut. Maka antara mereka berdua (nomor 1 dan 2) pahalanya sama

3. Hamba yang diberi rizki oleh Allah berupa harta, namun tidak diberi ilmu (agama). Ia membelanjakan hartanya tanpa ilmu, ia juga tidak bertaqwa dalam menggunakan hartanya, dan tidak menyambung silaturahmi dengannya, ia juga tidak mengetahui hak Allah di dalamnya. Ini adalah seburuk-buruk kedudukan.

4. Hamba yang tidak diberi rizki dan juga tidak diberi ilmu (agama). Ia pun berkata: Andai saya memiliki harta maka saya akan beramal seperti si Fulan (yang ke-3), dan ia sungguh-sungguh dengan niatnya itu, maka mereka berdua (nomor 3 dan 4) dosanya sama"
(HR. At Tirmidzi no. 2325, ia berkata: "hasan shahih")

@silsilahsahihah

Jumat, 12 Mei 2017

KUNCI SURGA

:: KUNCI SURGA ::

Syarat-syarat 'Laa ilaaha illallah' sebagai 'kunci surga' itu ada delapan, yaitu:

1. Al ‘Ilmu (Mengetahui)
2. Al Yaqin (Meyakini)
3. Al Qobul (Menerima)
4. Al Inqiyad (Tunduk Patuh)
5. Ash Shidq (Jujur atau Benar)
6. Al Ikhlas (Ikhlas)
7. Al Mahabbah (Cinta)
8. Al Kufru bimaa Siwaahu
(Mengingkari Sesembahan yang Lain)

Ibarat sebuah pintu, surga membutuhkan sebuah kunci untuk membuka pintu-pintunya. Namun, tahukah Anda apa kunci surga itu?

Bagi yang merindukan surga, tentu akan berusaha mencari kuncinya walaupun harus mengorbankan nyawa. Tetapi Anda tak perlu gelisah, karena kuncinya dijelaskan dalam hadits Rasul Saw.

عَنْ مُعَاذٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ صَادِقًا مِنْ قَلْبِهِ، دَخَلَ الْجَنَّةَ » (رواه أحمد)
“Barang siapa yang meninggal dan dia bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah dengan jujur dari hatinya, maka dia masuk surga.“ (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang shahih).

Ternyata, kunci surga itu adalah dua kalimat syahadat yang begitu sering kita ucapkan. Namun semudah itukah surga dapat kita buka dan kita masuki? Ketahuilah, bahwa setiap kunci itu pasti bergerigi. Begitu pula kunci surga pasti memiliki gerigi. Jadi, pintu surga itu hanya bisa dibuka oleh orang yang memiliki kunci yang bergerigi.

Al Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya (3/109), bahwa seseorang pernah bertanya kepada Al Imam Wahab bin Munabbih (seorang tabi’in terpercaya dari Shan’a yang hidup pada tahun 34-110 H), “Bukankah Laa ilaaha illallah itu kunci surga?” Wahab menjawab: “Benar, akan tetapi setiap kunci pasti bergerigi. Jika engkau membawa kunci yang bergerigi, maka pintu surga itu akan dibukakan untukmu!”

Lalu, apa gerangan gerigi kunci itu Laa ilaaha illallah itu?

Ketahuilah, gerigi kunci Laa ilaaha illallah itu adalah syarat-syarat Laa ilaaha illallah. Syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin Qashim Al Hambali An-Najdi rahimahullah, penyusun kitab Hasyiyyah Tsalatsatil Ushul, pada halaman 52 kitab tersebut menyatakan, syarat-syarat Laa ilaaha illallah itu ada delapan, yaitu:

Pertama: Al ‘Ilmu (Mengetahui)

Maksudnya adalah kita harus mengetahui arti dan makna Laa ilaaha illallah secara benar. Adapun artinya adalah: “Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ عُثْمَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ ». (رواه مسلم)
“Barang siapa mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, niscaya dia akan masuk surga.”(HR. Muslim).

