Rabu, 07 Oktober 2015

Sebuah kisah INSPIRATIF

☀Sebuah kisah INSPIRATIF...

Nu'man bin Tsabit yg dikenal dg sebutan Abu Hanifah, atau populer disebut Imam Hanafi, pernah berpapasan dg anak kecil yg berjalan mengenakan sepatu kayu (terompah kayu).

Sang imam berkata :
"Hati-hati nak dg sepatu kayumu itu, Jangan sampai kau tergelincir".

Bocah ini pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas perhatian Abu Hanifah.
"Bolehkah saya tahu namamu Tuan?" tanya si bocah.
"Nu'man namaku", Jawab sang imam.

"Jadi, Tuankah yg selama ini terkenal dg gelar al-imam al-a'dhom, (Imam agung) itu..??" Tanya si bocah.

"Bukan aku yg memberi gelar itu, Masyarakat-lah yg berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku".

"Wahai Imam, hati2 dg gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka karena gelar...!
Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskan-mu ke dalam api yg kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya".

Ulama besar yg diikuti banyak umat Islam itupun tersungkur menangis ��....
Imam Abu Hanifah bersyukur. Siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang bocah.

Betapa banyak manusia tertipu karena jabatan, tertipu karena kedudukan, tertipu karena gelar, tertipu karena kemaqoman, tertipu karena Harta yg berlimpah, tertipu krn status sosial...

Jangan sampai kita tergelincir... jadi angkuh dan sombong karena gelar, jabatan, status sosial dan kebesaran di dunia.

Pepatah mengatakan;
'Sepasang tangan yg menarikmu kala terjatuh lebih harus kau percayai daripada seribu tangan yg menyambutmu kala tiba di puncak kesuksesan'.    ��semoga kehidupan kita penuh berkah, aamiin.

LISAN INI, MENYAKITKAN

��HARI INI AKU MENYAKITI ⇋⇌⇋������⇋⇌⇋ ••

��❔· · · · · · · · ·
Hari ini, sudah berapa orang yang saya sakiti.

❔➢ Barangkali ia tidak mahu dibicarakan.
❔➢ Barangkali ia tersinggung dengan ucapan kita.
❔➢ Barangkali itu adalah sebuah aib yang ia merasa malu ada pihak ketiga yang tahu?

���� ¤ ¤ ↷ ↷ • • • • • •
�� “Wahai Rasulullah, apakah kita diazab kerana apa yang kita ucapkan?” Muadz bin Jabal bertanya.

�� Maka Rasulullah bersabda, “Bagaimana engkau ini wahai Muadz, bukankah seorang tertelungkup dalam neraka di atas wajahnya tidak lain kerana  sebab lisannya?”

��[Hr  At Tirmidzi dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Ash Shahihah].
― ― ― ― ― ― ― ― ― ― ― ― ― ― ― ―

•≈ ≈ ≈
�� Jangan heran , banyak orang binasa kerana lisan❕
•≈ ≈ ≈

���� Memang, menjaga lisan perlu  perjuangan dan kesabaran.
✦ Bukan sehari dua hari,
✦ Bukan setahun dua tahun,
✹bahkan perlu  waktu yang panjang untuk mampu mengekangnya.

�� • • • • • • • • • _____________
�� Malik bin Dinar pernah mengatakan,
― ― ― ― ― ― ― ―
“Sabar adalah diam, dan diam adalah bahgian dari kesabaran. Tidaklah orang yang bicara lebih baik dari pada orang yang diam, kecuali orang yang paham saat diam dan mengerti kapan harus bicara.”
[ �� Dalam kitab Hilyatul Auliya’, karya Abu Nu’aim ]
― ― ― ― ― ― ― ― ― ― ― ― ― ― ― ―

Nampaknya kita sangat perlu untuk meminta pertolongan kepada Allah agar mampu menjaga lisan, dan lebih dari itu mensyukurinya.
•≈ ≈ ≈

Semoga Manfaat

Baarakallah fiikum

BBM Dakwah Islam 541a29ec

Selasa, 06 Oktober 2015

PENGERTIAN ZUHUD DAN WARA'

�� BimbinganIslam.com
Senin, 21 Dzulhijjah 1436 H / 05 Oktober 2015 M
�� Ustadz Firanda Andirja, MA
�� Kitābul Jāmi' | Bab Az-Zuhd wa Al-Wara'
�� Pendahuluan | Pengertian Zuhud Dan Wara'
▶ Download Audio:
https://drive.google.com/file/d/0B1e0BM9z9hzYRURLNzB3UVRrQ2s/view?usp=docslist_api

➖➖➖➖➖

PENGERTIAN ZUHUD DAN WARA'

بِسْـــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن واله

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Kita masuk dalam bab yang baru dalam Kitābul Jāmi' dari Kitab Bulūghul Marām yaitu "Bab Az-Zuhd wal Wara'."

Bab yang menjelaskan tentang zuhud dan wara'.

Sesungguhnya kalimat zuhud dan wara' adalah dua kalimat yang sering digandengkan, akan tetapi dua kalimat ini memiliki perbedaan.

• ZUHUD •

Zuhud diambil dari kalimat زَهِدَ - يَزْهُدُ - زَهَادَةً (zahida - yazhudu - zahādatan), yang artinya menunjukkan makna "sedikit".

Zahīd (زَهِيْدٌ) maknanya qalīl (قَلِيْلٌ), yaitu sesuatu yang sedikit.

Oleh karenanya dalam ayat, tatkala Allãh menyebutkan kisah tentang Nabi Yūsuf 'alayhissalām yang dijual sebagai budak;

وَكَانُوا فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ

"Dan mereka membeli Yūsuf 'alayhissalām sebagai budak dengan harga yang sedikit."

(QS. Yūsuf 20)

Oleh karenanya, yang namanya zuhud secara bahasa artinya "sedikit".

• WARA' •

Adapun al wara' diambil dari kalimat وَرِعَ - يَرِعُ - وَرَعًا (wari'a - yari'u - wara'an). Wari'a (وَرِعَ) menunjukkan makna "menahan diri".

Oleh karenanya sebagian ulama membedakan antara zuhud dan wara', kata mereka bahwasanya:

◆ Zuhud

Yaitu menganggap sedikit suatu perkara yang SUDAH DIMILIKI.

Dia sudah mendapatkan barang tersebut, namun dia tidak memandangnya (menganggap itu kecil).

Inilah yang disebut dengan zuhud sejati, yaitu:

"Seseorang, mungkin dia memiliki harta yang sudah ada di tangannya namun dia memandang itu sedikit, dia tidak memandang itu sangat bernilai."

Dunia sudah ada di tangan dia namun dia tidak tertarik dengan dunia tersebut, yang dia tertarik adalah dengan akhirat.

Oleh karenanya dia zuhud terhadap dunia yang dia miliki.

Adapun wara',

◆ Wara'

Yaitu: "Dia menahan diri untuk tidak meraih SEBELUM dia pegang barang tersebut."

Artinya:

"Ada suatu (mungkin urusan dunia atau perkara yang meragukan) dia tinggalkan sebelum berada di tangannya."

Ini namanya wara'.

Sebagaimana Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, tatkala mendapati ada kurma kemudian Beliau tidak jadi memakan kurma tersebut, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam khawatir kurma tersebut adalah kurma shadaqah.

Dan kita tahu, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dilarang untuk makan dari sedekah, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menerima hadiah dan menolak sedekah.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak mengambil kurma tersebut, kenapa ?

Karena Beliau wara' (menahan diri).

Oleh karenanya tatkala Sofyan Ats Tsauriy rahimahullāh Ta'āla pernah ditanya:

"Siapakah orang yang zuhud?"

Maka Sofyan Ats Tsauriy berkata:

"Az-Zāhid, 'Umar bin 'Abdul 'Azīz."

(Yang zuhud adalah yang namanya 'Umar bin 'Abdul 'Azīz).

Kenapa ?

Karena 'Umar bin 'Abdul 'Azīz seorang raja & gubernur mulia di Madinah dan telah memiliki dunia (harta seluruhnya sudah di tangannya) tetapi dia zuhud (tidak memandang harta tersebut).

Dia menjadikan harta (seluruh kekayaan) yang dia miliki sebagai sarana untuk akhirat.

Jadi dia:

√ Raghbah fil ākhirāt (semangat untuk akhirat).

√ "Raghbah 'anid dunya" (tidak semangat dengan dunia yang dia miliki).

Ini baru yang disebut dengan zuhud sejati.

Bukanlah orang yang zuhud itu yang tidak punya apa-apa kemudian dia mengaku zuhud.

Ini dia memang tidak bisa, belum teruji (belum terbukti).

Kenapa?

Karena memang dia tidak bisa (tidak berkesempatan) memiliki apa-apa, maka orang ini bisa dikatakan "zuhud terpaksa", berbeda dengan "zuhud pilihan".

Kalau 'Umar bin 'Abdul 'Azīz rahimahullāh Ta'āla zuhud pilihan.

Kalau dia mau kaya (hidup bermewah mewah) mampu, akan tetapi ia tinggalkan itu semua karena dia zuhud, tidak terlalu tertarik dengan dunia.

Semua dunia tidak ada di hatinya melainkan dijadikan sarana untuk meraih akhirat.

Karena kita dapati sebagian orang mencela, misalnya:

"Kenapa si Fulan itu hidupnya seperti itu?"

Dia belum merasakan, dia merasa dirinya zuhud padahal dia belum teruji, dia hanya zuhud terpaksa karena dia tidak memiliki uang untuk memiliki harta benda tersebut.

Kapan dikatakan dia sebagai zuhud yang sejati ?

⑴ Kalau dia sudah diberi kemampuan untuk menguasai/meraih/mendapatkan dunia namun dia tidak melakukan itu.

Atau,

⑵ Dunia sudah ada di tangannya namun dijadikan dunia tersebut sebagai sarana untuk akhirat.

Maka itulah zuhud yang sejati.

Adapun wara' yaitu kita BELUM MEMILIKI sesuatu di hadapan kita, mau kita terjang, mau kita lakukan atau tidak, kita ragu..

"Jangan-jangan itu termasuk yang syubhat."

"Jangan-jangan termasuk perkara yang haram."

Maka ditinggalkan, itulah yang disebut dengan wara'.

Ini diantara perbedaan antara zuhud dan wara' yang disebutkan oleh sebagian ulama.

والله أعلم بالصواب

----------------------------------------------------
#BantuDakwahPapua II

�� Fokus kegiatan :
1. Akuisisi Radio Swasta Untuk Dakwah.
2. Program Kaderisasi Da'i Pribumi.
3. Bina Pesantren.
4. Pembangunan Sarana Ibadah

�� Salurkan Sedekah dan Infaq anda melalui :
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek  3310004579
| Kode Bank 147

Untuk memudahkan pencatatan laporan donasi
Mohon setelah transfer konfirmasi
�� SMS ke : 0878-8145-8000

Format konfirmasi :
#BantuDakwahPapua#Nama#Domisili#Tanggal Transfer#Nominal#

⚠ Contoh:
#BantuDakwahPapua#Sarrah#Solo#31/8/2015#500Rb#
〰〰〰〰〰〰〰〰
����������������

Pesan Syeikh Abdul Aziz Bin Baaz

Syeikh Abdul Aziz Bin Baaz -semoga Allah merahmatinya- berkata :

Merupakan 3 doa yang janganlah engkau lupakan dalam sujudmu...

1. Mintalah diwafatkan dalam keadaan Husnul Khotimah
١. اللهم إني أسألك حسن الخاتمة

Allahumma inni as'aluka khusnal khotimah

Artinya : " Ya Allah aku meminta kepada-MU khusnul khotimah "

2. Mintalah agar kita diberikan kesempatan Taubat sebelum wafat

٢. اللهم ارزقني توبتا نصوحا قبل الموت

Allahummarzuqni taubatan nasuha qoblal maut

Artinya: " Ya Allah aku berilah aku rezeki taubat nasuha (atau sebenar-benarnya taubat) sebelum wafat ".

3. Mintalah agar hati kita ditetapkan di atas Agama-Nya.

٣. اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك

Allahumma yaa muqollibal quluub tsabbit qolbi 'ala diinik

Artinya: " Ya Allah wahai sang pembolak balik hati, tetapkanlah hatiku pada agama-MU ".

Kemudian saya sampaikan, jika kau sebarkan perkataan ini, dan kau berniat baik denganya, maka semoga menjadikan mudah urusan urusanmu di dunia dan akhirat.

Peringatan : lakukanlah kebaikan walau sekecil apapun itu, karena tidaklah engkau ketahui amal kebaikan apakah yang dapat menghantarkanmu ke Surga Allah.

Dan berkata Syeikh Khalid : ulangilah...

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الذي لا إله الا هو الحيى القيوم و وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ ، عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِه

Astagh-firullahulladzi laa ilaaha illa huwal khayyul qoyyumu wa atuubu ilaih ، ‘adada kholqih wa ridhoo nafsih. wa zinata ‘arsyih, wa midaada kalimaatih.

Artinya : “Aku memohon ampun kepada Allah yang mana tiadalah sesembahan dialah yang maha hidup dan abadi dan aku bertobat kepada-Nya sebanyak makhluk-Nya, sejauh kerelaan-Nya, seberat timbangan ‘Arsy-Nya dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya.”

Maka dengan izin Allah kau akan lihat keajaiban dari diredakannya kekhawatiranmu dan dimudahkanya urusanmu,

Janganlah kau sembunyikan keutamaan (dzikir)

Setiap nafas pada menit kehidupan kita, tidaklah akan kembali...

Maka Jadikanlah dirimu merasakan manisnya beristighfar..

Yaa Allah Jadikanlah nasehatku ini shodaqoh jariyah bagiku dan kedua orang tuaku dan untuk seluruh umat muslimin.

Madinah Munawwarah, Selasa, 1 Dzulhijjah 1436 H / 15 September 2015 M , 09:03
Abu Utsman AAS

Senin, 05 Oktober 2015

4 Golongan Lelaki Yang Akan Ditarik Masuk Ke Neraka Oleh Wanita

Abu Zahirah
4 Golongan Lelaki Yang Akan Ditarik Masuk Ke Neraka Oleh Wanita
1. Ayahnya
Jika seseorang yang bergelar ayah tidak mempedulikan anak perempuannya di dunia. Dia tidak memberikan segala keperluan agama seperti mengajarkan shalat, mengaji, dan sebagainya. Dia membiarkan anak perempuannya tidak menutup aurat. Tidak cukup kalau dangan hanya memberi kemewahan dunia saja. Maka dia akan ditarik ke neraka oleh anaknya.
Duhai lelaki yg bergelar Ayah, bagaimanakah keadaan anak perempuanmu sekarang? Apakah kau mengajar shalat dan shaum (puasa) padanya? Menutup aurat? Pengetahuan agama? Jika tidak terpenuhi, maka bersedialah untuk menjadi bagian dari Neraka.
“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin, Seorang lelaki adalah pemimpin bagi anggota keluarganya, dan Ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dipimpinnya atas mereka.” (HR. Muslim)
Sementara dalam Alquran, Allah juga telah menggariskan tugas setiap orang beriman.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu atas api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan,” (QS.At Tahrim:6)
2. Suaminya
Apabila suami tidak mempedulikan tindak tanduk isterinya. Bergaul bebas. Membiarkan istri berhias diri untuk lelaki yang bukan mahramnya.
Jika suami mendiam istri yang seperti itu walaupun suami adalah orang yang alim, suami adalah shalatnya yang tidak pernah bolong, suami adalah yang shaumnya tidak pernah lalai. Maka dia akan turut ditarik oleh isterinya bersama-sama ke dalam Neraka.
Duhai lelaki yang bergelar Suami, bagaimanakah keadaan istri tercinta sekarang? Dimanakah dia? Bagaimana akhlaknya? Jika tidak kau jaga mengikuti ketetapan Islam, maka terimalah keniscayaan yang kau akan sehidup semati bersamanya hingga Neraka.
3. Saudara Lelakinya
Apabila ayahnya sudah tiada, tanggungjawab menjaga kehormatan wanita jatuh pada saudara lelakinya (kakak, paman). Jika mereka hanya mementingkan keluarganya saja dan adik atau keponakannya dibiarkan dari ajaran Islam, maka tunggulah tarikan mereka di akhirat kelak.
Duhai lelaki yg mempunyai saudara perempuan, jangan hanya menjaga amalmu dan melupakan amanah yang lain. Karena kau juga akan pertanggungjawabkan diakhirat kelak.
4. Anak Lelakinya
Apabila seorang anak laki-laki tidak menasehati Ibunya perihal kelakuan yang tidak dibenarkan dalam Islam. Bila ibu membuat kemungkaran, mengumpat, memfitnah, mengunjing, maka anak itu akan ditanya dan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Dan bersama menemani ibunya di Neraka.
Duhai anak lelaki, sayangilah ibumu, nasihatilah dia jika bersalah atau lalai. Karena ibu juga insan biasa, tak lepas dari melakukan dosa. Selamatkanlah dia dari ancaman neraka, jika tidak, kau juga akan ditarik menjadi teman di dalamnya.
* * *
Betapa hebatnya tarikan wanita. Bukan saja di dunia, tapi juga di akhirat yang tak kalah hebat tarikannya. Maka, kaum lelaki yang bergelar ayah, suami, saudara atau anak harus memainkan peran mereka dengan baik.
Subhanallah....
Marilah kita berdoa, bermunajat kepada Allah. Semoga Allah mengampuni kita, dan menghapuskan kita dari segala dosa yang telah lalu.
Ya Allah,
Ampunilah semua dosa-dosa kami, baik sengaja atau pun tidak, berkahilah kami, rahmatilah kami, berikanlah kami hidayah-Mu agar kami senantiasa dekat kepada-Mu hingga akhir hayatku.
Aamiin ya Rabbal'alamin
Wallahu'alam
Wa mutiara dakwah salaf

Minggu, 04 Oktober 2015

AMALAN YANG SEPADAN DENGAN HAJI DAN UMROH

��AMALAN YANG SEPADAN DENGAN HAJI DAN UMROH

1⃣ Berdiam di Masjid selepas sholat shubuh sampai terbitnya matahari, lalu sholat 2 rakaat.
���� Dalilnya : dari Anas bin Mâlik bahwa Nabi Shallallâhu alaihi wa Salam bersabda :

من صلى الغداة في جماعة ثم قعد بذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حجة وعمرة تامة تامة تامة

"Barangsiapa sholat shubuh berjama'ah kemudian dia duduk berdzikir kepada Allâh sampai terbitnya matahari, kemudian sholat 2 rakaat, maka pahalanya seperti haji dan umroh sempurna sempurna sempurna."
(HR at-Tirmidzî dengan sanad yg shahih, di dalam Shahîh at-Tirmidzî 586, dishahihkan oleh Syaikh al-Albânî di dalam "Ash-Shahîhah" 3403)

2⃣ Menghadiri shalat jama'ah dan berjalan kaki untuk sholat tathawwu' (sunnah)
���� Dalilnya : Dari Abî Umâmah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

من مشى إلى صلاة مكتوبة في الجماعة فهي كححة ومن مشى إلى صلاة تطوع (في رواية أبي داود : أي صلاة الضحى)  فهي كعمرة تامة

Barangsiapa berjalan kaki utk sholat wajib berjama'ah maka ia seperti haji, dan barangsiapa berjalan kaki utk sholat sunnah (menurut riwayat Abû Dâwud, sholat dhuhâ) maka seperti umroh secara sempurna."
(HR Ahmad dg sanad shahih; lihat Shahîh al-Jâmi 6556)

3⃣ Sholat Isya dan Shubuh berjama'ah.
���� Dalilnya : Dari Abî Dzar Radhiyallâhu anhu, beliau berkata

أن أناسا من أصحاب النبي قالوا : يا رسول الله ذهب أهل الدثور بالأجور يصلون كما نصلي ويصومون كما نصوم ويتصدقون بفضول أموالهم، فقال النبي أو ليس قد جعل الله لكم صلاة العشاء في جماعة تعدل حجة وصلاة الغداة في الجماعة تعدل عمرة.