Seandainya Anda mengucapkan kalimat tersebut, tetapi Anda tidak mengerti maknanya, maka ucapan atau persaksian tersebut tidak sah dan tidak ada faedahnya.

Kedua: Al Yaqin (Meyakini)

Maksudnya adalah kita harus menyakini secara pasti kebenaran kalimat Laa ilaaha illallah tanpa ragu dan tanpa bimbang sedikitpun.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّى رَسُولُ اللَّهِ لاَ يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا إِلاَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ ». (رواه مسلم)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Tidaklah seorang hamba bertemu dengan Allah sambil membawa dua kalimat syahadat tersebut tanpa ragu kecuali pasti dia akan masuk surga.” (HR. Muslim).

Ketiga: Al Qobul (Menerima)

Maksudnya kita harus menerima segala tuntunan Laa ilaaha illallah dengan senang hati, baik secara lisan maupun perbuatan, tanpa menolak sedikit pun. Anda tidak boleh seperti orang-orang musyrik yang digambarkan oleh Allah dalam Al-Quran:

“Orang-orang yang musyrik itu apabila di katakan kepada mereka: (ucapkanlah) Laa ilaaha illallah, mereka menyombongkan diri seraya berkata: Apakah kita harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kita hanya karena ucapan penyair yang gila ini?” (QS. Ash Shaffat: 35-36).

Keempat: Al Inqiyad (Tunduk Patuh)

Maksudnya kita harus tunduk dan patuh melaksanakan tuntunan Laa ilaaha illallah dalam amal-amal nyata. Allah subhanahu wa ta’alaberfirman:
“Kembalilah ke jalan Tuhanmu, dan tunduklah kepada-Nya.“ (QS. Az Zumar: 54).

Allah Ta’ala juga berfirman:
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada ikatan tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa ilaaha illallah).” (QS. Luqmaan: 22).

Kelima: Ash Shidq (Jujur atau Benar)

Maksudnya Anda harus jujur dalam melaksanakan tuntutan Laa ilaaha illallah, yakni sesuai antara keyakinan hati dan amal nyata, tanpa disertai kebohongan sedikit pun.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ : « مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلاَّ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ».

Dari Anas bin Malik, Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda: “Tidaklah seseorang itu bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah dan Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya, dia mengucapkannya dengan jujur dari lubuk hatinya, melainkan pasti Allah mengharamkan neraka atasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keenam: Al Ikhlas (Ikhlas)

Maksudnya Anda harus membersihkan amalan Anda dari noda-noda riya’ (amalan ingin di lihat dan dipuji oleh orang lain), dan berbagai amalan kesyirikan lainnya.
عَنْ عِتْبَانَ بْنَ مَالِكٍ الْأَنْصارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ» (متفق عليه)
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah semata-mata hanya untuk mengharapkan wajah Allah Azza wa Jalla.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketujuh: Al Mahabbah (Cinta)

Maksudnya Anda harus mencintai kalimat tauhid, tuntunannya, dan mencintai juga kepada orang-orang yang bertauhid dengan sepenuh hati, serta membenci segala perkara yang merusak tauhid itu. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan di antara manusia ada yang membuat tandingan-tandingan (sekutu) selain Allah yang dicintai layaknya mencintai Allah. Sedangkan orang-orang yang beriman, sangat mencintai Allah di atas segala-galanya.” (QS. Al Baqarah: 165).

Orang yang bertauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan orang musyrik mencintai Allah dan mencintai tuhan-tuhan yang lainnya. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan isi kandungan Laa ilaaha illallah.

Kedelapan: Al Kufru bimaa Siwaahu (Mengingkari Sesembahan yang Lain)

Maksudnya kita harus mengingkari segala sesembahan selain Allah, yakni tidak mempercayainya dan tidak menyembahnya, dan juga kita harus yakin bahwa seluruh sesembahan selain Allah itu batil dan tidak pantas disembah. Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan:
“Maka barangsiapa mengingkari thaghut (sesembahan selain Allah) dan hanya beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang teguh pada ikatan tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa ilaaha illallah), yang tidak akan putus….” (QS. Al Baqarah: 256).