"Bahwa ada sebagian sahabat bertanya kepada Nabi: "Wahai Rasulullah, orang² kaya datang dengan pahala besar. Mereka bisa sholat sebagaimana kami sholat dan berpuasa sebagaimana kami berpuasa, tapi mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka."
Nabi Shallallâhu alaihi wa Salam menjawab, "Allâh telah menjadikan sholat isya berjama'ah bagi kalian sepadan pahalanya dg haji, dan sholat shubuh berjama'ah sepadan dg umroh." (HR Muslim)

4⃣ Menghadiri majelis² ilmu di masjid
���� Dalilnya : Dari Abî Umâmah Nabi Shallallâhu alaihi wa Salam bersabda :

من غدا إلى المسجد لا يريد إلا أن يتعلم خيرا أو يعلمه كان كأجر حاج تاما حجته

Barangsiapa bersegera ke masjid, tidak menginginkan sesuatu kecuali mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, maka pahalanya seperti haji yang sempurna hajinya."
(HR at-Thabrânî dan al-Hâkim)

5⃣ Berdzikir selepas sholat
���� Dalilnya : Dari Abî Hurayroh beliau berkata :

جاء الفقراء إلى النبي فقالوا : ذهب أهل الدثور بالدرجات العلى والنعيم المقام، يصلون كما نصلي ويصومون كما نصوم ولهم فضل من أموال يحجون بها ويعتمرون ويجاهدون ويتصدقون، قال: إلا أحدثكم بأمر إن أخذتم به أدركتم من سبقكم ولم يدرككم أحد بعدكم وانتم خير من انتم بين ظهرانية إلا من عمل مثله: تسبحون وتحمدون وتكبرون خلف كل الصلاة ثلاثا وثلاثين

Datang sahabat Nabi dari kalangan fakir lalu mengadu, "Orang kaya pergi dengan derajat yang tinggi dan status yang mulia, mereka sholat sebagaimana kami sholat dan berpuasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki keutamaan dari harta mereka sehingga mereka bisa berhaji, umroh, jihad dan sedekah dengan harta tsb."

Nabi Shallallâhu alaihi wa Salam menjawab, "Maukah kalian aku informasikan dgn suatu perkara yang jika kalian ambil (terima), kalian akan meraih (pahala) melebihi orang² yg mendahului kalian dan tidak seorang pun setelah kalian yg dapat melampaui diri kalian, dan kalian lebih baik daripada yang lainnya di antara kedua tulang punggungnya, kecuali orang yang melakukan semisalnya; yaitu kalian bertasbih, bertahmid dan bertakbir setiap selesai shalat sebanyak 33 kali." (HR Bukhârî)

6⃣ Umroh di bulan Ramadhan
���� Dalilnya : Dari Ibnu 'Abbâs Radhiyallâhu' anhumâ bahwa Nabi Shallallâhu alaihi wa Salam bersabda kepada seorang wanita dari Anshâr yang bernama Ummu Sinân :

ما منعكِ أن تكوني حججت معنا؟ قالت: ناضحان كان لأبي فلان - زوجها- حج وهو وابنه على أحدهما وكان الآخر يسقي عليه غلامنا، قال: فعمرة في رمضان تقضي حجة - أو حجة معي

"Apa yang mencegahmu dari ikut haji bersama kami?" Ummu Sinân menjawab, "Kami hanya punya 2 ekor unta, yang satu digunakan suami saya untuk berhaji dgn Anda, dan yang satu digunakan untuk mengantar air."
Nabi Shallallâhu alaihi wa Salam menjawab, "Umroh di bulan Ramadhan itu pahalanya sepadan dengan haji - dalam riwayat lain, haji bersamaku."  (HR Muslim)

7⃣ Berbakti kepada orang tua
���� Dalilnya : Abu Ya'lâ meriwayatkan dengan sanad yang baik bahwa ada seseorang datang kepada Rasulullah dan berkata : "Saya ingin ikut berjihad tapi saya tidak mampu."

Nabi Shallallâhu alaihi wa Salam bertanya  : "Apakah orang tuamu ada yg masih hidup?"
Dia menjawab, "ibuku (masih hidup).
Lalu Nabi bersabda :
قابل الله في برها فإن فعلت فأنت حاج ومعتمر  ومجاهد

"Tunjukkan kepada Allâh baktimu kepada ibumu, karena jika kamu telah melakukannya maka kamu seperti orang yang berhaji, umroh dan berjihad."

�� Redaksi Arab dishare oleh Ustadz Yusuf Abu Ubaidah di grup Multaqō ad-Du'ât ilallâh
✏ Dialihbahasakan oleh Abû Salmâ Muhammad
�� @abinyasalma I abusalma.net 2015

-------------------
♻ Silsilah nasihat ke - 109
�� Broadcast WA Dakwah Jalyat Unaiza_Indo
�� Ikuti di no: +966509273346

Jumat, 02 Oktober 2015

Menasehati istri orang dengan berlebihan (TAKHBIB)

✔️ TAKHBIB

Diantara dosa besar yang mungkin jarang diketahui oleh kaum Muslimin adalah dosa takhbib.

Melakukan takhbib berarti seorang Muslim menjadi penyebab perceraian dan kerusakan rumah tangga orang lain.

Bentuk takhbib sangat beragam, disadari atau tidak, perilaku takhbib dapat berupa sehalus-halusnya nasihat, dukungan, sampai seburuk-buruknya penggodaan kepada seseorang yang sudah bersuami atau beristeri.

Karena kehadiran orang selain pasangannya, dapat membuat seorang wanita menjadi benci kepada suaminya dan meminta untuk berpisah dari suaminya, atau pun sebaliknya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamdalam banyak hadis, memberikan ancaman keras untuk pelanggaran semacam ini.

Diantaranya,

1. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ خَبَّبَ امرَأَةً عَلَى زَوجِهَا

“Bukan bagian dariku seseorang yang melakukan takhbib terhadap seorang wanita, sehingga dia melawan suaminya.”

(HR. Abu Daud 2175 dan dishahihkan al-Albani)

2. Juga dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ أَفْسَدَ امْرَأَةً عَلَى زَوْجِهَا فَلَيْسَ مِنَّا

“Siapa yang merusak hubungan seorang wanita dengan suaminya maka dia bukan bagian dariku.”

(HR. Ahmad 9157 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Dalam penjelasannya tentang bahaya cinta buta, Ibnul Qoyim menjelaskan tentang dosa takhbib,

وقد لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم من فعل ذلك ، وتبرأ منه ، وهو من أكبر الكبائر ، وإذا كان النبي صلى الله عليه وسلم قد نهى أن يخطب الرجل على خطبة أخيه وأن يستام على سومه : فكيف بمن يسعى بالتفريق بينه وبين امرأته وأمته حتى يتصل بهما

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamtelah melaknat orang yang melakukan takhbib, dan beliau berlepas diri dari pelakunya. Takhbib termasuk salah satu dosa besar.

Karena ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang untuk meminang wanita yang telah dilamar oleh lelaki lain, dan melarang seseorang menawar barang yang sedang ditawar orang lain, maka bagaimana lagi dengan orang yang berusaha memisahkan antara seorang suami dengan istrinya atau budaknya, sehingga dia bisa menjalin hubungan dengannya.

(al-Jawab al-Kafi, hlm. 154).

Bahkan, karena besarnya dosa takhbib, Syaikhul Islam melarang menjadi makmum di belakang imam yang melakukan takhbib, sehingga bisa menikahi wanita tersebut.

(Majmu’ Fatawa, 23/363).

✔️ Makna Takhbib

Dalam Syarah Sunan Abu Daud Adzim Abadi (w. 1329 H) menjelaskan, takhbibsecara bahasa artinya menipu dan merusak.

Dengan menyebut-nyebut kejelekan suami di hadapan istrinya atau kebaikan lelaki lain di depan wanita itu. (Aunul Ma’bud, 6/159).

Di bagian lain, beliau juga menyebutkan,

مَنْ خَبَّب زوجة امرئ أي خدعها وأفسدها أو حسن إليها الطلاق ليتزوجها أو يزوجها لغيره أو غير ذلك

‘Siapa yang melakukan takhbib terhadap istri seseorang’ maknanya adalah siapa yang menipu wanita itu, merusak keluarganya atau memotivasinya agar cerai dengan suaminya, agar dia bisa menikah dengannya atau menikah dengan lelaki lain atau cara yang lainnya.

(Aunul Ma’bud, 14/52).

Ad-Dzahabi mendefinisikan takhbib,

إفساد قلب المرأة على زوجها

“Merusak hati wanita terhadap suaminya.” (al-Kabair, hal. 209).

Dalam Fatwa Islam, usaha memisahkan wanita dari suaminya, tidak hanya dalam bentuk memotivasi si wanita untuk menuntut cerai dari suaminya.

Yang juga termasuk takhbib adalah ketika seseorang memberikan perhatian, empati, menjadi teman curhat terhadap wanita yang sedang ada masalah dengan keluarganya.

وإفساد الزوجة على زوجها ليس فقط بأن تطلب منها الطلاق ، بل إن محاولة ملامسة العواطف والمشاعر ، والتسبب في تعليقها بك أعظم إفساد ، وأشنع مسعى يمكن أن يسعى به بين الناس .

“Merusak hubungan istri dengan suaminya, tidak hanya dalam bentuk memotivasi dia untuk menggugat cerai. Bahkan semata upaya memberikan empati, belas kasihan, berbagi rasa, dan segala sebab yang membuat si wanita menjadi jatuh cinta kepadamu, merupakan bentuk merusak (keluarga) yang serius, dan usaha paling licik yang mungkin bisa dilakukan seseorang.”

(Fatwa Islam, no. 84849)

Astaghfirullahal adziim,

Semoga kita terhindar dari kerusakan takhbib dan sifat sedemikian. Aammiin.

(adibahasan/ufi/arrahmah.com)

�� Repost dari WA grup Islamadina "Keluarga Muslim" 08778 2400 868, silahkan berbagi.

Selasa, 29 September 2015

Tafsir Surat 5 Al-Ma'idah, Ayat 51.

Taushiyah ke 219, Selasa 15 Dzulhijjah 1436 / 29 September 2015

Tafsir Mudah 100 Ayat Al-Qur'an Seruan Kepada Orang Beriman

Ayat Ketigapuluh empat: Surat 5 Al-Ma'idah, Ayat 51.

Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."

Tafsir Mudah dan Kandungan Ayat:

1. Ayat ini adalah seruan untuk semua orang beriman tanpa pandang suku, ras, warna kulit dan bangsa.
2. Orang beriman adalah orang mengimani semua yang wajib diimani dengan ucapan lisan, keyakinan hati dan pengamalan dengan anggota tubuh. Iman bisa bertambah dengan ketaatan kepada Allah dan bisa berkurang dengan kedurhakaan kepada Allah.
3. Allah memberikan petunjuk kepada hamba-hambaNya yang beriman dengan menjelaskan keadaan dan sifat tidak baik orang-orang Yahudi dan Nasrani.
4. Allah melarang orang-orang beriman menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin.
5. Orang-orang Yahudi dan Nasrani saling bantu membantu dan tolong menolong diantara mereka dalam melawan Islam dan kaum muslimin.
6. Orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah musuh yang sebenarnya bagi orang Islam dan mereka tidak peduli dengan keburukan yang menimpa orang Islam bahkan mereka terus berusaha menyesatkan orang Islam.
7. Barangsiapa diantara orang Islam yang mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka bahkan berdampak keluar dari Islam.
8. Hal ini disebut dengan Aqidah Al-Wala' dan Al-Baro', yaitu mencintai apa dan siapa saja yang Allah perintahkan untuk dicintai dan membenci apa dan siapa saja yang Allah perintahkan untuk dibenci sesuai ajaran wahyu Allah, Al-Qur'an dan As-Sunnah.
9. Tidak mungkin orang yang mengaku beriman kepada Allah ternyata masih mencintai musuh-musuh Allah. Ini adalah iman palsu karena iman harus ada buktinya dan bukan sekedar pengakuan saja.
10. Sikap Al-Wala' atau loyal, cinta dan setia kepada orang kafir dan bahkan menjadikan orang kafir sebagai pemimpin itu bermula dari yang kecil dan dianggap sepele tapi kemudian berkembang terus sedikit demi sedikit sampai akhirnya seseorang itu menjadi seperti mereka dan termasuk golongan mereka.
11. Orang kafir selalu menginginkan keburukan bagi orang Islam dan bahkan ingin agar orang Islam keluar dari Islam.
12. Keluar dari Islam itu ada dua macam; a). Pindah agama. b). Tetap beragama Islam tapi Islam yang telah menyimpang jauh dari ajaran yang dibawa Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam.
13. Allah berfirman: "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." [QS 2 Al-Baqarah, ayat 120].
14. Allah berfirman: "Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka)." [QS 4 An-Nisa', ayat 89].
15. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim yaitu yang menyimpang dari aturan dan ajaran Allah seperti orang yang bersikap loyal, cinta dan setia kepada orang kafir dan bahkan menjadikan orang kafir sebagai pemimpin.
16. Orang yang dzalim seperti ini tidak bermanfaat lagi baginya nasehat apapun karena ia sudah tidak mau lagi dengan nasehat dan tidak mau mengikuti dan tunduk serta patuh kepada kebenaran ajaran wahyu Allah, Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan "Ahlul Qur'an" [Keluarga Al-Qur'an] dan "Shohibul Qur'an"  [Sahabat Al-Qur'an], yang "Hidup Di Bawah Naungan Al-Qur'an", selalu membaca, memahami dan mengamalkannya sehingga kami menjadi sukses, bahagia dan selamat dunia akhirat, aamiin..

Akhukum Fillah
@AbdullahHadrami

���� WA MTDHK (Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah) kota Malang ����

�� Infaq kegiatan dakwah MTDHK bisa disalurkan melalui rekening a/n Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah;

�� BSM No: 7755555511
�� BNI No: 0362755494

���� Semoga Allah beri ganti dengan yang lebih baik dan barokah di dunia dan akhirat.

☝��️Kegiatan dakwah dan laporan keuangan ada di website kami www.mtdhk.com.

�� Untuk berlangganan WA Taushiyah MTDHK ketik "GABUNG" kirim WA (bukan SMS) ke +6283848634832 (Anggota lama tidak perlu mendaftar lagi)

�� Silahkan disebarkan kiriman ini sebagaimana aslinya tanpa dirubah sedikitpun, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah.. Jazakumulloh khoiro.

Tafsir Surat 5 Al-Ma'idah, Ayat 51.

Taushiyah ke 219, Selasa 15 Dzulhijjah 1436 / 29 September 2015

Tafsir Mudah 100 Ayat Al-Qur'an Seruan Kepada Orang Beriman

Ayat Ketigapuluh empat: Surat 5 Al-Ma'idah, Ayat 51.

Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."

Tafsir Mudah dan Kandungan Ayat:

1. Ayat ini adalah seruan untuk semua orang beriman tanpa pandang suku, ras, warna kulit dan bangsa.
2. Orang beriman adalah orang mengimani semua yang wajib diimani dengan ucapan lisan, keyakinan hati dan pengamalan dengan anggota tubuh. Iman bisa bertambah dengan ketaatan kepada Allah dan bisa berkurang dengan kedurhakaan kepada Allah.
3. Allah memberikan petunjuk kepada hamba-hambaNya yang beriman dengan menjelaskan keadaan dan sifat tidak baik orang-orang Yahudi dan Nasrani.
4. Allah melarang orang-orang beriman menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin.
5. Orang-orang Yahudi dan Nasrani saling bantu membantu dan tolong menolong diantara mereka dalam melawan Islam dan kaum muslimin.
6. Orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah musuh yang sebenarnya bagi orang Islam dan mereka tidak peduli dengan keburukan yang menimpa orang Islam bahkan mereka terus berusaha menyesatkan orang Islam.
7. Barangsiapa diantara orang Islam yang mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka bahkan berdampak keluar dari Islam.
8. Hal ini disebut dengan Aqidah Al-Wala' dan Al-Baro', yaitu mencintai apa dan siapa saja yang Allah perintahkan untuk dicintai dan membenci apa dan siapa saja yang Allah perintahkan untuk dibenci sesuai ajaran wahyu Allah, Al-Qur'an dan As-Sunnah.
9. Tidak mungkin orang yang mengaku beriman kepada Allah ternyata masih mencintai musuh-musuh Allah. Ini adalah iman palsu karena iman harus ada buktinya dan bukan sekedar pengakuan saja.
10. Sikap Al-Wala' atau loyal, cinta dan setia kepada orang kafir dan bahkan menjadikan orang kafir sebagai pemimpin itu bermula dari yang kecil dan dianggap sepele tapi kemudian berkembang terus sedikit demi sedikit sampai akhirnya seseorang itu menjadi seperti mereka dan termasuk golongan mereka.
11. Orang kafir selalu menginginkan keburukan bagi orang Islam dan bahkan ingin agar orang Islam keluar dari Islam.
12. Keluar dari Islam itu ada dua macam; a). Pindah agama. b). Tetap beragama Islam tapi Islam yang telah menyimpang jauh dari ajaran yang dibawa Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam.
13. Allah berfirman: "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." [QS 2 Al-Baqarah, ayat 120].
14. Allah berfirman: "Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka)." [QS 4 An-Nisa', ayat 89].
15. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim yaitu yang menyimpang dari aturan dan ajaran Allah seperti orang yang bersikap loyal, cinta dan setia kepada orang kafir dan bahkan menjadikan orang kafir sebagai pemimpin.
16. Orang yang dzalim seperti ini tidak bermanfaat lagi baginya nasehat apapun karena ia sudah tidak mau lagi dengan nasehat dan tidak mau mengikuti dan tunduk serta patuh kepada kebenaran ajaran wahyu Allah, Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan "Ahlul Qur'an" [Keluarga Al-Qur'an] dan "Shohibul Qur'an"  [Sahabat Al-Qur'an], yang "Hidup Di Bawah Naungan Al-Qur'an", selalu membaca, memahami dan mengamalkannya sehingga kami menjadi sukses, bahagia dan selamat dunia akhirat, aamiin..

Akhukum Fillah
@AbdullahHadrami

���� WA MTDHK (Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah) kota Malang ����

�� Infaq kegiatan dakwah MTDHK bisa disalurkan melalui rekening a/n Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah;

�� BSM No: 7755555511
�� BNI No: 0362755494

���� Semoga Allah beri ganti dengan yang lebih baik dan barokah di dunia dan akhirat.

☝��️Kegiatan dakwah dan laporan keuangan ada di website kami www.mtdhk.com.

�� Untuk berlangganan WA Taushiyah MTDHK ketik "GABUNG" kirim WA (bukan SMS) ke +6283848634832 (Anggota lama tidak perlu mendaftar lagi)

�� Silahkan disebarkan kiriman ini sebagaimana aslinya tanpa dirubah sedikitpun, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah.. Jazakumulloh khoiro.