Saudaraku kaum muslimin, dari sini dapatlah kita ketahui, bahwa orang yang mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah hanya dengan lisannya tanpa memenuhi syarat-syaratnya, dia bagaikan orang yang memegang kunci tak bergerigi, sehingga mustahil baginya untuk membuka pintu surga, walaupun dia mengucapkannya lebih dari sejuta kali.

Semoga Allah memelihara iman kita dan menjadikan iman kita iman yang melahirkan kerinduan kepada surga dan iman yang hidup yang mampu menggerakkan semua potensi diri dan harta yang Allah anugerahkan kepada kita untuk surga-Nya Semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di surga Al-Firdaus Al-A’la yang paling tinggi bersama Rasul Saw, para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia ini. Allahumma amiin.

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." (QS.Al-Qashash:56)

Hamba Allah.........

Rabu, 03 Mei 2017

BUAT APA RAJIN IBADAH DAN PANDAI NGAJI, KALAU HIDUP MISKIN..?

BBG AL ILMU - Menebar Cahaya Sunnah:
BUAT APA RAJIN IBADAH DAN PANDAI NGAJI, KALAU HIDUP MISKIN..?

Pak Ustadz! Buat apa rajin ibadah dan pandai ngaji, kalau hidup miskin..?

Sebagian orang berpikir, seperti di atas, karenanya ia berusaha sekuat tenaga menjadi orang kaya dan berkuasa, bahkan paling kaya dan paling berkuasa, agar dapat hidup layak dan bahagia.

Sah-sah saja sih, berpikir demikian, karena itu adalah pilihan anda.

Namun izinkan saya bertanya kepada anda: manakah yang lebih anda dahulukan, membeli bunga-bunga indah yang harum semerbak atau memiliki rumah, tempat yang kelak akan anda hiasi dengan bunga ?

Kemakmuran dan kesejahteraan dunia sejatinya bagaikan bunga-bunga yang tentu saja menjadikan rumah anda menjadi indah dan semerbak harum.

Namun apalah artinya memiliki bunga yang indah dan harum semerbak bila ternyata anda hidup di kolong jembatan, beralaskan bumi dan beratapkan langit, bersandingkan sampah yang menebar aroma busuk dan menjijikkan?

Apalah artinya anda mengenakan baju mewah, menyantap hidangan lezat, menghuni rumah megah, menduduki jabatan tinggi, kalau ternyata jiwa anda gersang jauh dari ketenangan dan kedamaian hidup?

Mana mungkin anda bisa tenang dan damai, kalau ternyata anda selalu dirundung kekawatiran kekayaan anda akan habis atau direnggut orang, atau jabatan anda direbut orang?

Mungkinkah anda merasakan kedamaian hidup, bila jiwa anda dipenuhi oleh rasa hasad, iri dan dengki ?

Akankah anda merasakan ketenangan bila ternyata jiwa anda dipenuhi oleh keserakahan sehingga selalu merasa kurang dan kecewa atas apa yang anda dapatkan ?

Sobat, sepatutnya sebelum anda membeli bunga anda membangun rumah, sebagaimana sebelum anda menghiasi raga anda, dengan baju bagus, rumah megah, kendaran mewah, *terlebih dahulu kondisikan jiwa anda dengan iman dan takwa.* *Hanya dengan keduanya anda dapat menikmati semua harta dan jabatan yang anda dapatkan.*

Sebelum anda mengumpulkan harta dan menduduki jabatan, *persiapkan rasa syukur dalam diri anda,* sehingga anda dapat berbahagia atas apapun yang anda dapatkan. Allah Ta’ala berfirman:

فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى (123) وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا

Barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. (Thaha 123-124)

Selamat menemukan kehidupan bahagia.

DR. Muhammad Arifin Badri, MA حفظه الله تعالى