TERBITNYA MATAHARI DARI BARAT

�� BimbinganIslam.com
Selasa, 15 Dzulhijjah 1436 H / 29 September 2015 M
�� Ustadz Abdullāh Roy, MA
�� Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir
�� Halaqah 23 | Terbitnya Matahari Dari Barat
▶Download Audio: https://www.dropbox.com/s/wfiu63hd0zo6hl5/S5H23-Terbitnya%20matahari%20dari%20barat.mp3?dl=0
➖➖➖➖➖➖➖

TERBITNYA MATAHARI DARI BARAT

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله و صحبه أجمعين

Halaqah yang ke-23 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang "Terbitnya Matahari Dari Barat".

Matahari setiap harinya meminta izin kepada Allāh untuk terbit dari timur.

Sampai ketika sudah waktunya maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak mengizinkan matahari untuk terbit dari timur.

Dan menyuruhnya kembali dari tempat dia datang, yaitu arah barat.

Akhirnya terbitlah matahari dari barat.

(Hadīts ini shahīh diriwayatkan oleh Al-Imām Al-Bukhari rahimahullāh)

Terbitnya matahari dari barat adalah termasuk tanda-tanda besar dekatnya hari kiamat.

Apabila manusia melihatnya, maka mereka akan beriman semuanya dan akan yakin bahwa kiamat memang sudah dekat.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

هَلۡ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن تَأۡتِيَهُمُ ٱلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةُ أَوۡ يَأۡتِىَ رَبُّكَ أَوۡ يَأۡتِىَ بَعۡضُ ءَايَـٰتِ رَبِّكَ‌ۗ يَوۡمَ يَأۡتِى بَعۡضُ ءَايَـٰتِ رَبِّكَ لَا يَنفَعُ نَفۡسًا إِيمَـٰنُہَا لَمۡ تَكُنۡ ءَامَنَتۡ مِن قَبۡلُ أَوۡ كَسَبَتۡ فِىٓ إِيمَـٰنِہَا خَيۡرً۬ا‌ۗ قُلِ ٱنتَظِرُوٓاْ إِنَّا مُنتَظِرُونَ 

"Tidaklah mereka menunggu kecuali kedatangan para malaikat (yaitu malaikat maut) atau kedatangan Allāh atau kedatangan sebagian tanda-tanda kebesaran Allāh.

Hari ketika datang sebagian tanda-tanda kebesaran Tuhan-mu, tidak akan bermanfaat iman seseorang yang tidak beriman sebelumnya atau belum beramal kebaikan di dalam imannya. Katakanlah, "Tunggulah, sesungguhnya kita juga menunggu."

(Al-An'ām 158)

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhāri dan Muslim, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menafsirkan bahwa tanda kebesaran Allāh di dalam ayat ini adalah terbitnya matahari dari barat.

Saat itu;

• Orang kafir bertaubat dari kekafirannya.
• Orang yang beriman yang sebelumnya menyia-nyiakan amal shalih maka dia akan bertaubat dan beramal shalih.

Namun pintu taubat di kala itu sudah tertutup dan amal tidak akan diterima karena dilakukan di saat terpaksa.

Kecuali orang mukmin yang sebelum munculnya matahari dari barat sudah beriman dan beramal shalih, maka amalannya akan diterima.

Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya segera bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dari segala dosa, bagaimanapun besar dosa yang dia miliki dan jangan menundanya.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda,

مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ

"Barang siapa yang bertaubat sebelum terbitnya matahari dari barat, maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan menerima taubatnya."

(HR. Muslim).

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

'Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

Ditranskrip oleh:
Tim Transkrip BiAS
➖➖➖➖➖

Senin, 28 September 2015

BANGUN TIDUR MIKIRIN APA?

BANGUN TIDUR MIKIRIN APA???
��������������

��Saudaraku, apa yg anda pikirkan pagi ini? Jawabannya pasti macam2, ada yg mikirin kerjaan numpuk di kantor, mikirin harga dan dollar yg naik trs, mikirin utang, mikir mau kemana hari ini dll.

��Semua yg dipikiran adlh lebih berorientasi pada diri sendiri, duniawi dan kemaslahatan pribadi. 

��Rasulullah Rasulullah shalallahu alaihi'wassalam bersabda :
“ Barangsiapa yg bangun di pagi hari namun hanya dunia yg dipikirkannya, shg seolah2 dia tdk melihat hak Allah dlm dirinya maka Allah akn menanamkan 4 penyakit dlm dirinya:  kebingungan yg tiada putusnya, kesibukan yg tidak ada ujungnya, kebutuhan yg tdk terpenuhi & keinginan yg tidak tercapai”. ( HR. Ath Thabrani).

��Karenanya tdk heran, jika dipagi hari yg cerah ini, banyak org sdh stress, bingung, resah, gelisah, takut & berbagai penyakit dunia lainnya, krn pikirannya hanya utk dunia!.

��Maka mulailah pagi harimu dg menjaga hak Allah pd dirimu, & bersyukhur krn Dia msh memberi umur dan kesempatan utk hidup, dg demikian Allah akn menjaga 'dunia'mu.

��Apa yg perlu dikhawatirkan jika anda tlh mendapatkan yg lbh baik dr dunia dan seisinya?
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

“Dua rakaat shalat sunnah subuh lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya.”(HR. Muslim725).

��Apa yg anda takutkan jika Allah yg maha memiliki alam semesta ini tlh menjamin hari mu?

��"Barangsiapa yg shalat subuh maka dia berada dlm jaminan Allah...” (HR. Muslim no. 163).

��Dan apa yg perlu diresahkan jika dg  dzikir pagimu, Allah akn mengangkat derajatmu?

��"Maukah kamu aku tunjukkan  perbuatanmu yg terbaik, paling suci di sisi Raja-mu (Allah), & paling mengangkat derajatmu; lbh baik bagimu dari infak emas atau perak, ...”  Beliau bersabda: “Dzikir kepada Allah Yang Maha tinggi.” (HR. At-Tirmidzi no. 3377)

��Dgn berdzikir maka  pagi mu akn mjd lbh indah & berseri.
“…Ingatlah, hanya dg mengingati Allah-lah hati mjd tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

Lalu tutup pagimu dg sholat dhuha, bersedekah utk 360 persendianmu, maka Allah akn mencukupimu hingga sore hari :
“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, jgn-lah engkau tinggalkan 4 raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akn mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad (5/286),

��"Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan,

“Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan shalat Dhuha dua raka’at.” (HR. Ahmad, 5: 354

��Betapa tenang dan damainya pagi hari jika kita mulai dg memelihara hak Allah.  Allahu a'lam.

Selamat pagi, selamat bersyukur selamat menjemput rahmat dan karunia-Nya. Aamiin..��☺����

��������������

Sabtu, 26 September 2015

Pesan-Pesan Terakhir Nabi Muhammad SAW

✔️ Mengenang Kembali Pesan-Pesan Terakhir Nabi Muhammad SAW. Pada Haji Wada'

Dari Jabir RA, dia menceritakan, bahwa selama 9 tahun tinggal di Madinah Al Munawarah, Nabi SAW belum melaksanakan haji.

Kemudian pada tahun kesepuluh, beliau mengumumkan hendak melakukan ibadah haji. Maka berduyun-duyunlah orang datang ke Madinah. Semuanya ingin ikut beliau menunaikan haji.
Pada tahun itulah Nabi SAW melaksanakan ibadah haji yang terakhir setelah lama tidak berhaji. Haji ini disebut Haji Wada'. Haji perpisahan.

Dalam haji ini Rasulullah SAW juga mengajarkan manasik dan sunah-sunah haji kepada orang-orang yang ikut bersama beliau.

Di tengah-tengah orang banyak yang sedang melaksanakan haji tersebut, tepatnya saat wukuf di padang 'Arafah, Nabi SAW menyampaikan khutbahnya yang juga merupakan khutbah terakhir beliau di depan khalayak umum. Di antara pesan-pesan beliau dalam khutbah itu adalah:

Wahai manusia, dengarkanlah apa yang hendak kukatakan! Mungkin sehabis tahun ini aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian di tempat ini untuk selama-lamanya.
Hai manusia! Sesungguhnya darah dan harta kalian adalah suci bagi kalian (yakni tidak boleh dinodai oleh siapapun juga), seperti hari dan bulan suci sekarang ini, di negeri kalian ini. Ketahuilah, sesungguhnya segala bentuk perilaku dan tindakan jahiliyah tidak boleh berlaku lagi. Tindakan menuntut balas atas kematian seseorang sebagaimana yang berlaku di masa jahiliyah juga tidak boleh berlaku lagi. Tindak pembalasan jahiliyah seperti itu yang pertama kali kunyatakan tidak berlaku ialah tindakan pembalasan atas kematian Ibnu Rabi'ah bin Al-Harits.
Riba jahiliyah tidak berlaku lagi, dan riba yang pertama kunyatakan tidak berlaku adalah riba Abbas bin Abdul Muthallib. Sesungguhnya segala macam riba tidak boleh berlaku lagi.
Hai manusia! Di negeri kalian ini syetan telah putus harapan sama sekali untuk dapat disembah lagi. Akan tetapi dia masih menginginkan selain itu. la akan merasa puas bila kalian melakukan perbuatan yang rendah. Karena itu, hendaklah kalian jaga baik-baik agama kalian!
Hai manusia! Sesungguhnya, menunda berlakunya bulan suci akan menambah besarnya kekufuran. Dengan itulah orang-orang kafir menjadi tersesat. Pada tahun yang satu mereka langgar dan pada tahun yang lain mereka sucikan untuk disesuaikan dengan hitungan yang telah ditetapkan kesuciannya oleh Allah. Kemudian mereka tnenghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah.
Sesungguhnya, zaman berputar seperti keadaannya pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun adalah dua belas bulan. Empat bulan diantaranya bulan-bulan suci. Tiga bulan berturut-turut; Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Bulan Rajab adalah antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya'ban.
Takutlah kepada Allah dalam memperlakukan kaum wanita. Karena kalian mengambil mereka sebagai amanat Allah dan kehormatan mereka dihalalkan bagi kalian dengan nama Allah. Sesunggguhnya kalian mempunyai hak atas para istri kalian dan mereka mempunyai hak atas kalian. Hak kalian atas mereka ialah mereka sama
sekali tidak boleh memasukkan orang yang tidak kalian sukai ke dalam rumah kalian. Jika mereka malakukan hai itu, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Sedangkan hak mereka atas kalian adalah harus memberi nafkah dan pakaian kepada mereka secara baik.
Maka perhatikanlah perkataan itu wahai manusia. Sesungguhnya aku telah sampaikan: Aku tinggalkan sesuatu kepada kalian, yang jika kalian pegang teguh, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunah Nabihfya.
Wahai manusia! Dengarkanlah dan taatlah sekalipun kalian diperintah oleh seorang hamba sahaya dari Habsyah yang berhidung gruwung, selama ia menjalankan Kitabullah.
Berlaku baiklah kepada para budak kalian. Berilah mereka makan apa yang kalian makan, dan berilah pakaian dari jenis pakaian yang sama dengan yang kalian pakai. Jika mereka melakukan suatu kesalahan yang tidak bisa kalian maafkan, maka juallah hamba-hamba Allah itu dan janganlah kalian menyiksa mereka.
Wahai manusia! Dengarkanlah perkataanku dan perhatikanlah! Kalian tahu bahwa setiap orang muslim adalah saudara bagi orang-orang muslim lain, dan semua kaum muslimin adalah saudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil dari saudaranya kecuali yang telah diberikan kepadanya dengan senang hati. Karena itu janganlah kalian menganiaya diri sendiri.
Kalian akan menemui Allah. Maka janganlah kalian kembali sesudahku menjadi sesat, sebagian kalian memukul tengkuk sebagian yang lain. Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, barangkali sebagian orang yang menerima kabar (tidak langsung) lebih mengerti daripada orang yang mendengarnya (secara langsung). Kalian akan ditanya tentang aku, maka apakah yang hendak kalian katakan?
Maka mereka yang hadir pada waktu itu serentak menjawab: "Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan (risalah), telah menunaikan amanat dan memberi nasehat." Kemudian seraya menunjuk ke arah langit dengan jari telunjuknya, Nabi SAW bersabda: "Yaa Allah, saksikanlah, yaa Allah,
saksikanlah, yaa Allah, saksikanlah." (Dikutip dari Shahih Muslim).
Sungguh kalimat-kalimat yang disampaikan beliau di padang Arafah itu begitu indah. Beliau bukan saja berbicara kepada mereka yang hadir di padang Arafah, tetapi juga kepada semua generasi pelaku sejarah sesudah mereka. Dari wajah-wajah mereka Rasulullah SAW dapat melihat generasi-generasi mendatang dan dunia Islam yang besar yang akan memenuhi belahan Timur dan Barat dari muka bumi ini.

Kepada mereka semua Rasulullah SAW menyampaikan khutbah perpisahannya: "Wahai umat manusia, dengarkanlah perkataanku1. Mungkin sehabis tahun ini aku tidak bertemu lagi dengan kalian di tempat ini untuk selama-lamanya."

Dunia terdiam mendengarkan khutbah beliau. Semuanya mendengarkan kalimat perpisahan yang keluar dari lisan suci beliau SAW, setelah dunia dan seisinya berbahagia dengan kehadirannya selama 23 tahun. Itulah, mengapa haji itu dinamakan Haji Wada'. Yaitu haji perpisahan. Dengan ungkapan yang singkat tapi sarat makna, beliau tanamkan prinsip-prinsip Islam yang dibawanya dan diperjuangkannya selama ini. Wallahu a'lam.

(Disarikan dari Sirah Nabawiyah, karya Dr. M. Sa'idRamadhan AlButhy)

AHAM EDISI62 | TH.VIII | DZULHIJJAH 1426

Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam...

�� Dari WA grup Islamadina "Sirah Islam" 08778 2400 868. Silahkan berbagi.

KERJA DI BANK

✔️ KERJA DI BANK

Rangkuman yang dibuat seorang sahabat fillah mengenai ceramah di youtube,
pemateri oleh Ustadz Dr. Khalid Zeed Abdullah Basalamah, Lc. M.A. Alhafidz.

�� TANYA:

Bagaimana hukumnya kerja di bank2 konvensional?
Ana dulu pernah denger dr ikhwah yg mengatakan kerja di bank itu boleh2 saja.
Kita kan sebagai pekerja.
Kerja dengan keringat sendiri dan sistem kerja itu yang ngurus perusahaan yang gak ada hubungan dengan pekerjanya.

�� JAWAB:

Pintu  dari mana anda mengatakan kerja di bank yang ribawi itu halal?

Sama saja seperti anda kerja di diskotik tp anda ga minum khamer. Anda tidak berkumpul sesama lawan jenis. Ga bisa akhi..

MUI telah berfatwa dan ulama dunia sepakat. riba hukumnya haram dan kerja di instansi itu juga haram.

Sabda Rasulullah jelas, 1 dirham riba, dalam riwayat yg dihasankan oleh para ulama hadits, lebih berat dari 36 kali berzina...

dan subhanallah dalam hadist lain dikatakan riba ada 73 tingkatan... dan tingkatan paling rendahnya sama seperti menzinahi ibunya sendiri.!

Bagaimana seseorang dapat membuka pintu itu?

Barang siapa yang membuka pintu riba maka hidupnya akan susah. Kacau.

Allah membalas riba dengan transaksi jual beli.
Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Jadi gimana ustadz apa saya harus keluar di kerja di bank? Terus gimana nanti hidup saya setelah ini klo tidak kerja?

Lho... lha wong hukum agamanya begitu.

Sekarang anda mau saya jawab apa? Ooh boleh kerja di bank silahkan ga papa..

Saya tidak mau... tanggung jawab di hari khiamat... ini berat ga mungkin.

Haram ya haram...

Allah memberikan rezeki dari anda masih janin di rahim ibu anda.

Kemudian anda anak2. Sekolah sampai anda sarjana dan bahkan sampai sekarang...

Apabila anda selarang 2 tahun kerja di instansi yang ribawi dan sekarang takut resign kemudian anda bertanya makan apa nanti kalo ana keluar dr bank?.

Lha yang 20 tahun yang lalu kenapa kok anda gak bertanya rejeki yang Allah berikan?

Dan sekarang takut gak bisa makan kalo keluar dari bank dan terus gak bisa makan apa?

Salah sekali anda...

Tidak ada manusia dan jin serta makhluk2 lain yang akan meninggal sebelum dipenuhi rizkinya sama allah.
Demikian hadits.

Ibnu qayyim berkata :

"Saya senang dan tenang menghadapi kehidupan dunia ini karena 2 hal:

1. Allah tuhanku telah menentukan ajalku... tidak akan berkurang sehari dan tidak akan bertambah sehari dan

2. Allah telah menentukan rizkiku dan tidak akan pernah diambil oleh orang lain...."

Semoga bermanfaat untuk sahabat fillah yang menetapkan hati.

�� Reposted dari WA grup Islamadina "Pengusaha Muslim" 08778 2400 868. Silahkan berbagi.

Ucapan “Shadaqallahul ‘Azhim” setelah membaca Al Quran?

✔️ Ucapan “Shadaqallahul ‘Azhim” setelah membaca Al Quran?

✒️ By Ummu Sa'id.

Bacaan “shadaqallahul ‘azhim” setelah membaca Al Qur’an merupakan perkara yang tidak asing bagi kita tetapi sebenarnya tidak ada tuntunannya, termasuk amalan yang tidak ada contoh dari Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam dan para sahabatnya, bahkan menyelisihi amalan Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam ketika memerintahkan Ibnu Mas’ud untuk berhenti dari membaca Al Qur’an dengan kata “hasbuk”(cukup), dan Ibnu Mas’ud tidak membaca shadaqallahul’adzim.

Dalam Shahih Al Bukhari disebutkan:
Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata bahwa Nabi Shalallahu’alaihi wa sallam telah berkata kepadaku,

“Bacakan kepadaku (Al Qur’an)!” Aku menjawab, “Aku bacakan (Al Qur’an) kepadamu? Padahal Al Qur’an sendiri diturunkan kepadamu.” Maka Beliau menjawab, “Ya”.

Lalu aku membacakan surat An Nisaa’ sampai pada ayat 41. Lalu beliau berkata, “Cukup, cukup.” Lalu aku melihat beliau, ternyata kedua matanya meneteskan air mata.

Syaikh Muhammad Musa Nashr menyatakan,

“Termasuk perbuatan yang tidak ada tuntunannya (baca: bid’ah) yaitu mayoritas qori’ (orang yang membaca Al Qur’an) berhenti dan memutuskan bacaannya dengan mengatakan shadaqallahul ‘azhim, padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghentikan bacaan Ibnu Mas’ud dengan mengatakan hasbuk (cukup). Inilah yg dikenal para salaf dan tidak ada keterangan bahwa mereka memberhentikan atau mereka berhenti dengan mengucapkan shadaqallahul ‘azhim sebagaimana dianggap baik oleh orang-orang sekarang”.

(Al Bahtsu wa Al Istiqra’ fi Bida’ Al Qurra’, Dr Muhammad Musa Nashr, cet 2, th 1423H)

Kemudian beliau menukil pernyataaan Syaikh Mustafa bin Al ‘Adawi dalam kitabnya Shahih ‘Amal Al Yaumi Wa Al Lailhlm 64 yang berbunyi, “Keterangan tentang ucapan Shadaqallahul’azhim ketika selesai membaca Al Qur’an: memang kata shadaqallah disampaikan Allah dalam Al Qur’an dalam firman-Nya,

قُلْ صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah:
’Benarlah (apa yang difirmankan) Allah.’ Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.”
(Qs Ali Imran:95)

Memang benar, Allah Maha Benar dalam setiap waktu. Namun masalahnya kita tidak pernah mendapatkan satu hadits pun yang menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakhiri bacaannya dengan kata “Shadaqallahul’azhim.”

Di sana ada juga orang yang menganggap baik hal-hal yang lain namun kita memiliki Rasulullah shallallanhu’alaihi wa sallam sebagai contoh teladan yang baik.

Demikian juga kita tidak menemukan satu atsar, meski dari satu orang sahabat walaupun kita mencukupkan pada hadits-hadits Nabi shallallanhu’alaihi wa sallam setelah kitab Allah dalam berdalil terhadap masalah apa pun.

Kami telah merujuk kepada kitab Tafsir Ibnu Katsir, Adhwa’ Al Bayan, Mukhtashar Ibnu katsir dan Fathul Qadir, ternyata tak satu pun yang menyampaikan pada ayat ini, bahwa Rasulullah shallallanhu’alaihi wa sallam pernah mengakhiri bacaannya dengan shadaqallahul ‘azhim.

(Lihat Hakikat Al Maru Bil Ma’ruf Wa Nahi ‘Anil munkar, Dr Hamd bin Nashir Al ‘Amar,cet 2)

Bila dikatakan “Cuma perkataan saja, apa dapat dikatakan bid’ah?”

Perlu kita pahami, bahwa perbuatan bid’ah itu meliputi perkataan dan perbuatan sebagaimana sabda Rasulullah shallallanhu’alaihi wa sallam,
“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR Muslim)

Sehingga apa pun bentuknya, perkataan atau perbuatan yang dimaksudkan untuk ibadah yang tidak ada contohnya dalam agama, maka ia dikategorikan bid’ah.

Bid’ah ialah tata cara baru dalam agama yang tidak ada contohnya, yang menyelisihi syariat dan dalam mengamalkannya dimaksudkan sebagai ibadah kepada Allah.

Wallahu a’lam.

***
Artikel Muslimah.or.id

�� Sumber:
Tanya Jawab Majalah As Sunnah ed 04/IX/1426H/2005M (dengan sedikit pengeditan).

Murajaah:
Ust Abu Rumaysho M A Tausikal

�� Reposted oleh Group Kajian WA ISLAMADINA (08170071531 & 087782400868), silahkan berbagi.

Senin, 21 September 2015

SEHELAI RAMBUTNYA LEBIH BERHARGA DARI JUBAH ULAMA

✔️ SEHELAI RAMBUTNYA LEBIH BERHARGA DARI JUBAH ULAMA

Suatu hari Imam bin Hanbal dikunjungi seorang wanita yang ingin mengadu.

“Ustadz, saya adalah seorang ibu rumah tangga yang sudah lama ditinggal mati suami. Saya ini sangat miskin, sehingga untuk menghidupi anak-anak saya, saya merajut benang di malam hari, sementara siang hari saya gunakan untuk mengurus anak-anak saya dan menyambi sebagai buruh kasar di sela waktu yang ada.

Karena saya tak mampu membeli lampu, maka pekerjaan merajut itu saya lakukan apabila sedang terang bulan.”

Imam Ahmad menyimak dengan serius penuturan ibu tadi. Perasaannya miris mendengar ceritanya yang memprihatinkan.

Dia adalah seorang ulama besar yang kaya raya dan dermawan. Sebenarnya hatinya telah tergerak untuk memberi sedekah kepada wanita itu, namun ia urungkan dahulu karena wanita itu melanjutkan pengaduannya.

“Pada suatu hari, ada rombongan pejabat negara berkemah di depan rumah saya. Mereka menyalakan lampu yang jumlahnya amat banyak sehingga sinarnya terang benderang.

Tanpa sepengetahuan mereka, saya segera merajut benang dengan memanfaatkan cahaya lampu-lampu itu.

Tetapi setelah selesai saya sulam, saya bimbang, apakah hasilnya halal atau haram kalau saya jual?

Bolehkah saya makan dari hasil penjualan itu?

Sebab, saya melakukan pekerjaan itu dengan diterangi lampu yang minyaknya dibeli dengan uang negara, dan tentu saja itu tidak lain adalah uang rakyat.”

Imam Ahmad terpesona dengan kemuliaan jiwa wanita itu.
Ia begitu jujur, di tengah masyarakat yang bobrok akhlaknya dan hanya memikirkan kesenangan sendiri, tanpa peduli halal haram lagi.
Padahal jelas, wanita ini begitu miskin dan papa.

Maka dengan penuh rasa ingin tahu, Imam Ahmad bertanya, “Ibu, sebenarnya engkau ini siapa?”

Dengan suara serak karena penderitaannya yang berkepanjangan, wanita ini mengaku, “Saya ini adik perempuan Basyar Al-Hafi.”

Imam Ahmad makin terkejut. Almarhum Basyar Al-Hafi adalah Gubernur yang terkenal sangat adil dan dihormati rakyatnya semasa hidupnya.

Rupanya, jabatannya yg tinggi tidak disalahgunakannya untuk kepentingan keluarga dan kerabatnya. Sampai-sampai adik kandungnya pun hidup dalam keadaan miskin.

Dengan menghela nafas berat, Imam Ahmad berkata,
“Pada masa kini, ketika orang-orang sibuk memupuk kekayaan dengan berbagai cara, bahkan dengan menggerogoti uang negara dan menipu serta membebani rakyat yang sudah miskin, ternyata masih ada wanita terhormat seperti engkau, ibu.
Sungguh, sehelai rambutmu yang terurai dari sela-sela jilbabmu jauh lebih mulia dibanding dengan berlapis-lapis serban yang kupakai dan berlembar-lembar jubah yang dikenakan para ulama.

Subhanallah, sungguh mulianya engkau, hasil rajutan itu engkau haramkan?
Padahal bagi kami itu tidak apa-apa, sebab yang engkau lakukan itu tidak merugikan keuangan negara…”

Kemudian Imam Ahmad melanjutkan,
“Ibu, izinkan aku memberi penghormatan untukmu. Silahkan engkau meminta apa saja dariku, bahkan sebagian besar hartaku, niscaya akan kuberikan kepada wanita semulia engkau…”

Wahai para wanita, gerakan anti korupsi sebetulnya bisa dimulai dari gerakan sikap wara (hati hati) dari para wanita.

Karena dari rahim kita lahir para pemimpin, dari oleh terampil tangan tangan kitalah tercipta makanan yang bukan hanya sehat, dan thoyib,
tetapi juga halal, baik halal secara zat atau halal secara maknanya...

�� Copas dari postingan di WA grup Islamadina "Keluarga Islam" 08778 2400 868, silahkan berbagi kebaikan.

HARUSKAH MENJADI SEORANG YG SEMPURNA UNTUK BISA MENASEHATI?

✔️ HARUSKAH MENJADI SEORANG YG SEMPURNA UNTUK BISA MENASEHATI?

Sebagian orang enggan melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, karena merasa belum mampu melakukan amalan ma’ruf yang hendak ia perintahkan, atau meninggalkan kemungkaran yang hendak ia larang.

Dia khawatir termasuk ke dalam golongan orang yang mengatakan apa yang tidak dia lakukan. Sebagaimana yang disinggung dalam firman Allah ta’ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ(3)

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kemurkaan Allah bila kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. As-Shof: 2-3).

Pertanyaan yang harus kita temukan jawabannya adalah: apakah seorang harus sempurna dulu amalannya,  untuk bisa menasehati orang lain?

Kemudian apakah setiap orang yang tidak melakukannya apa yang ia perintahkan, dan melanggar sendiri apa yang dia larang, masuk dalam ancaman ayat di atas?

Syaikh Anis Thahir Al-Indunisy, saat kajian membahas kitab Iqtidho’ as-Shirot al-Mustaqiem , di masjid Nabawi malam Senin (20 Rabi’us Tsani 1436 H) menerangkan, bahwa ada dua hal yang perlu dibedakan dalam masalah ini.

Beliau mengatakan,

فيه فرق بين أن تنصح غيرك وأنت عاجز عن العفل، وبين أن تنصح غيرك و أنت قادر على الفعل

“Bedakan, antara Anda menasehati seorang, sementara Anda belum ada daya untuk melakukan apa yang Anda nasehatkan. Dengan Anda menasihati seorang,  sementara Anda mampu melakukan apa yang Anda nasehatkan.”

Jadi, ada dua jenis orang dalam masalah ini:

Petama,
adalah orang yang menasehati orang lain, namun dia belum mampu melakukan amalan ma’ruf yang ia sampaikan, atau meninggalkan kemungkaran yang ia larang.

Yang kedua,
adalah orang yang menasehati orang lain sementara sejatinya dia mampu untuk melakukan pesan nasehat yang ia sampaikan.

Akan tetapi justru mengabaikan kemampuannya dan ia terjang sendiri nasehatnya,  tanpa ada rasa bersalah dan menyesal. Ia merasa nyaman dan biasa-biasa saja dengan tindakan kurang terpuji tersebut.

Orang jenis pertama, dia belum bisa melakukan amalan ma’ruf yang dia perintahkan, karena dia belum memiliki daya untuk melakukannya. Bisa jadi karena hawa nafsunya yang mendominasi, setelah pertarungan batin dalam jiwanya.  Sehingga, saat ia melanggar sendiri apa yang dia nasehatkan, dia merasa bersalah dan menyesal atas kekurangannya ini. Serta senantiasa memperbaharui taubatnya.

Saat ia tergelincir pada larangan yang ia larang, ia katakan pada dirinya, “Sampai kapan… sampai kapan kamu seperti ini?! Kamu menasehati orang-orang untuk menjauhi perbuatan ini.. sementara kamu sendiri yang melakukannya?! Tidakkah kamu takut kepada Allah.”

Untuk orang yang seperti ini, hendaknya ia jangan merasa enggan untuk beramar ma’ruf dan nahi munkar.
Karena tidak menutup kemungkinan, nasehat yang ia sampaikan, akan membuatnya terpacu untuk melaksanakan amalan ma’ruf yang dia perintahkan, atau meninggalkan kemungkaran yang dia larang.
Hal ini sudah menjadi suatu hal yang lumrah dalam pengalaman seorang.

Adapun orang jenis kedua, dia menerjang sendiri pesan nasehatnya, setelah adanya daya dan kemampuan untuk melakukan nasehat tersebut. Namun justru dia abaikan. Saat menerjangnya pun, dia tidak merasa menyesal dan bersalah atas tindakannya tersebut. Orang seperti inilah yang termasuk dalam ancaman ayat di atas.

Seperti seorang ayah merokok di samping anaknya yang dia juga merokok. Lalu Sang Ayah menasehatikan anaknya, “Nak…jangan ngrokok. Ndak baik ngrokok itu..” . Sementara dia sendiri klepas-klepus ngrokok di samping anaknya, tanpa merasa menyesal dan bersalah.

Barangkali makna inilah yang disinggung dalam perkataan para salafus sholih dahulu.

Sa’id bin Jubair mengatakan, “Jika tidak boleh melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar,  kecuali orang yang sempurna niscaya tidak ada satupun orang yang boleh melakukannya”.
Ucapan Sa’id bin Jubair ini dinilai oleh Imam Malik sebagai ucapan yang sangat tepat. (Tafsir Qurthubi, 1/410).

Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata kepada Mutharrif bin Abdillah, “Wahai Mutharrif nasihatilah teman-temanmu”. Mutharrif mengatakan, “Aku khawatir mengatakan yang tidak ku lakukan”.
Mendengar hal tersebut, Hasan Al-Bashri mengatakan, “Semoga Allah merahmatimu, siapakah di antara kita yang mengerjakan apa yang dia katakan, sungguh setan berharap bisa menjebak kalian dengan hal ini sehingga tidak ada seorang pun yang berani amar ma’ruf nahi mungkar.” (Tafsir Qurthubi, 1/410).

Al-Hasan Al-Bashri juga pernah mengatakan, “Wahai sekalian manusia sungguh aku akan memberikan nasihat kepada kalian padahal aku bukanlah orang yang paling shalih dan yang paling baik di antara kalian. Sungguh aku memiliki banyak maksiat dan tidak mampu mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu taat kepada Allah.
Andai seorang mukmin tidak boleh memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang yang mau mengingatkan.” (Tafsir Qurthubi, 1/410).

Semoga bermanfaat.
Barakallah fiikum.

�� Copas dari postingan WA grup Islamadina 08778 2400 868, silahkan berbagi.

Hukum Menjual Kulit Binatang Qurban ?

Hukum Menjual Kulit Binatang Qurban ?

Sumber: Majalah As-Sunnah edisi 10 Tahun VIII Oleh Ustadz Abu Ismail Muslim Al Atsary

Menyembelih binatang kurban merupakan ibadah agung yang dilakukan umat Islam setiap tahun pada hari raya qurban.

Orang yang menyembelih binatang kurban, boleh memanfaatkannya untuk memakan sebagian daging darinya, menshadaqahkan sebagian darinya kepada orang-orang miskin, menyimpan sebagian dagingnya, memanfaatkan yang dapat dimanfaatkan, misalnya, kulitnya untuk qirbah (wadah air) dan sebagainya.

Dalil hal-hal di atas adalah hadits-hadits di bawah ini:

عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ ضَحَّى مِنْكُمْ فَلَا يُصْبِحَنَّ بَعْدَ ثَالِثَةٍ وَبَقِيَ فِي بَيْتِهِ مِنْهُ شَيْءٌ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ نَفْعَلُ كَمَا فَعَلْنَا عَامَ الْمَاضِي قَالَ كُلُوا وَأَطْعِمُوا وَادَّخِرُوا فَإِنَّ ذَلِكَ الْعَامَ كَانَ بِالنَّاسِ جَهْدٌ فَأَرَدْتُ أَنْ تُعِينُوا فِيهَا

" Dari Salamah bin Al Akwa’  -radhiyallahu 'anhu-, dia berkata: “ Nabi shalallahu 'alaihi wa salam bersabda : " Barangsiapa di antara kamu menyembelih kurban, maka janganlah dia berada pada waktu pagi setelah tiga hari sedangkan sesuatu dari kurbannya masih tersisa di dalam rumahnya’.” Tatkala pada tahun berikutnya, para sahabat bertanya: “Wahai, Rosulullah ! Apakah kita akan melakukan sebagaimana yang telah kita lakukan pada tahun lalu?” Beliau menjawab: “Makanlah, berilah makan, dan simpanlah. Karena sesungguhnya tahun yang lalu, manusia tertimpa kesusahan (paceklik), maka aku menghendaki kamu menolong (mereka) padanya (kesusahan itu).” ( HR Bukhari, no. 5.569; Muslim, no. 1.974 )

Perintah Nabi shalallahu 'alaihi wa salam “ Makanlah, berilah makan, dan simpanlah” bukan menunjukkan kewajiban, tetapi menunjukkan kebolehan. Karena perintah itu datangnya setelah larangan, sehingga hukumnya kembali kepada sebelumnya. ( Lihat juga Fathul Bari, penjelasan hadits no. 5.569 )

Dari hadits ini kita mengetahui, bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa salam pernah melarang memakan daging qurban lebih dari tiga hari. Hal itu agar umat Islam pada waktu itu menshadaqahkan kelebihan daging qurban yang ada. Namun larangan itu kemudian dihapuskan. Dalam hadits lain, Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam dengan tegas menghapuskan larangan tersebut dan menyebutkan sebabnya. Beliau bersabda:

كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ لُحُومِ الْأَضَاحِيِّ فَوْقَ ثَلَاثٍ لِيَتَّسِعَ ذُو الطَّوْلِ عَلَى مَنْ لَا طَوْلَ لَهُ فَكُلُوا مَا بَدَا لَكُمْ وَأَطْعِمُوا وَادَّخِرُوا

" Dahulu aku melarang kamu dari daging qurban lebih dari tiga hari, agar orang yang memiliki kecukupan memberikan keluasan kepada orang yang tidak memiliki kecukupan. Namun (sekarang), makanlah semau kamu, berilah makan, dan simpanlah. ( HR Tirmidzi, no. 1.510, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani )

Setelah meriwayatkan hadits ini, Imam Tirmidzi - rahimahullah- berkata :

وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرِهِمْ

Pengamalan hadits ini dilakukan oleh ulama dari kalangan para sahabat Nabi shalallahu 'alaihi wa salam dan selain mereka.

Dalam hadits lain disebutkan :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ وَاقِدٍ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْلِ لُحُومِ الضَّحَايَا بَعْدَ ثَلَاثٍ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِعَمْرَةَ فَقَالَتْ صَدَقَ سَمِعْتُ عَائِشَةَ تَقُولُ دَفَّ أَهْلُ أَبْيَاتٍ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ حَضْرَةَ الْأَضْحَى زَمَنَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ادَّخِرُوا ثَلَاثًا ثُمَّ تَصَدَّقُوا بِمَا بَقِيَ فَلَمَّا كَانَ بَعْدَ ذَلِكَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ النَّاسَ يَتَّخِذُونَ الْأَسْقِيَةَ مِنْ ضَحَايَاهُمْ وَيَجْمُلُونَ مِنْهَا الْوَدَكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا ذَاكَ قَالُوا نَهَيْتَ أَنْ تُؤْكَلَ لُحُومُ الضَّحَايَا بَعْدَ ثَلَاثٍ فَقَالَ إِنَّمَا نَهَيْتُكُمْ مِنْ أَجْلِ الدَّافَّةِ الَّتِي دَفَّتْ فَكُلُوا وَادَّخِرُوا وَتَصَدَّقُوا
" Dari Abdullah bin Waqid, dia berkata: Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam melarang memakan daging qurban setelah tiga hari, Abdullah bin Abu Bakar berkata: Kemudian aku sebutkan hal itu kepada ‘Amrah. Dia berkata “ Dia ( Abdullah bin Waqid ) benar. Aku telah mendengar ‘Aisyah - radhiyahu 'anha- mengatakan, orang-orang Badui datang waktu ‘Idul Adh-ha pada zaman Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam , maka Beliau bersabda,’ Simpanlah (sembelihan kurban) selama tiga hari, kemudian shadaqahkanlah sisanya’.” Setelah itu (yaitu pada tahun berikutnya, Pen) para sahabat mengatakan: “Wahai, Rasulullah, sesungguhnya orang-orang membuat qirbah-qirbah 1) 1) Qirbah: wadah air yang terbuat dari kulit.] dari binatang-binatang kurban mereka, dan mereka melelehkan (membuang) lemak darinya.” Maka Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam bersabda: “ Memangnya kenapa ?” Mereka menjawab,” Anda telah melarang memakan daging kurban setelah tiga hari.” Maka Beliau bersabda: “ Sesungguhnya aku melarang kamu hanyalah karena sekelompok orang yang datang (yang membutuhkan shadaqah daging, Pen). Namun (sekarang) makanlah, simpanlah, dan bershadaqahlah.” (HR. Muslim, no. 1.971)

Banyak ulama menyatakan, orang yang menyembelih kurban disunnahkan bershadaqah dengan sepertiganya, memberi makan dengan sepertiganya, dan dia bersama kelurganya memakan sepertiganyanya. Namun riwayat-riwayat yang berkaitan dengan ini lemah. Sehingga hal ini diserahkan kepada orang yang berkurban. Seandainya dishadaqahkan seluruhnya, hal itu dibolehkan. Wallahu a’lam. [ Shahih Fiqhis Sunnah (2/378), karya Abu Malik Kamal bin As Sayyid Salim.]

Sumber: Majalah As-Sunnah edisi 10 Tahun VIII Oleh Ustadz Abu Ismail Muslim Al Atsary

Selengkapnya : http://www.seindahsunnah.com/bolehkah-menjual-kulit-binatang-qurban/

�� Broadcast WA Dakwah Seindah Sunnah
♻️ WA : 085319144749
�� ketik [ Nama # Umur # L/P # Alamat ]

�� Share yuk mudah-mudahan Allah Ta'ala memudahkan jalan ke Surga bagi anda.. aamiin